Fotografi Sebongkah Hobi, Jeprat Jepret itu Mengasyikkan

NYALANYALI.COM –  Fred R. Barnard, pakar periklanan itu dipercaya sebagai orang yang pertama kali menggunakan frasa one picture is worth a thousand words dalam artikel iklan jurnal perdagangan Printers ‘Ink, 8 Desember 1921. Ia mempromosikan penggunaan gambar dalam iklan.

Dan, “satu gambar memiliki sejuta kata” itu kemudian melekat dalam dunia fotografi. Satu gambar foto, bisa melukiskan lebih lengkap dari berjuta kata-kata. “Sebuah foto adalah rahasia tentang rahasia. Semakin ia memberitahu Anda semaki sedikit Anda tahu,” kata Diane Arbus, fotografer wanita kenamaan asal Amerika Serikat.

Perkembangan teknologi kemudian nyaris membuat setiap orang menjadi fotografer melalui kamera dalam perangkat telepon selular yang lekat dengan keseharian orang modern. Plus, wadah sosial media makin membuat tiap orang bisa memotret, meskipun hasil bisa jadi belum berkelas profesional sekali pun.

Momen yang tidak bisa diulang pun menjadi banyak orang mendadak bisa menjadi tukang potret, karena ia berada di tempat yang tepat saat kejadian berlangsung. Seperti yang disampaikan perancang busa dunia yang juga hobi fotografi, Karl Lagerfeld, “Apa yang saya suka tentang fotografi adalah mereka menangkap momen yang hilang selamanya dan tidak mungkin untuk memproduksinya Kembali,” ujarnya.

Namun, tak sedikit pula yang menekuni fotografi di luar profesi utamanya, dengan serius. Sangat serius malah. Bahkan di antara mereka bisa meraih prestasi dari fotografi yang semula hanya sekadar hobi itu. Kerabat NyalaNyali.com menyampaikan keriaannya membidik kamera.

Julhandi Handiarso
Profesional keuangan – Jatiasih, Bekasi

“Saya memulai hobi fotografi ini sejak mengikuti ekskul di SMA. Saat itu bahkan belum ada teknologi digital, fotografi jauh lebih sulit karena menggunakan film. Belajar fotografi mencakup teknik memproses di kamar gelap.

Buat saya, fotografi bisa diibaratkan melukis dengan cahaya sebagai kuas dan sensor kamera –pada teknologi digital saat ini– sebagai kanvas. Merekam keindahan alam, keseharian manusia, bentuk-bentuk geometris arsitektur dan infrastruktur atau obyek-obyek lainnya adalah kepuasan yang luar biasa. Apalagi jika hasil foto tersebut juga mendapat apresiasi orang lain.

Menariknya, fotografi memberikan ruang berekspresi tanpa batas. Obyek seperti landscape, human interest atau model, adalah sebagian kecil dari pilihan-pilihan yang ada untuk berekspresi. Bahkan proses editing pun dalam dunia fotografi digital memberikan ruang berekspresi lebih luas lagi. Sehingga hasil foto yang didapat tidak akan pernah membosankan.

Banyak yang bisa dipelajari dari dunia fotografi ini, termasuk keragaman cara pandang manusia terhadap hidup dan kehidupan. Obyek-obyek yang menurut kita biasa di Indonesia, seperti potret masyarakat perdesaan yang sangat bersahaja, ternyata menjadi luar biasa bagi orang-orang di belahan dunia lain. Pandemi ini, mau tidak mau membatasi kegiatan fotografi saya, terutama yang berkaitan dengan obyek-obyek seperti landscape dan street photography. Tetapi sebagai media berekspresi tanpa batas, tetap ada obyek-obyek yang bisa ditangkap seperti macro photography. Memotret kupu-kupu atau kelopak bunga di halaman rumah juga tidak kalah menariknya untuk dilakukan.”

Dr. dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD-KHOM
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik – Jakarta Selatan

“Menariknya dari hobi fotografi ini, saya mengunjungi tempat-tempat yang tidak biasa dalam waktu yang tidak biasa. Karena saya suka foto landscape, sering harus bangun jam 3 pagi dan berangkat motret jam 3.30 atau 4 pagi untuk “mengejar” sunrise. Pernah ke tempat motret di Sumba yang kalau terlambat pulang, buaya akan keluar. Dan, saat memotret di Myanmar, saya harus naik gerobak untuk mencapai tempat motret yang dituju.

