Penggerak Desa Wisata, Sugeng Handoko: Semua Dimulai dari Mimpi Bersama

NYALANYALI.COMAnak muda itu melihat kawan sekampungnya satu per satu  seusai tamat SMP atau SMA meninggalkan desa. Mereka pergi merantau mencari penghidupan, bukan saja ke kota terdekat tapi juga ke luar negeri menjadi TKI. Sehingga Desa Nglanggeran, Gunungkidul menjadi desa yang sunyi, Tak banyak lagi anak-anak muda. Kondisi kemiskinan warga  begitu memprihatinkan. Tanah gersang. Seakan taka da harapan.

Sugeng Handoko, nama anak muda itu. Ia terus memikirkan bagaimana memberikan kontribusi untuk kampung halamannya yang terpencil di balik perbukitan. Setelah menamatkan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan sempat menjadi asisten dosen di Teknik Industri UAD. Ia pun sempat bekerja di Kopdit Marsudi Mulyo di Putat, Patuk, Gunungkidul.

Dan, harta itu tak jauh-jauh dari tempat tinggalnya, Gunung Api Purba Nglanggeran itu yang kemudian ia bersama karang taruna desa mengembangkannya. “Ide mungkin sejak para senior kami dulu di Karang Taruna, sejak 1999, saat saya masih duduk dibangku SD, namun sudah diajak dan dilibatkan dalam kegiatan konservasi dan ditanamkan rasa mencintai lingkungan dan mencintai desa,” kata Sugeng. 

Mimpi awalnya mereka hanya ingin menjaga alam, menjaga lingkungan, menjaga Gunung Nglanggeran agar bisa hijau sehingga air tidak menjadi permasalahan di desa. “Kami mencoba menghentikan pemanfaatan alam secara langsung yaitu mengambil pohon atau kayu dan batu untuk ekonomi masyarakat,” katanya, berkisah.

Lelaki kelahiran Yogyakarta, 28 Februari 1988 ini, kemudian terus berupaya mengenalkan kampung halamannya. Berbagai prestasi pun menghampirinya, antara lain Juara II Festival Blog Tahun 2010 Tingkat nasional, Pemuda Pelopor Tingkat Nasional 2011 dalam bidang seni budaya dan pariwisata serta Ketua Umum Pemuda Pelopor Tahun 2011 Tingkat Nasional, YCM (Young Change Maker) Tahun 2011, Juara I Kader Konservasi Tingkat Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2013, Penghargaan dari Kemenkokesra sebagai Pelaku PNPM Mandiri Terbaik Tahun 2014, The Winner Hilo Green Leader 2015 dan Penerima Penghargaan Culturepreneur Award 2016.

Seiring dengan itu, Gunung Api Purba Nglanggeran  seluas 48 hektare ini menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Gunungkidul. Banyak wisatawan datang, bahkan dari mancanegara untuk melakukan penelitian keberadaan gunung batu ini. Bukan hanya obyek wisatanya yang berkembangm tapi juga berbagai kegiatan masyarakat pun bergulir. Fasilitias dibangun dan dikembangkan antara lain kamar mandi, area outbond, homestay, Internet, transportasi lokal, toko oleh-oleh, panggung terbuka, glamping, dan lainnya.

Berbagai kegiatan dilakukan di Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta

Sugeng Handoko menceritakan kepada Redaksi NyalaNyali.com perjuangannya bersama anak-anak muda di kampungnya, menjadi berdaya guna bagi desanya. Sehingga, perlahan namun pasti tingkat kesejahteraan warga pun meningkat. Para pemuda tak lagi berpikir kerja di luar kampungnya setamat sekolah, karena desanya memberikan banyak pilihan pekerjaan di desa wisata yang dikembangkan bersama itu.

Bagaimana awal mengembangkan Gunung Api Purba Nglanggeran ini?
Kegiatan ini dimulai dari Lembaga Pemuda atau Karang Taruna dan melakukan kegiatan-kegiatan kecil, aksi nyata dan mendapatkan dukungan dari masyarakat serta  banyak pihak, sampai sekarang.  Kami intens mengembangkan Nglanggeran setelah terjadi gempa Jogja 2006, jadi tahun 2007 kami kemudian fokus pengembangan Desa Wisata.

Sebenarnya, sejak kapan Nglanggeran menjadi desa wisata?
Saya sendiri bingung ketika ditanya kapan menjadi Desa Wisata, rintisan sejak 1999 sejak para senior kami dulu di Karang Taruna melakukan gerakan konservasi. Saat itu saya masih SD dan juga dilibatkan. Kami intens pengembangan Desa Wisata sejak tahun 2007. Kami mengenali potensi, baik SDM (sumber daya manusia-Red) maupun SDA (sumber daya alam-Red), mengelola potensi itu dan mengenalkan keluar agar menarik untuk dikunjungi.

Bagaimana kesulitan meyakinkan warga untuk mengembangkan bersama?
Kami berupaya membangun mimpi bersama, menjadikan anak-anak muda sebagai satu virus perubahan dalam satu rumahtangga, memegang tokoh kunci dan mengajak mereka untuk terlibat dalam proses pengembangan.

