NYALANYALI.COM, Perjalanan – Keesokan harinya, dalam udara yang lebih bersahabat 7 ° C dengan matahari yang bersinar cukup terang, saya langkahkan kaki menuju central square. Meski sudah mengenakan perlengkapan lengkap, bagi saya dinginnya udara tetap saja menusuk-nusuk hingga ke tulang.
Kota ini sungguh tenang, jalanan amat lenggang, tak banyak kendaraan lalu lalang, apalagi manusia. Padahal jarum jam sudah menunjuk ke angka 10, bila berada di Jakarta inilah saatnya keruwetan lalu lintas terjadi. Namun di Khanty-Mansiysk semua itu tak pernah terjadi.
BACA:
Jalan-jalan ke Khanty-Mansiysk Rusia (01): Kota Berselimut Salju Sepanjang Tahun
Pagi ini saya ingin menyambangi Victory Park dimana The Memorial of Glory berada, sebuah monumen yang didedikasikan bagi para pahlawan di masa Perang Dunia ke 2. Letaknya di downtown Khanty-Mansiysk, di sepanjang jalan menuju monumen yang diresmikan tahun 2000 ini, terdapat patung kepala para pahlawan. Tepat di tengah monumen sebuah bara api yang terus menyala berlatar belakang patung yang menggambarkan pahlawan yang tertembak.
Setelah mengambil beberapa gambar, saya istirahat sejenak di Rotunda Fountain yang tak jauh dari Victory Park. Rotunda merupakan air mancur yang paling banyak dikunjungi masyarakat setempat, terutama saat musim panas. Selain letaknya yang amat strategis karena berada di pusat kota, air mancur yang dibuka pada 2002 ini amat nyaman untuk melepas lelah,
Tepat di hadapan saya berdiri pusat belanja termegah di kota ini, yaitu Gostiny Dvor. Mal berbentuk kerucut dengan tiga lantai berdinding kaca ini konon mengabil ide dari rumah tradisional masyarakat setempat. Karena nenek moyang mereka memang menggunakan tenda dari kulit binatang sebagai tempat tinggal, seperti tenda-tenda kaum Indian.
Sejak ditetapkan sebagai salah satu penghasil minyak dan gas terbesar di Rusia, maka kota kecil yang berjarak 1.900 km dari Moscow ini menjadi kota yang kaya. Apalagi dengan penduduk yang hanya 1,5 juta jiwa, kota ini tumbuh pesat dan terintegrasi. Jangan heran bila kemudian begitu banyak museum didirikan di kota ini, hampir semuanya menarik, seperti Torum Maa (ethnographic open air museum), Man and Nature Museum, Geology, Oil, and Gas Museum, serta Vladimir Igoshev Museum. Ada pula Folk Art and Crafts Center serta Rayshev’s Gallery and Studio.
Museum pertama yang saya kunjungi adalah Torum Maa, yang menampilkan kehidupan masyarakat setempat dari berabad lalu. Museum yang terletak di Sobyanin Street ini terhitung agak jauh dari pusat kota. Dibuat di ruang terbuka dan berada di bukit pinus, museum etnografi ini memiliki 6.000 koleksi, termasuk contoh rumah (musim panas dan dingin), kerajinan tangan, hingga peralatan rumah tangga.
Saya berkesempatan untuk merasakan kehidupan nenek moyang penduduk Khanty-Mansiysk di masa lalu, masuk ke rumah kayu mereka, mencoba ranjang yang dilengkapi bulu-bulu binatang (beruang), juga menikmati suasana dapurnya yang hangat . Disini, budaya dari masal lalu ditampilkan dengan begitu menarik, seperti cara mereka berburu sampai ritual mereka saat berdoa.
Man and Nature Museum jadi tujuan berikutnya. Tampil tak kalah menarik, museum 4 lantai ini menceritakan kehidupan di daerah ini sejak masa pra sejarah hingga saat ini. Di dalamnya terdapat pula fosil gajah raksasa (mammoth) yang hidup 3 juta tahun lalu, semasa jaman es. Inilah salah satu temuan purbakala yang sangat penting, bahkan kini mammoth diabadikan menjadi ikon kota ini.
Tak terasa sudah menjelang tengah hari, saya pun memutuskan untuk kembali ke hotel tempat saya dan ratusan delegasi lain dari berbagai belahan dunia tinggal selama dua minggu di ibukota Republik Otonomi Ukrug-Ugra ini. Agar dapat menikmati pemandangan yang berbeda, saya mengambil jalan lain menuju hotel, dengan melewati beberapa pusat bisnis, mal, dan taman-taman yang indah.
Sungguh, beberapa hari tinggal di kota ini saya semakin heran, sebagai kota kecil, Khanty-Mansiysk memiliki begitu banyak sudut yang menarik. Tak terhitung banyaknya benda seni yang tersebar disini, bahkan museum-museumnya pun ditata sangat menarik dan lengkap. Lebih dari selusin monumen besar ada disini, belum lagi patung-patung karya para seniman yang menyebar di seantero kota.
Karena ini hari libur, bersama beberapa anggota delegasi lainnya menyambangi The Church of Christ’s Resurrection. Gereja ortodoks yang berada di atas bukit ini dibuat pada pertengahan abad ke-19. Paduan warna putih dengan kubah emasnya, luar biasa indah. Di halamnnya terdapat taman yang amat cantik dengan kolam panjang menuruni bukit, di ujungnya terdapat patung Santo Cyril dan Methodius, taman bernama Slavyansjkaya square ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi setiap wisatwan yang datang ke Khanty-Mansiysk.
Begitu banyak lanskap indah disini, seperti tugu the First Discoverers of Ugra, yang dibangun di atas bukit dengan ketinggian 80 meter. Monumen tertinggi di Khanty-Mansiysk ini berbetuk piramid yang melambangkan perjuangan daerah ini dari masa lalunya hingga mencapai kejayaannnya di masa kini. Di dalamnya ada sebuah restoran indah bergaya hi-tech. Yang tak kalah menarik juga adalah kehadiran sebuah jembatan merah sepanjang 1,315.9 m. yang melintasi sungai Irtysh.
Bagi wisatawan, satu yang tak boleh dilewatkan pula adalah Archeo Park, sebuah taman yang menampilkan berbagai temuan arkeologi, seperti mammoth, bison, rusa, yang dibuat sesuai bentuk aslinya. Biasanya di malam hari taman ini akan terlihat semakin indah, karena berbagai binatang raksasa yang berada di bukit tersebut akan diterangi lampu-lampu.
Ingin mencari oleh-oleh khas Khanty-Mansiysk? Anda bisa bingung untuk memilihnya. Kebanyakan cenderamata ini dibuat terbatas, mulai dari baju sulaman tangan, aksesori, juga berbagai produk dari kayu, kulit, hingga gading gajah. Tapi siap-siap untuk merogoh kocek lebih dalam, karena produk buatan tangan ini memang tak murah. Untuk sebuah gantungan kunci kulit kecil tak kurang sekitar Rp 50 ribu per buah. Tapi untuk perjalanan yang sejauh ini, sayang bila tak membawa buah tangan untuk disimpan sebagai kenangan kan.