Jalan Panjang Koes Plus Menjadi Legenda Musik Indonesia

NYALANYALI.COM, Legenda – Lelaki asal Australia itu menjabat erat tangan Tony Koeswoyo. Kejadian itu di awal 1970-an, di sebuah bar hotel bertaraf internasional di Bali.  Kala itu, pentolan grup Koes Plus tengah menghela lelah, seusai band-nya menyajikan beberapa lagu ciptaan sendiri. 

Si bule yang kebetulan duduk disebelahnya, tiba-tiba memberikan penilaian tentang grup-grup musik Indonesia, yang dianggapnya secara kualitas belum memenuhi standar. Ia pun menyebutkan beberapa nama yang menurutnya berkualitas internasional karena mampu membawakan lagu-lagu grup barat (Eropa dan Amerika), nyaris menyerupai aslinya. 

Tony hanya menjawab ringan, “ It’s better be a small- good creator and innovator than become a good or even , a great imitator.”  Lebih baik menjadi kreator kecil daripada menjadi peniru besar, kalimat itu berulangkali diungkapkan Tony dalam wawancara di RRI dan beberapa media cetak. Walhasil, si bule pun menjadi penggemar Koes Plus.

Tony Koeswoyo, sang legenda, itu adalah konseptor Koes Plus yang berdiri pada 1969, yang diawakinya bersama saudara-saudaranya Yon dan Yok Koeswoyo, serta Murry. Grup band ini mengambil gaya dari semua genre (Bee-Gees, Folk Rock, Beatles, Ballad, 

Reggae, Blues, Soul, nuansa Jazz, etnik Indonesia dan sebagainya). 

BACA:

12 Penoreh Tinta Emas Musik Dunia

Cikal bakal Koes Plus, Koes Bersaudara dengan personil Tony, Djon, Yon, Yok, dan Nomo yang didirikan pada 1962. Mereka  mengawali kreativitas dengan lagu ciptaan sendiri dalam nuansa Everly Brothers bercampur gaya Beatles awal. Pemilihan bentuk band, bukan combo atau small big band yang menjadi standar di era itu merupakan langkah luarbiasa. 

Tiga bulan, Koes Bersaudara pernah merasakan dalam kurungan di era Orde Lama. Namun, kematangan Tony dan saudara-saudaranya dalam bermusik makin teruji dalam lirik seperti: Jadikan Aku Dombamu (sempat menjadi “lagu kebangsaan” di beberapa seminari di Indonesia ), The Land Of Ever Green  bernuansa patriotisme ), To The So Called The Guilties  (tentang realisme hukum dan sosial masa itu).

Berlanjutlah, dalam era Koes Plus. Pencapaian-pencapain tertinggi pernah dialami, hal ini kemudian jadi sumber yang tak pernah kering di timba generasi seniman musik setelah masa itu. Mereka yang mengerti, tidak akan sembarangan mengatakan musik Koes Plus seluruhnya dalam genre “easy-listening”, contohnya seperti pada lagu Kasih Sayang dan Sweet Memories, di situ kapasitas Tony sebagai pencipta dan pengaransir berkualitas terbukti.

Kemampuan “menekuk” bahasa Indonesia dalam lagu pop, menjadi lebih kenyal dan plastis keluar dari pakem romantisme yang populer di masa itu. Ini kontribusi besar dalam sejarah musik pop Indonesia.

Menurut Kompas, 13 September 2001, Koes Plus dan Koes Bersaudara, menciptakan 953 lagu dalam 86 album. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat sebagai grup yang terbanyak menciptakan lagu, serta  pada 1992 menerima anugerah The Legend BASF Awards. Sementara, lagu  Why Do You Love Me-nya pernah memuncaki top hit di radio-radio Australia selama tiga minggu! 

PUNTO DEWO & URRY KARTOPATI

Bagikan :

Advertisement