Misteri Jejak Tentara Nazi di Bogor (03): Kisah 8 Serdadu Muda Jerman


NYALANYALI.COM – Lantas pertanyaan berikutnya, jasad siapa saja yang dimakamkan di Sukaresmi? Masih menurut Zahorka, makam pertama adalah Letnan Friedrich Steinfeld, Komandan U-195. Steinfeld meninggal akibat penyakit disentri dan kekurangan gizi saat ditawan Sekutu. Beliau meninggal di Surabaya, Jawa Timur, pada 30 September 1945 dalam usia 31 tahun.

Keterangan itu didapat oleh Zahorka dari Peter Marl dan Martin Mueller, awak kapal selam U-195 yang masih hidup di Austria. Mueller bahkan pernah ziarah ke makam Jerman pada 1999.

BACA:
Misteri Jejak tentara Nazi di Jerman (01): Makam Jerman di Kaki Gunung Pangrango

Misteri Jejak Tentara Nazi di Jerman (02): Monumen di Tengah Kebun Teh

Makam yang kedua adalah Eduard Onnen. Beliau adalah seorang schiffszimmermann (tukang kayu kapal) yang meninggal pada 15 April 1945 dalam usia 39 tahun. Makam ketiga dan keempat adalah Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens. Keduanya tewas oleh gerilyawan Indonesia di Gedung Jerman, Bogor pada 12 Oktober 1945.

Makam kelima adalah Letnan Laut W. Martens. Ia terbunuh dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Bogor pada 10 September 1945. Yang keenam adalah Kopral Satu Willi Petschow. Pemuda berusia 33 tahun itu meninggal pada 29 September 1945 akibat sakit saat berada di Perkebunan Cikopo. Makam ketujuh, Kapten Herman Tangermann. Ia meninggal karena kecelakaan pada 23 Agustus 1945 dalam usia 35 tahun.

Makam kedelapan adalah Dr.Ing.H.Haake. Pemuda berusia 30 tahun ini gugur pada 30 November 1944. Saat itu kapal selam yang ditumpanginya, yakni U-196 meledak terkena ranjau laut Sekutu di Perairan Sukabumi, Jawa Barat. Dari ke delapan orang tersebut, mereka meninggal dalam usia relatif muda. Bahkan mereka dimakamkan jauh dari tanah air tercintanya.

Adapun makam ke-9 dan ke-10, dinyatakan tak dikenal (unbekannt). Kemungkinan besar itu terjadi akibat saat proses pergantian nisan. Nama mereka yang tertera di nisan kayu yang lapuk sudah tak jelas terbaca lagi.

Terjawab sudah pertanyaan-pertanyaan tadi. Makam Jerman itu rupanya tak hanya menjadi saksi bisu mengenai keberadaan serdadu Jerman di Indonesia, melainkan pula menjadi peringatan bahwa perang tidaklah menguntungkan. Menang menjadi arang, kalah menjadi abu.

ANDRY T. TJITRA – Bogor

Bagikan :

Advertisement