NYALANYALI.COM, Perjalanan – Kehidupan kota Amsterdam, Belanda layaknya sebuah museum, mempertontonkan sesuatu yang unik bagi para pendatang. Kehidupan masa lalu tampil apik berdampingan dengan aroma masa kini.
“Dan, tujuanku dalam hidup ini adalah melukis sebanyak yang aku bisa lakukan. Kemudian di akhir hidupku saat aku meninggal, aku akan menoleh kembali dengan cinta dan sedikit sesal, lalu berucap, ‘Oh, itu lukisan yang pernah kubuat”. Begitulah petikan surat Vincent van Gogh untuk Theo, adiknya. Keinginan pelukis aliran impressionisme ini untuk melukis sepanjang hidupnya tercapai sudah.
Ada 200 lukisan cat, 580 lukisan pinsil, 7 buku kumpulan sketsa, serta 600 pucuk surat tulis tangan karya sang maestro dipamerkan di Van Gogh Museum yang terletak di Paulus Pottersstraat 7, Amsterdam. Kumpulan surat-surat lelaki yang pernah mengiris kupingnya sendiri ini bahkan telah diterbitkan dalam buku berjudul De Brieven van Vincent van Gogh.
BACA:
Jalan-jalan ke Khanty Mansiysk Rusia
Museum yang dikelola oleh Vincent van Gogh Foundation memang tampil memikat. Karya-karya disajikan berikut cerita tentang kehidupannya yang dramatis. Di dalam bangunan berbentuk segi empat ini, tersedia pula ruang khusus yang berisi buku-buku tentang sang pelukis. Bahkan ada pula tempat untuk belajar cara melukis ala Van Gogh.
Satu jam sudah saya menikmati karya-karya seni yang ada disini. Saya tak mau terburu-buru, mengingat perjuangan masuk ke museum ini pun tak mudah. Maklum, saya datang saat musim liburan, turis tumpah ruah di Amsterdam, sehingga untuk masuk museum bertiket 19 euro ini harus antri begitu panjang. Satu hal yang tak pernah saya jumpai di Indoenesia.
BACA:
Jalan-jalan ke Brugge Belgia
Rijksmuseum adalah tujuan saya berikutnya. Museum yang dirancang oleh P.J.H Cuypers ini menjadi yang terbesar sekaligus terbaik di Belanda. Sebagai museum seni, Rijksmuseum termasuk diperhitungkan di Eropa, banyak lukisan karya maestro dari abad 15 hingga 19 terpampang disini, diantaranya Rembrant dengan The Night Watch-nya. Selain itu, tampil pula karya pelukis Belanda lainnya, seperti Frans Hals, Vermeer, dan Johanes Rach.
Museum yang terletak di jantung kota Amsterdam ini punya keistimewaan lain, khususnya bagi saya, karena ada beberapa lukisan yang menggambarkan suasana dan kegiatan masyarakat Kota Batavia (Jakarta) abad 18 karya tentara VOC Johannes Rach (1720-1783). Rach bertugas membuat laporan intelijen tentang situasi suatu wilayah melalui lukisan. Separuh hidupnya pun dihabiskan di Batavia (Jakarta), bahkan pria kelahiran Kopenhagen ini kabarnya dimakamkan di Taman Fatahillah, Jakarta.
BACA:
Jalan-jalan ke Kairo Mesir
Amsterdam memang dikenal sebagai kota museum. Puluhan museum disini semua terawat dengan baik dan dikunjungi jutaan wisatawan tiap tahun. Tiga yang paling diminati dan menjadi “wajib” kunjung bagi wisatawan, adalah Rijkmuseum, Van Gogh Museum, dan Stedelijk Museum (berisi karya seni moderen dan karya kontemporer dari tahun 1850 hingga sekarang).
Selebihnya bisa dipilih berdasarkan ketertarikan Anda. Satu yang tak boleh terlewatkan juga adalah Anne Frank House, sebuah tempat yang dijadikan persembunyian gadis yahudi ini selama Perang Dunia ke-2.
Museum penting lainnya adalah Museum Maritim, Tropenmuseum (museum tropis), Nemo (museum ilmu pengetahuan dan teknologi), Allard Pierson Museum (museum purbakala), serta puluhan museum khusus lain yang tak kalah menariknya. Seperti Tulip Museum (museum tentang tulip), Vodka Museum (museum sejarah Vodka), Ajax Museum (museum klub sepakbola Ajax), Brilmuseum (museum kacamata), juga Madame Tussaud’s Scenerama, yang berisi ratusan patung lilin dari tokoh-tokoh dunia, mulai dari tokoh politik, bintang film, olahragawan, sampai pelukis.
Sejauh-jauh mata memandang, Amsterdam begitu mempesona. Meski telah beberapa kali menyambangi kota ini, namun selalu saja ada suasana menyenangkan. Bukan lantaran keelokannya semata, namun atmosfer yang ditimbulkan acap membuat saya merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Apalagi saat ikut tour dengan kapal menjajal kanal-kanalnya yang terkenal itu, Singel, Herengracht, Keizersgrancht, dan Prinsengrancht
Julukan lain bagi kota ini adalah “The Venice of the North”, karena memiliki begitu banyak kanal. Ada lebih 100 kanal dengan 1.281 jembatan yang melintang di atas kanal-kanal tersebut, salah satunya tertera 1728 sebagai tahun pembangunannya. Dahulu Amsterdam juga dikenal dengan rumah perahu-nya, kini hanya tinggal puluhan dari 2.500 buah yang pernah ada.
Puluhan kanal yang membelah kota pertama di Belanda ini, menjadikan pemandangan seluruh kota semakin indah hingga ke sudut-sudutnya. Di musim semi seperti saat ini, Amsterdam kian menampakkan kecantikan, apalagi dengan kehadiran sederet bangunan tua berumur 300- 500 tahun yang khas dan unik itu.
URRY KARTOPATI
Bersambung: Jalan-jalan ke Amsterdam (02)