Bagaimana pula suka dan duka mengajak pemuda desa turut aktif dalam kegiatan ini?
Tentu ada dua kepentingan, memilih sukses sendiri, atau sukses bersama-sama, apalagi kita melakukan sesuatu yang belum ketahuan akan seperti apa hasilnya nanti. Dilema itu yang akan “menghantui” anak-anak muda yang terlibat dalam pengembangan desa. Kita juga akan berkorban waktu, tenaga, dan pikiran bahkan keuangan pribadi untuk bisa mewujudkan cita-cita pengembangan desa.

Singkat cerita, bagaimana bisa melibatkan seluruh elemen di kampung untuk bersama mengembangkan desa?
Kami memiliki keyakinan bahwa ini adalah kegiatan dan usaha bersama, sehingga harus membuat ikatan dan menumbuhkan rasa memiliki di semua lapisan masyarakat desa. Sebisa mungkin mereka kita libatkan dan perankan sesuai profesi, passion dan ketertarikan masing-masing, kemudian kami jahit menjadi sebuah atraksi wisata.

Bagaimana upaya Nglanggeran menjadi Geopark? Bagaimana hasilnya saat ini?
Pengembangan geopark adalah konsep pengembangan kawasan dengan tiga unsur utama di dalamnya yaitu Geodiversity, Biodiversity dan Culturaldiversity. Menerapkan prinsip konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk mendapatkan ekonomi sehingga bisa tetap menjaga dan melestarikan alam, budaya serta kehidupan di dalamnya.

Alhamdulillah, Gunung Api Purba menjadi salah satu Geosite di Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, diakui ditingkat dunia dan menjadi kebanggan bersama.

Sugeng Hadoko di Yunani saat mengikuti  kursus tentang Geopark

Dalam perjalanannya Desa Wisata Nglanggeran berhasil meraih berbagai penghargaan, apa saja di antaranya?

Antara lain, bersama Organisasi Karang Taruna meraih predikat “Juara 1 Penyelamat Lingkungan” Seleksi Kalpataru 2009 Propinsi DIY, Bersama Pengelola Gunung Api Purba mendapatkan penganugrahan CIPTA Award dari Kemenbudpar RI Tahun 2011 sebagai presentator saat lomba dan penerima penghargaan, bersama Sentra Pemuda TPM, Menjadi UKM Terbaik dalam Program Lomba Wirausaha Inovatif Berbasis Lingkungan dan Sosial  oleh Yayasan Inovasi Teknologi  Indonesia (INOTEK) kerjasama PT. Sampoerna. Tbk Tahun 2015.

Selain itu juga, bersama Pokdarwis Nglanggeran, menjadi Pemenang Desa Wisata Terbaik Asean konsep CBT Tahun 2017, dan bersama Pokdarwis Nglanggeran, menjadi Pemenang ASTA (Asean Sustainable Tourism Award) Tahun 2018.

Kemudian, Anda banyak diundang sebagai pembicara terkait desa wisata di mana-mana, apa yang biasanya ditukarinformasikan?
Proses panjang pengembangan Desa Wisata Nglanggeran dan membuka mindset masyarakat yang saya kunjungi untuk bisa bersama sama terbuka dan belajar bersama pengembangan pariwisata di Indonesia. Selain itu tahapan pengembangan Desa Wisata juga saya sampaikan untuk mempermudah bagi siapapun yang ingin pengembangan desa wisata.

Apa rencana pengembangan Desa Wisata Nglanggeran ini ke depan?
Selalu ada Inovasi setiap 2 atau 3 tahun sekali, semakin banyak melibatkan dan membuat pemberdayaan masyarakat.  Pengembangan EKonomi kreatif, Wellness Tourism dan pemafaatan digital untuk pengelolaan yang semakin efektif dan transparan.

Bagaimana persoalan retribusi dan hubungan dengan dinas pariwisata setempat?
Awalnya sempat terjadi gesekan dan ada penolakan di masyarakat, karena saat berjuang membangun peran dinas dan pemda belum terlalu kelihatan. Namun alhamdulillah saat ini sudah ada persamaan frekuensi ada kesadaran bersama bahwa pengembangan pariwisata unsur pentahelix menjadi penting dan kolaborasi adalah kunci.

Apakah ada data setelah dikembangkan menjadi desa wisata kesejahteraan masyarakat setempat naik?
Ada, secara kasat mata tingkat pendidikan meningkat, rata-rata masyarakat memiliki kendaraan bermotor, dan Nglanggeran semakin hijau karena semakin sedikit yang memanen pohonnya untuk biaya pendidikan anak-anaknya karena sudah ada tabungan dari sektor wisata. Jadi, pohon menjadi ATM hijau yang diambil saat terpaksa saja.

Sebelumnya sebagai kegiatan karang taruna kemudian menjadi sebuah usaha yang membesar, apa kesulitan terbesarnya?
Menyiapkan sistem kelembagaan yang sesuai, meningkatkan kapasitas team, membangun kepercayaan bersama karena sudah mengurusi nominal rupiah.

Seberapa besar dukungan pemerintah dan pihak swasta terhadap pengembangan Nglanggeran?
Alhamdulillah saat ini cukup besar, setelah nama Nglanggeran muncul dipermukaan semakin banyak pihak yang ingin mendukung dan pasang papan nama. Kalau duu kami menjadi pengrajin proposal yang kerjaannya bikin proposal namun tidak ada yang mau mendukung dan bekerjasama. Kini kami yang ganti menyaring pihak-pihak yang memiliki visi dan misi dengan kami untuk bisa bekerja sama.

Bagikan :

Advertisement