Awal menyukai fotografi ini, saya menggunakan kamera saat kongres ke luar negeri, awalnya untuk dokumentasi, menggunakan kamera pocket yang sederhana. Setelah itu , Februari 2017 mulai belajar memotret dengan teman-teman yang lebih dulu menekunbi hobi fotografi.

Fotografi ini bisa “bercerita” dan bisa menghasilkan foto yang bagus dari tempat yang biasa-biasa saja asalkan memotret dengan teknik yang benar memanfaatkan komposisi, cahaya dan teknik memotret. Tapi saat pandemi ini, sulit untuk pergi memotret selama pandemi. Dalam 1 tahun hanya bisa 2 kali motret burung di daerah Bogor dan sekali motret air terjun di Ciletuh secara privat dengan fotografer profesional dan seorang teman”

Wira Wangi Arief,
Wiraswasta – Pamulang, Tangsel

“Hobi fotografi yang sudah sejak SMP saya ikuti melalui ekskul photography, membawa saya dipercaya untuk mengabadikan pemimpin negara dalam suatu acara, juga meliput diva internasional Anggun saat show di Jakarta. Pernah foto saya ikutkan lomba jadi juara satu saat itu jurinya Darwis Triadi, dan juara 3 Canon Marathon di katagori Human Interest.

Awal suka fotografi karena saya tidak bisa melukis dari sesuatu yang ingin diabadikan, sehingga dengan media foto, saya dapat merekam sesuatu yang menarik buat saya. Tapi, nggak pro amat lah cuma basic doang dan berdasarkan otodidak saja bekal pengetahuan dari bokap. Menariknya fotografi ini dengan cahaya dari alam semesta kita bisa membuat obyek menjadi indah dipandang dan dapat bercerita. Dan saat pandemi ini, saya bereksperimen dengan membuat foto produk atau benda-benda yang ada di sekitar rumah.”

Robby Noordian
Barista – Krukut, Depok

“Pandemi ini memang membuat kita dibatasi pergerakannya, namun tidak untuk mata kita, disetiap sudut pandangan kita selalu ada hal yang menarik untuk kita sampaikan. Jadi tidak harus melangkah jauh untuk dapat gambar bagus.

Saat mendalami hobi, sampai mengikuti kelas dan juga beberapa diskusi tentang fotografi, ternyata foto tidak sekadar sebuah gambar yang dibingkai cantik, namun foto juga bisa berbicara dan menyampaikan pesan dari apa yang fotografer tangkap saat itu Foto adalah refleksi dari suatu kejadian dan bagaimana kita akan menangkap dan mengabadikannya, itu menariknya fotografi yang sudah saya kenal sejak SD diajari motret oleh orang tua.”

Mardidwiarso M.
Praktisi Komunikasi – Pangkalan Jati, Cinere, Depok

“Banyak yang bisa dieksplorasi dan dipelajari dari fotografi yang saya ikuti sejak kuliah pada 2004. Ilmunya tidak pernah habis. Mulai dari bermain dengan jenis kameranya seperti kamera analog, kamera mainan, kamera ponsel, hingga DSLR dan saat ini mirrorless. Tak ketinggalan bereksplorasi dengan hasil fotonya, pemrosesan klise film dan editing digital. Aliran fotografi pun selalu dapat dieksplorasi; fotografi jalanan, makro, dan produk, adalah beberapa yang terus saya pelajari.

Kisah menarik yterkait hobo foto ini yang dapat terpikirkan saat ini adalah justru saat saya dimarahi dan hampir dipukul seseorang karena memfoto. Saya pertama kali ke Red Light District di Amsterdam, Belanda dan belum mengetahui bahwa di sana terdapat larangan memfoto. Dan, saat saya memfoto pintu bangunan suci di Mekkah, Arab Saudi, kala itu ternyata kamera masih dilarang untuk masuk ke area tersebut.

Saat pandemi saya masih bisa melakukan hobi saya ini, salah satunya saya malah jadi berlatih foto makanan. Bermula dari memfoto beberapa makanan yang kami pesan, berlanjut ke beberapa teman dan keluarga yang meminta bantuan untuk memfotokan produk yang mereka jual. Di akhir pekan, saya suka membongkar gudang untuk bermain-main kembali dengan kamera dan lensa tua,  baik yang memang saya koleksi ataupun peninggalan orang tua, dan bereksplorasi di sekitar perumahan saja.

