NYALANYALI.COM, Wawancara – “Hari ini papaku pulang kepadaNya. Seribu kebaikan yang papa lakuin selama ini akan dituai dengan pahala. Semoga segala amal kebaikan Papa diterima Allah SWT,” tulis Rally Marina di akun Instagramnya, 6 Juni 2020.
Itu duka mendalam yang dirasakan perempuan kelahiran Jakarta, 27 Maret 1980 ini. Kepergian Sidarto Sosro Atmodjo atau Sidarto SA di usia 66 tahun itu, bukan saja kehilangan ayah selamanya, tapi ia kehilangan mentornya sepanjang kariernya sebagai pembalap. “Papah. Guru di balap, guru dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang selalu ngajarin tetap belajar sabar,” kata Rally.
Memang, kariernya sebagai pembalap perempuan nyaris sulit ditandingi pada rentang 1980 hingga 1990-an. Ia menjadi juara di banyak kejuaraan adu oto, mulai Juara Nasional I balap mobil grup N (1995) hingga juara pertama City Car Challenge (2004). “Balap mobil sudah menjadi darah dagingku,” kata sulung dari tiga bersaudara pasangan Sidarto SA dan Suzy Suzanne ini.
Rally menekuni dunia balap masih belia, saat usianya 14 tahun. “Masih kelas 2 SMP, saat itu,” kata ibu dari Farrel Rafellyno, ini.
Tidak hanya di balap mobil saja, kemudian perempuan mungil dan selalu ceria ini berkiprah, ia pernah menjadi presenter MotoGP Live, Nascar 2003-2004, public relations Ikatan Motor Indonesia (IMI) DKI pada 2000, penyiar Radio Prambors (1998-2003), presenter Kroscek (2002-2004), bahkan anchor lady Dove Shampoo dan Athlete of the Year K7001 Sony Ericsson 2004.
Rally Marina kemudian menceritakan arti kejujuran dalam hidupnya, alasannya mundur dari dunia balap mobil yang membesarkannya kepada NyalaNyali.com. Berikut kutipannya:
Senang di pergaulan selebritas?
Aah.. seleb ha-ha-ha. Dulu setiap acar, aku harus datang, Takut kalau ada orang yang bilang tidak beredar, tidak tahu gossip ini dan itu. Tapi lama-lama capek. Aku tidak comfort. Ini gue ya, seperti ini. Aku lebih senang nongkrong di warung roti bakar atau di tempat orang tidak kenal gue. Capek jaga image terus.
Hal yang dikagumi dalam hidup ini?
Honesty and loyality.
Ada kasusnya?
Dulu sekali, suatu ketika aku pernah keluar dari rumah.
Kenapa?
Biar hidup lebih bebas. Aku merasakan gap antara orangtua dan anak-anaknya di rumah, ketika itu. Tujuan orangtua tentu baik, mereka sangat strength, tidak boleh keluar malam dan sebagainya. Itu masa-masa ketika aku sangat tertekan karena dibatasi ruang gerakku.
Lantas?
Ternyata kebebasan itu bukan segalanya. Suatu hari aku merasa bisa meng –handle everything, tapi kenyataannya tidak begitu. Aku butuh orangtua dan saudara-saudaraku. Deep inside aku sangat kesepian. Aku butuh kasih sayang mereka. Ketika itulah, aku sangat ingin berada di tengah keluargaku.
Aku langsung kosongkan rumahku. Aku Kembali ke rumah orangtua, aku katakan kepada mereka, aku kembali dengan segala perubahan. Aku tidak ingin lagi berbohong kepada keluargaku dengan bungkus kemanisan yang sebetulnya di belakang adalah kebusukan.
Pasti bukan mudah mengakui itu?
Ya. Suatu hari, seluruh keluarga kumpul. Dan, masing-masing harus mengungkapkan semua yang dilakukannya dengan jujur. Tentang segala hal, dari soal kecil hingga besar. Mulai dari soal merokok hingga hal terburuk yang tak pernah terbayangkan. Intinya, kami ingin terbuka, bukan sekadar pengumuman, tapi untuk perubahan.
Dan, kamu lakukan keterusterangan, saat itu?
Aku harus lakukan itu, meskipun berat dan risikonya bisa macam-macam. Aku harus memberikan contoh betapa berharganya kejujuran kepada adik-adikku, sepahit apapun. Itu hari yang sangat berat, sekaligus melegakan. Karena dengan kejujuran, semua bisa meringankan beban yang selama ini kita tutup-tutupi antara satu dan lainnya.
Menarik. Nah, sekarang kita bicara soal balapan ya. Mengapa meninggalkan dunia balap, padahal prestasinya masih cemerlang.
Aku memutuskan meninggalkan balap sejak memutuskan untuk bercerai pada tahun 2015 (dari pembalap Fitra Eri -Red). Sehingga ketika salah satu dari kita yang masih aktif balap biar bisa fokus. Dan aman.
Mengapa dunia balap perempuan kelihatanya kurang berkembang, ya? Apa kendalanya?
Karena mungkin tidak ada kelas khusus balap perempuan. Sehingga pembalap perempuan yang baru muncul pun langsung harus berkompetisi dengan laki-laki di kelas umum.
Apakah ada keinginan kembali ke dunia balap mobil lagi?
Selalu ada keinginan itu. Ini bagaikan gunung berapi yang aktif, tapi sekarang sedang tidur siang ha-ha-ha.
Setelah absen dari dunia balap, sekarang jadi penyiar? Apa daya tariknya?
Hmm, daya tariknya teknik cut to cut, mixing plus challenge, gimana bisa jadi teman yang membuat pendengar nyaman dikondisi yang berbeda-beda.
Sudah berapa lama menjadi penyiar radio? Di mana saja?
Sebenarnya jadi penyiar radio sejak lulus SMA , di Prambors (1998-2003), Global Radio MNC (2015), sejak 2018 sampai sekarang di MOST Radio 1058 FM.
Apa kiat menjadi penyiar radio bertahan di tengah persaingan dengan berbagai media lainnya?
Menurutku, harus punya ciri khas tersendiri, punya ide atau kreativitas yang baru dan beda. Juga, gimana kita membuat packaging programnya jadi menarik dan unik.
BACA:
Patsy: Jan Mintaraga Bisikkan Cinta Sebelum Tiada
Ajeng Raviando: Musim Pandemi Jangan Abaikan Kesehatan Mental, Waspada Cabin Fever
dr Ayuthia Putri S: Waspadai Sakit Jantung Koroner, Begini Gejalanya…