Kapal MV Nur Allya Lebih Setahun Hilang, 25 ABK Bagaimana Nasibnya?

NYALANYALI.COM, Jakarta – Kecepatan pemerintah, termasuk di dalamnya Basarnas dan KNKT untuk menangani jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang membawa 62 penumpang dan kru yang jatuh di Kepulauan Seribu, 9 Januari 2021 lalu, patut diapresiasi.

Dalam sepakan sejak dinyatakan hilang, sudah teridentivikasi 17 korban Sriwijaya Air SJ 182 oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Tak kurang dari 10 KRI dikerahkan, 2.600 personel dikerahkan. Berbagai alat canggih pun diturunkan untuk menemukan lokasi pesawat jatuh. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggunakan alat canggih untuk menemukan black box milik pesawat Sriwijaya Air .

Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan alat canggih tersebut antara lain pinger finder. Ia melanjutkan, KNKT menerjunkan tiga alat pinger finder untuk mempercepat proses pencarian black box Sriwijaya Air. Dalam pencarian, telah dibuat triangle atau segitiga yang dilacak terdapat sinyal dari black box yang tertangkap pinger finder.

Sesaat setelah diberitakan pesawat Srwijaya Air rute Jakarta – Pontianak hilang dari radar, Presiden Joko Widodo atau Jokowi segera menginstruksikan segenap jajaran mencari keberadaan pesawat itu.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pun dipanggil Jokowi ke Istana Kepresidenan, Jakarta. Selain meminta progres penanganan jatuhnya pesawat  itu, Presiden juga menginstruksikan langkah perecepatan penanganan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
 

Menhub mengatakan, ada tiga intsruksi Presiden Jokowi kepadanya. Pertama, penanganan musibah harus cepat untuk mendapatkan blackbox agar segera ditemukan dan diambil, potongan tubuh pesawat juga diambil. “Blackbox sudah ditemukamn dan akan diumumkan Panglima TNI nantinya,” ujarnya di Terminal JICT, Selasa (12/1/2021).

Kemudian, instruksi yang kedua yakni asuransi dan hak-hak harus segera diberikan kepada keluarga korban. “Dan ketiga lenyebab kecelakaan harus segera ditemukan dan dijadikan pembelajaran untuk kinerja penerbangan nasional,” kata dia, menjelaskan.

Tentu saja tindakan cepat tersebut mendapat apresiasi berbagai pihak. Namun, bagaimana dengan penanganan hilangnya kapal kargo MV Nur Allya dan 25 ABK-nya yang bermuatan nikel 50.000 ton, berlayar dengan rute Pulau Weda, Maluku Utara tujuan Pelabuan Morosi, Sulawesi Tenggara. Tapi kontak terakhir di Laut Halmahera, kemudian senyap, kabar angin pun tak jelas. Kejadian terjadi 22 Agustus 2019, lebih setahun itu?

Keluarga kru kapal MV Nur Allya yang terus berusaha dengan berbagai cara mendesak perhatian pemerintah sejak setahun lalu itu, hingga saat ini masih belum menemukan kejalasan mengenai keberadaan keluarganya sebagai ABK di kapal kargo itu.

keluarga korban menuliskan dalam akunnya, “Pray for Sriwijaya #SJ182 Dan tak pernah lelah untuk #SaveCrewMVNurAllya”.

“Perbedaan penanganan tidak ada upaya conference pers. Sehingga kasus kapal MV Nur Allya hanya dikonsumsi pihak terbatas. Sudah satu tahun lebih kejadiannya, KNKT belum melakukan konferensi pers hasil investigasi hilangnya kapal MV Nur Allya,” kata Edi Kurniawan, yang kehilangan adik kandungnya di kapal itu, Agus Triyono sebagai mualim 1.

“Harapan kami, kalau diduga tenggelam bisa dibuktikan, kalau memang tidak tenggelam, semoga kru MV Nur Allya dalam lindunganNya,” kata Fajar Merry Saputro, kakak sepupu Hariyanto, juru mudi kapal itu.

Fajar dan keluarga 25 ABK kapal kargo MV Nur Allya terus mencari tahu kabar sekecil apapun tentang kapal kargo yang hilang bersama sanak saudaranya yang sampai sekarang tak ketahuan keberadaannya. 

Bagikan :

Advertisement