NYALANYALI.COM, Legenda – Musim panas 1935. Sungai Loire yang berada di pinggir Kota Nantes itu terlihat ramai. Beberapa kapal kecil membelah kejernihan air sungai itu. Sejak abad ke-12 lembah sungai di Prancis Tengah itu menjadi lokasi puri bangsawan Prancis. Di salah satu tepi sungai terpanjang di Prancis tersebut, bocah tujuh tahun itu duduk sendiri. Di bawah rindang pohon ia terlihat asyik dengan pikirannya sendiri.
Liburan musim panas di tepi sungai yang mengalir dari pegunungan Cavennes itu adalah acara wajib tahunan keluarga Pierre Verne. Di sinilah Pierre bersama Sophie, istrinya, dan kelima anak mereka menghabiskan liburannya. Dan, seperti biasa juga si sulung Jules menghabiskan waktu berjam-jam menikmati keindahan sungai itu.
Di daerah ini Raja Prancis Louis XI (1423-1483) mendapatkan inspirasi dan mengumpulkan kekuatan untuk mempersatukan Prancis yang waktu itu dikuasai Inggris. Dan, seperti Louis XI, dalam otobiografinya, Souvenirs d’Enfance et de Jeunesse, Verne mengakui di sinilah ia mendapatkan inspirasi bagi karya-karyanya.
BACA:
Jules Verne Sang Pengkhayal (01): Bukti 100 Tahun Sebelum Manusia ke Bulan
Jules Verne Sang Pengkhayal (02): Punulis Weruh Sak Durunge Winarah
Lelaki kelahiran Nantes, 8 Februari 1928, itu adalah seorang pendiam. Ia lebih sering terlihat merenung sendiri. Meski begitu ia adalah seorang yang sangat mencintai keluarganya. Pada usia sembilan tahun Jules dan Paul adiknya didaftarkan menjadi siswa di Saint Donatien College yang terkenal itu. Ayahnya yang seorang pengacara memiliki akses yang memudahkan Verne bersaudara itu untuk masuk ke salah satu sekolah paling bermutu di Nantes itu.
Di sekolah ini, pria yang karya-karyanya paling banyak diterjemahkan ini mulai menunjukkan minatnya pada sastra. Jules pun dengan giat belajar bahasa Latin, membuatnya mampu menguasai teks sastra kuno. Hal unik yang juga muncul pada Jules di masa ini adalah ia pun menunjukkan minat yang besar pada seni lukis dan matematika.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Saint Donatien, Pierre sang ayah memintanya untuk melanjutkan studi bidang hukum di Paris. Meski tidak sepakat dengan ayahnya, penulis Paris in the 20th Century ini tak memiliki kekuatan untuk membantah. Dengan berat hati ia belajar ilmu hukum demi sang ayah.
Si sulung dari lima bersaudara itu tak dapat begitu saja melupakan minatnya pada sastra ketika ia tengah belajar hukum. Sekitar tahun 1848, bersama Michael Carre ia mulai menulis cerita-cerita untuk pementasan operet. Jules Verne sangat menikmati apa yang dijalaninya, tapi tidak bagi ayahnya. Pierre memutuskan untuk tidak lagi membiayai kuliah Jules Verne. Dan, untuk membiayai hidupnya, ia harus bekerja sebagai seorang pialang saham.
BACA:
Mahatma Gandhi Sang Pemersatu
Soichiro Honda Sang Penakluk
Bersambung: Jules Verne Sang Pengkhayal (04)