Hari sudah pagi, sirna gelap malam. Cahaya makin terang. Terbangun dari dunia mimpi, menuju dunia yang diimpikan.
Sinar Sang Surya semakin memanas, hari itu memang hari yang cerah. Deburan ombak mengalun dan menyapu bibir pantai, berpasirputih.
Nampak di kejauhan, seorang bocah lelaki berjalan mendekat. Sesekali ia menunduk, sesekali ia mencipratkan dan menyibak air keruh, sesekali pula tangannya bergerak cepat menangkap hewan kecil yang keluar dari balik pasir bersih.
Made, dia bocah pencari cacing itu. Cacing untuk umpan mancing yang warga setempat menamainya lur. Bukan keisengan setelah mendapatcacing, itu semata dijual untuk menggantinya dengan lembaran rupiah.
Bukan pilihan baginya untuk berpanas-panasan, sementara teman-teman sebayanya tengah riang bermain bebas, dan juga bukan pilihan baginya bermandikan sinar mentari di tengah hiruk pikuk wisatawan lalu lalang. Harapan lain, jika lebih pendapatannya maka tambahan uang saku diterimanya.
Made, bocah kecil dari Nusa Penida. Tinggal dan sekolah di desa tetangga seberang laut, Jungutbatu. Mengukur panjangnya pantai dengan langkah kecilnya menjadi kesehariannya setelah pulang sekolah. Dengan penuh semangat Made mencari cacing umpan mancing di Pantai Jungutbatu. Sehari ia dapat Rp 20 ribu, itu juga kalau beruntung. ”Untuk menambah uang sekolah,” ujarnya, polos. Anak lelaki yang mempunyai cita-cita menjadi polisi ini terus melangkah.
Panas itu hari makin menyengat, rutinitasnya tidak bias dibaikan. Orang lalu-lalang tidak dihiraukannya, konsentrasinya tertuju pada cipratan air bercampur tepung yang ia tebarkan. Satu, dua bahkan tiga cacing muncul dari balik pasir. Tangan kecilnya dengan cepat bergerak, menyambar menangkap cacing sebelum sempat bersembunyi lagi di dalam pasir, bisa susah nanti dicari lagi. Made pergi dengan dua kaleng kecil perlengkapannya berburu cacing.
Terus ia melangkah melalui jalan tanpa ujung, akan selalu ada bagian yang tersembunyi dalam hidup. Bagai cacing-cacing itu.
Naskah dan Foto: I Wayan Bagiayasa – Nusa Lembongan, Bali
e-mail: wbagia@yahoo.com
Buku #sayabelajarhidup ke-9: Nusantara Berkisah 1 (2018)