NYALANYALI.COM – Novel Baswedan menjadi salah satu pimpinan satgas yang melakukan OTT Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. 25 November 2020, lalu. Meskipun kondisi mata kiri penyidik senior KPK itu yang tak sempurna lagi akibat disiram air keras, tiga tahun lalu, tapi gebrakan-gebrakannya dalam menangani kasus-kasus korupsi tak berkurang sedikitpun.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Salim Baswedan dan Fatimah ini, dalam segala keterbatasan fisik karena perilaku aniaya terhadapnya, mampu membuat gentar para koruptor. Dedikasinya terhadap pemberantasan korupsi di tengah berbagai upaya pelemahan KPK, tak menyurutkan seikitputn langkahnya.
Lelaki yang dikenal dengan kalimat, “Berani itu tidak mengurangi umur, takut juga tidak menambah umur. Jadi, kita tidak boleh menyerah. Jangan memilih takut, karena Anda akan menjadi orang yang tidak berguna,” itu kepada NyalaNyali.com menceritakan masa kecilnya termasuk nilai-nilai yang ditanamkan kedua orangtuanya yang membekas hingga saat ini. Berikut petikannya:
Nilai-nilai apakah yang diperoleh dari lingkungan pada masa kecil Anda?
Saya hidup di lingkungan yang saat itu banyak kekurangan, tapi banyak yang bisa dipelajari terkait rasa peduli, mengenali dan saling memahami. Peduli, bagaimana orang bisa peduli kalau dia tidak mengenal dan tidak paham. Ada peduli, empati, keakraban dan tentunya saling tolong menolong gotong royong. Selain itu karena faktor keadaan keluarga yang ada beberapa kekurangan, maka hal yang kemudian dipelajari adalah nilai perjuangan, mengetahui kondisi sedang di bawah artinya harus berjuang untuk naik.
Selain itu?
Ya, kemudian menjadi pelajaran tersendiri juga terkait bekerja keras, karena kondisi saat itu orangtua saya sedang banyak kesulitan membuat mereka harus bekerja keras memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Kerja keras itu terbawa kepada kami, untuk fokus, kerja keras dan melakukan sesuatu dengan tuntas.
Ini sangat mempengaruhi dalam perjalan hidup selanjutnya?
Hal itu mempengaruhi dalam cara pandang dan sikap untuk kehidupan kami berikutnya, ketika saya menjadi polisi dan sekarang saya di KPK. Selain itu, kalau dari keluarga, orangtua saya terutama ibu saya itu sangat disiplin, Apalagi berkaitan dengan tanggung jawab dan disiplin, Ibu saya keras. Akan jadi masalah serius kalau kami mengabaikannya.
Dan paling mendasar adalah Ibu saya paling benci kalau ada anaknya yang berbohong. Jadi, kalau berbuat salah itu ya nggak baik tapi masih dipahami, tapi kalau sudah berbohong akan jadi problem luar biasa.
Didikan untuk tidak berbohong dari Ibu itu sangat membekas ya?
Ya, nilai kejujuran menjadi pelajaran. Pendidikan utama yang saya pahami dari keluarga adalah kejujuran. Bapak Ibu saya mengajarkan soal tanggung jawab, disiplin, dan mengerjakan sesuatu dengan tuntas serta mau berjuang, kerja keras dan tentu saja paling utama adalah hidup harus jujur.
Pelajaran lingkungan keluarga yang juga saya serap adalah mengenai optimisme juga. Orangtua saya selalu bilang “kamu pasti bisa”. Mamah dan Abah doakan selalu hal demikian. Alhamdulillah itu saya ingat selalu.
Ada cerita soal optimisme ini?
Ha-ha-ha, iya dalam banyak hal masa SMP dan SMA, saya kadang dalam beberapa hal malah kelewat optimisme. Contohnya, ketika ujian karena saya pasti bisa, saya tidak belajar, tapi memang saya bisa mengerjalan soal-soal itu dengan baik. Tapi, kalau belajar ya pasti akan lebih bagus lagi. Kenapa saya tidak punya waktu belajar? Karena di usia itu saya sudah bekerja, sehari-hari saya ke sekolah jam 6 pagi, kalau ada PR belum beres saya selesaikan di sekolah, nanti jam 13.00 sesudah pulang sekolah, saya langsung kerja.
Didikan dari orangtua mengenai kejujuran, disiplin, tanggungjawab, kerja keras, dan optimisme mempengaruhi sikap Anda saat ini?
Alhamdulillah menjadi bekal medasar untuk karier atau ketika saya melakukan aktivitas kerja hingga bagaimana mengambil porsi keterlibatan untuk kepentingan umum. Memperjuangkan kepentingan orang banyak.
BACA JUGA:
Masa Kecil Novel Baswedan (01): Seru Bermain di Kuburan dan Gobak Sodor
Masa Kecil Novel baswedan (02): Suka Gandos, Ikut Cerdas Cermat dan Minder
Masa Kecil Novel Baswedan (03): Menjadi Kuli Bangunan untuk Bayar Masuk SMA