Seni Betawi. Kisah Sukses Asimilasi Budaya

NYALANYALI.COM, Jakarta – Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk. Sebuah kemajemukan yang sulit dicari tandingannya pada bangsa lain di muka bumi ini. Dan, Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia merupakan prototipe Indonesia dalam skala kecil. 

Masyarakat Jakarta yang sangat majemuk terbentuk dari berbagai bangsa dan suku bangsa yang mengalami proses pembauran berabad-abad lamanya. Perpaduan adat-istiadat, perkawinan antar suku atau antar golongan membentuk masyarakat dengan etnis baru yang dikenal dengan sebutan “ Kaum Betawi”.

Komunitas lokal yang dikenal sebagai masyarakat Betawi ini mendapat pengaruh yang bervariasi, sehingga mengalami tingkat perubahan yang berbeda-beda pula. Ada kelompok yang telah tersentuh pengaruh luar, namun ada pula yang hidup dalam pola 

yang sama sejak berabad lalu hingga saat ini.

Pembauran antar etnis terus-menerus terjadi melalui proses akulturasi, asimilasi, dan penetrasi kebudayaan. Proses ini kemudian menciptakan kebudayaan baru, sebuah budaya yang tetap menonjolkan ciri-ciri budaya aslinya, sehingga tetap dapat dikenali. Di bidang seni, Betawi kemudian sangat popular dengan Tari Topeng, Cokek, Lenong, Keroncong Tugu, atau Wayang Betawi. Kesenian ini merupakan pembauran dari berbagai unsur budaya, seperti Jawa, Cina, Belanda, atau Portugis. 

Bicara proses asimilasi, ada pula yang demikian padu hingga sulit sekali dicari unsur-unsur pembentuknya, seperti yang terjadi pada kuliner dan pakaian adatnya. Soto Betawi, Gado-gado Betawi, atau Asinan Betawi, agak sulit menelusuri asal usulnya. Begitu juga pada pakaian sehari-hari orang Betawi yang terdiri dari sarung, baju koko, ikat kepala, dan terumpah, tidak mudah untuk menyebutkan darimana unsur aslinya. 

Dok. Adat Nusantara

Kebangkitan seni dan budaya Betawi dipelopori Ali Sadikin (Bang Ali) Gubernur DKI periode 1966-1977. Konon semasa pemerintahannya berbagai kesenian Betawi mulai tampil di ranah pertunjukan bergengsi. Lenong tak lagi manggung dari kampung ke kampung, tetapi mulai pentas di TIM (Taman Ismail Marzuki). Begitu juga dengan ragam seni Betawi lainnya, semua diberi peluang luas untuk dikenal oleh seluruh suku bangsa

Bang Ali acap tampil dengan berbagai kebijakan kontroversial bagi kota Jakarta. Namun, tekadnya membuat seni dan budaya Betawi menjadi salah satu unsur penting kebudayaan bangsa, ternyata membuahkan hasil. Kini, Betawi telah mampu menjadi identitas bagi Jakarta. Misalnya bahasa/dialek, seni tari, teater, sejarah, musik/gamelan, sistem nilai budaya, makanan, pakaian, dan banyak hal lainnya, telah dikenal dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. 

Saat ini, Kaum Betawi dari golongan generasi tua umumnya masih melestarikan adat istiadat tradisional, terutama dalam menyelenggarakan upacara adat yang berkaitan dengan daur hidup manusia. Seperti pada upacara perkawinan yang biasanya masih diselenggarakan sesuai adat tradisi dengan berbagai syarat ritual. Konon kaum mudanya pun mulai banyak yang tertarik untuk mengetahui seni dan budaya asli leluhurnya. Tampaknya ikatan masyarakat Betawi dan budayanya masih cukup kokoh dan kuat.  


URRY KARTOPATI 

Bagikan :

Advertisement