Anak Lelaki Membaca

NYALANYALI.COM, Kisah – Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30, suasana malam di Stasiun Depok memang tidak terlalu ramai seperti saat pagi.  Pemandangan para tukang ojek pangkalan yang masih setia menunggu penumpang datang masih bisa dilihat hingga perjalanan kereta terakhir.

Di under pass stasiun, seorang perempuan bertubuh kurus, berwajah tirus terlihat sedang mengatur bungkusan besar berwarna putih. Isinya tidak lain sampah botol dan gelas plastik yang sudah berhasil dikumpulkan seharian. 

Tubuhnya  begitu mungil. Dari bentuk badannya, mungkin orang tidak menyangka, ternyata ia adalah sosok yang sangat kuat hingga sanggup menggendong seorang anak lelaki berusia sekitar enam tahun dan bertubuh cukup besar dari anak seusianya. Belum lagi gembolan yang ia bawa pula, apalagi kalau bukan karung plastik berisi barang rongsokan.

Sebenarnya anak ini bisa saja mengikuti ibunya bekerja mencari rongsokan dengan berjalan kaki, tetapi sang ibu memilih untuk menggendong di punggungnya. Entah, sudah berapa lama si bocah berada dalam gendongan. 

Saat jarakku semakin dekat dengan mereka, takjub dan tak sampai hati aku melihat apa yang sedang dilakukan anak ini di balik kain batik yang menyatukan tubuhnya dengan tubuh sang ibu. Terenyuh aku dibuatnya, tak sanggup kutahan air mata ini untuk tak jatuh.

Si anak asyik membaca buku cerita usang  yang sebelumnya mungkin tidak sengaja ditemukan oleh ibunya. Mulutnya komat-kamit membaca kalimat demi kalimat yang ada dalam buku tersebut. Matanya terus fokus ke kisah dongeng dari buku yang ia baca, tanpa ia sadari aku sedang memperhatikan tingkahnya.

Selintas aku mendengar si anak menanyakan sesuatu yang tidak ia mengerti dari buku tersebut dan ibunya pun dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan dari si buah hati, sambil terus melakukan pekerjaannya menata hasil perolehan rongsokannya.

Itu menjadi hari pertama perjumpaanku dengan ibu dan anak tersebut. Keesokan malam, rupanya aku kembali tanpa sengaja bertemu dengan mereka. Lagi-lagi, bocah itu memegang buku. Ya, buku yang sama seperti aku lihat kemarin. Mungkin, ibunya belum menemukan lagi buku cerita bekas yang sengaja dibuang oleh pemiliknya.

Jika suatu hari Tuhan mengijinkan aku untuk bisa bertemu mereka kembali, ingin rasanya memberikan buku bacaan untuk anak ini. Hingga tiba hari ketiga, selepas turun dari kereta, aku begitu yakin dapat bertemu dengan mereka. Jadi, kuputuskan untuk membeli buku gambar dan buku cerita yang biasa di jual di depanstasiun. Namun, sayangnya si penjual buku sudah tidak ada saat aku keluar dari stasiun. 

Benar saja, mereka ternyata ada di tempat yang sama. Kali ini, tidak ada buku bacaan. Keduanya hanya asyik mengobrol. Tiba-tiba aku teringat kue yang aku beli untuk anakku di rumah. Langsung kuberikan kepada perempuan tangguh itu.

Jelas sekali kulihat bagaimana perempuan itu terkejut ketika aku mendekati dan memberikan kue untuknya.

“Terima kasih, Ya Allah. Terima kasih, Bu,” begitu ujarnya dengan mata berkaca-kaca menatapku.

Ku usap lengannya sambil berkata, “Dimakan ya, Bu”. Lalu, kuusap kepala anaknya yang terus saja memperhatikan aku. “Yang pintarya, Nak”. Hanya itu yang bisa kuucapkan dengan sedikit penyesalan tidak bisa memberikan buku bacaan kepadanya.

Berbulan-bulan kemudian aku tidak lagi bertemu dengan mereka di under pass Stasiun Depok. Sampai aku kembali menemukan mereka, belum lama ini. Bocah lelaki itu masih di gendong ibunya.

Kelak engkau tidak akan melupakan saat dirimu ada dalam gendongan ibumu. Berawal dari buku bekas, kelak engkau akan menjadi orang besar dan berhasil menaklukan dunia.

RATIH KUSUMAWANTI
Buku #sayabelajarhidup ke-9 Nusantara Berkisah 01 (2018)

Bagikan :

Advertisement