Satu tahun yang lalu baru aku mengenal seorang Ibu yang penuh semangat dalam hidupnya. Yang menjadi ketertarikanku ia selalu menunjukkan keseharian yang penuh ceria. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Saat satu kesempatan, kami dipertemukan dan tak ragu aku memulai perkenalan.
“Hai, aku Desi.”
Ia pun menjawab, “aku Eka.” Tak lupa dengan senyum yang tersungging di bibirnya.
Dalam perjalanan waktu aku selalu bertanya pada diriku sendiri, bagaimana kehidupan sahabat baruku ini. Kubayangkan dirinya bersama suami dan anak tercintanya berkumpul dalam canda dan kebahagiaan bersama. Kubayangkan bocah lucu yang diceritakannya penuh semangat saat bermain, berlari tak bisa diam kesana kemari mengejar layang-layang di udara sambil melompat kegirangan.
Di satu kesempatan akhirnya aku bisa bertemu sahabatku ini, yang berjanji akan membawa bocah kesayangannya saat bertemu nanti.
“Bundaaa besok Kita bertemu yah, aku mau kenalin kesayangan aku nanti.”
Kujawab dengan penuh semangat, “Teh ekaaa aku senang banget bertemu jagoan hebat teteh nanti.”
Kutunggu mereka di meja penuh dengan makanan yang aku pesan lebih awal. Berharap Setelah bertemu kita bisa langsung nenyantap bersama makanan ini. Dari kejauhan aku mulai melihat sahabatku datang dengan menggendong seorang anak kecil. Aku langsung menyambutnya dan berkata, “wah …jadi bocah hebat teh eka tidak jadi dibawa nih?.” Sambil bercanda aku bertanya. Ia pun menjawab dengan ciri khas seorang Ibu yang kukenal sejak awal, periang dan senyum lebar dengan gigi putihnya selalu terlihat disana. Ia berkata dengan ceria, “Bundaaa, perkenalkan ini jagoan paling hebat aku, abang Arkana.”
Tiba-tiba mulutku terkunci, hati ini terenyuh, jiwa ini melayang entah kemana, kubayangkan seorang bocah kecil yang tidak bisa diam kesana kemari dengan tingkah polah bocah umur tiga atau empat tahun, ternyata bukan seperti yang aku bayangkan.
Pertemuan kami nyatanya mengasyikkan, kami bercerita penuh semangat, sesekali sahabatku menyuapi bocah hebatnya makan bersama kami. Canda tawa, kami lalui di meja itu, tak ada beban dalam pertemuan kami bertiga. Happy …Happy….and Happy.
Ya Allah tiba di rumah langsung aku bersujud dalam sholat dan doaku, aku ceritakan apa yang aku alami hari ini. Air mataku tak pernah berhenti dan selalu bersyukur bahwa sekali dalam seumur hidupku aku mengenal bocah laki-laki paling hebat di dunia.
Benar, dialah abang Arkana, yang dilahirkan sempurna dengan kondisi normal. Berat 2.8kg dan tinggi 48cm. Saat usia tujuh bulan Allah telah mentakdirkan abang Arkana dengan vonis adanya kelainan dalam dirinya. Ya… Cerebral Palsy yang diderita abang Arkana menjadikan dirinya tidak akan sama dengan anak-anak normal seusianya. Kelumpuhan otak yang di deritanya akan membuat dirinya hanya memiliki kemaampuan gerak seorang bayi ceria.
Ya Allah ternyata aku bukanlah siapa-siapa, aku hanyalah manusia yang sedikit banyak mengeluh padamu hanya karena kurangnya rasa syukurku. Tetapi hari itu aku telah nenemukan guru dalam hidupku. Abang Arkana, jiwamu yang penuh semangat, tatapan polos dan tulus matamu, senyum yang tak pernah hilang dari bibirmu, ayunan tanganmu yang selalu membuat rindu diriku. Semua itu akan selalu menjadi lentera penyemangat hidupku.
Kesabaranmu menerima takdir ini seolah ingin berkata “aku tidak perduli pada fisikku, aku hanya ingin bahagia bersama Ayah dan Ibuku, mereka yang mencintaiku tanpa syarat di dunia ini.”
“Aku tau sayang”,…..
“Abang Arkana adalah titipan dan anugerah terindah dari Allah untuk Ayah dan Ibu abang.”
Yah, merekalah sahabatku. Terlihat dari rasa syukur yang mereka tunjukkan dalam kesehariannya. Mereka yang selalu optimis mengajarkan arti hidup padamu. Tak ada kata lelah, tak ada kata menyerah dalam kamusnya. Yang ada hanyalah rasa syukur pada Allah yang telah menciptakan anak hebat bagi mereka sebagai tanda kasih sayangNya pada keluarga sahabatku tercinta.
Terima kasih abang Arkana, …. Abang adalah bocah paling hebat yang aku kenal, bocah lucu yang selalu bikin senang.
Terima kasih abang Arkana darimulah aku belajar hidup.
***
Persembahan untuk:
Arkana, bocah hebat penderita cerebral palsy yang hidup penuh dengan cinta.
Naskah dan Foto: Desi Ratna Wulan Sari – Bogor
e-mail: desi.ratna@gmail.com
Buku #sayabelajarhidup ke-11: Nusantara Berkisah Orang-Orang Sakti (2019)