Fotografi ini sungguh menyenangkan. Mungkin karena merasa telah menghasilkan suatu karya yang bisa membuat diri sendiri dan orang lain tersenyum. Mengabadikan momen sehari-hari yang mungkin dilewatkan begitu saja oleh orang lain, namun ternyata bisa menjadi sebuah seni.”

Mang Oben
Pegiat alam – Bandung

“Suka memotret sejak duduk di bangku SMP. Menariknya foto ini, kita dapat menangkap tentang keseharian, semacam catatan harian. Kisah menarik ketika zaman rol film, tentu saja harus membatasi “cetrak cetrek” untuk mengirit ha-ha-ha. Menariknya foto ini  sebagai dunia gambar yang unik.”

Galuh Candra Puspa,
Ibu Rumah Tangga – Jakarta

“Suka memotret sebagai hobi sudah sekitar 10 tahun lalu, alasannya karena  dapat meng-capture momen menjadi unforgettable . Dan menariknya lagi, bisa menjadikan yang biasa menjadi luar biasa. Saya sangat suka mejadi tukang foto ha-ha-ha.  Sayangnya saat pandemic seperti ini, saya belum bisa menjalankan hobi ini”.

Taufiqurrakhman,
ASN – Bontang, Kalimantan Timur

“Hobi traveling saya sesuai dengan kegemaran saya memotret terutama angle landscape dan human interest. Sejak 2004, saya mulai menekuni hobi ini, walaupun sebenarnya suka foto itu sejak SMP, ketika ayah saya sering membawa kamera analog ke rumah, dan saya ambil satu atau dua foto menggunakan kamera itu.

 Memotret itu asyik. Saya merasa seakan dapat memindahkan segala sesuatu yang indah dan menarik dalam pandangan saya ke dalam sebuah frame gambar.  Dari hobi fotografi ini, saya memiliki banyak teman dari berbagai daerah dan kalangan, seolah tidak ada sekat geografis, usia, pekerjaan dan status.

 Banyak cerita menarik ketika memotret, misalnya dikejar anjing, dihantam ombak besar di pantai, kena badai di gunung dan jalan kaki tengah malam buta demi mengejar momen. Tapi dari semuanya, hal paling menarik di fotografi bagi saya adalah banyak melihat dan berkeliling ke tempat yang menarik, bahkan sulit dijangkau, berkenalan dengan warga dan mengenal kebiasaan serta budaya setempat dalam waktu singkat. Memotret banyak memberikan pelajaran hidup kepada saya, dan membuat saya banyak bersyukur.

Saat ini karena kesibukan pekerjaan, hobi fotografi jadi tidak terlalu intens saya jalani, dan dengan semakin majunya teknologi saya lebih suka menggunakan ponsel utk memotret, dengan sedikit kesabaran tetap bisa menghasilkan foto yang bagus sesuai dengn apa yang saya inginkan. Di masa pandemi ini, sesekali saya tetap memotret degan menggunakan ponsel jika ada hal menarik atau pemandangan yang indah, lalu saya bagikan melalu media sosial.”

Mona Liza,
Ibu Rumah Tangga – Jababeka 2, Cikarang

“Awal suka fotografi karena senang mengabadikan setiap momen di berbagai kegiatan, hal-hal yang indah, lama-lama makin tertarik, mulai belajar secara serius dengan cara otodidak. Sebenarnya sejak SMP dudah suka memotret, tapi mulai serius empat tahun belakangan ini.

Menariknya hobi ini buat saya, kepuasan diri saat bisa mem-freeze hal-hal yang menarik dan indah. Banyak cerita menarik menekuni fotografi ini, di antaranya yang paling seru saat perjuangan untuk mendapatkan  momen sepele, dari terpaksa berposisi yang aneh-aneh, jatuh, sampai diseruduk  ternak.

Meskipun pandemi tak  bisa ke mana-mana, tapi saya masih bisa memotret meskipun lebih banyak di alam sekitar rumah, kemudian ada waktu mendalami still life fotografi, dan sesekali mengikuti event hunting dengan jumlah peserta yang sedikit”.

TIM REDAKSI NYALANYALI, URRY KARTOPATI, LALA WULANDARI

Bagikan :

Advertisement