Lebih Sulit Mengubah Pola Pikir Daripada Perilaku

NYALANYALI.COM – Jika ada yang berpendapat lebih mudah mengubah perilaku seseorang dibandingkan mengubah pola pikirnya atau cara pandangnya terhadap suatu hal, saya pikir itu ada benarnya.

Bagaimana caranya mengubah sesuatu kita tidak ketahui pasti keberadaannya, kekuatannya, sesuatu yang tersembunyi di dalam pikiran orang lain? Pikiran jahat itu awalnya ya hanya diketahui orang yang bersangkutan dan Tuhan (bagi yang memang serius mempercayai adanya Tuhan).

Bukan yang pura pura percaya dan yakin agar sekadar dianggap taat pada sistem sosial. 

Misalnya ada yang berpikir bahwa “mencuri itu memang salah. Merugikan orang lain. Tidak boleh dilakukan.” Tapi, dia juga punya pandangan bahwa “mencuri dari orang tertentu atau kelompok tertentu boleh dilakukan.” Ini kan berbahaya.

Atau kita bayangkan yang lebih konkret saja, misalnya ada penegak hukum yang berpikir, “memeras penjahat tidak masalah. Anggap saja itu sebagai bagian dari hukuman dia karena berbuat jahat kepada orang lain.” Apalagi kalau para penjahat ini dianggap sampah masyarakat yang kalau diperlakukan buruk tidak akan jadi masalah.

Atau contoh lain. Suap, menerima hadiah dari pihak yang dilayani, menerima komisi dari pelaksana proyek, sekalipun diketahui semua itu dilarang, tapi ada saja yang memelihara di dalam pikirannya bahwa sepanjang tidak meminta, sepanjang tidak memaksa, maka hal-hal seperti itu adalah rezeki. Patut disyukuri. Apalagi dianggap anugerah dari Tuhan. Semakin susah dibelokkan, karena membawa-bawa nama Tuhan.

Cara berpikir yang buruk seperti itu, sepanjang masih tersimpan di dalam benak, tidak akan menjadi masalah bagi orang lain. Tapi akan menjadi masalah besar jika keluar menjadi ucapan dan perbuatan. Di tahap itu, akan mampu mempengaruhi orang lain yang di dalam pikirannya juga sudah punya bibit-bibit yang sama.

Agar dapat mewujud menjadi ucapan dan perbuatan, maka harus ada faktor-faktor yang mendukungnya.

Faktor internalnya antara lain gagalnya internalisasi nilai-nilai moral, kepercayaan diri dan keberanian yang tinggi bahwa sebagai manusia yang bebas, dia berhak mengucapkan apa saja dan melakukan apa saja dan dia akan bertanggungjawab sepenuhnya atas akibat dari ucapan atau tindakannya itu.

Sedangkan faktor eksternalnya antara lain adalah : lingkungan sekitar yang permisif. Serba membolehkan. Mengganggap baik dan buruknya perbuatan seseorang, sekalipun merugikan orang lain dan merusak nama baik kelompok, itu dianggap hanya urusannya sendiri. Pertanggungjawaban kepada publik dianggap tidak terlalu penting. Perbuatan-perbuatan yang merugikan publik dianggap sama seperti masalah rumah tangga yang tidak perlu banyak diurusi. 

Inilah yang menjadi tantangan. Jika ingin serius membangun budaya tandingan agar orang-orang yang punya pikiran buruk ini menjadi terjepit dan tidak berani mewujudkan pikiran-pikiran buruknya menjadi kata-kata atau perbuatan, maka kita harus berani menunjukkan sikap kritis dan tidak permisif kepada pemikiran-pemikiran seperti itu. Sekalipun ada yang lolos, dan sempat mewujud menjadi perkataan, apalagi perbuatan, maka harus segera diinterupsi, ditindak.

Disinilah pentingnya membangun sistem yang jelas terkait pedoman perilaku dan dilaksanakan secara konsekwen sehingga membawa pesan yang jelas bahwa perilaku tertentu tidak akan pernah diterima. Siapapun yang melakukannya, setinggi apapun jabatannya.

Pedoman perilaku dan ketegasan pelaksanaannya itu akan menjadi pemaksa bagi semua orang yang perilakunya belum sesuai, menjadi berubah menyesuaikan. Bukan terbalik, pelaksanaan pedoman perilaku itu menyesuaikan diri dengan orang-orangnya.

Jika di suatu kelompok terbangun budaya seperti itu, maka siapapun yang masuk ke dalam akan menyesuaikan perilakunya. Dia tidak punya pilihan lain selain mengubah perilakunya yang tidak sesuai dengan standar, menjadi sesuai dengan standar. Sekalipun cara pandangnya belum berubah. Karena jika perilakunya tidak berubah, ancamannya jelas. Keluar atau dikeluarkan dari kelompok.

Yang merasa hati nurani dalam diri masih mendominasi, berkumpulah. Organisir diri dengan baik. Saya mengetahui di luar sana banyak yang punya pikiran yang sama. Bahkan sangat berani bertindak melawan orang-orang jahat di lingkaran terdekatnya demi melindungi masyarakat.

Semoga gerakan gerakan seperti ini semakin menjadi arus utama.

10 April 2021

KETUT DARPAWAN
Hakim PN Palu

Bagikan :

Advertisement