Apni Naibaho Bumikan Bertani Organik

NYALANYALI.COM, Kisah – Perempuan satu ini inspirasi bagi para petani. Semangat dan tekadnya bulat untuk memajukan pertanian organik. 

Namanya Apni Olivia Naibaho. Lahir di Kota Siantar 30 April 1982. Bagi penduduk Siantar, khususnya blok Songo, Apni adalah pahlawan. Dialah perempuan yang berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat Blok Songo.

Namun, mimpinya melampaui satu blok. Ia bertekad memajukan dunia pertanian organik di Sumatera Utara. Karena itulah, ia rela meninggalkan pekerjaannya yang mentereng di sebuah yayasan kenamaan di ibukota: Jakarta. “Aku ingin para petani sejahtera,” ujarnya, satu waktu.

Demi mewujudkan impiannya itu, Apni berusaha mengajari dan melatih masyarakat bertani organik. Walau di awal-awal dia kerap mendapat penolakan dari masyarakat. Penolakan itu tidak mematahkan semangatnya.

Apni menyadari betul, selama ini, kebanyakan petani tidak mendapatkan untung secara ekonomi dari bertani organik. Belum lagi, permainan di level tengkulak yang semakin memojokkan posisi petani organik.

Meski ditolak, Apni tak kehabisan ide. Ia terus berusaha meyakinkan masyarakat akan gagasannya soal bertani organik. Ia juga menjelaskan, sekarang ini teknologi pertanian pun semakin maju. Hal itu akan semakin memudahkan pekerjaan bercocok tanam organik sekaligus berdampak pada percepatan masa panen. 

Salah satu upaya yang dilakukan Apni untuk meyakinkan masyarakat adalah dengan berbicara dari hati ke hati. Apni rela mengetuk dari satu pintu ke pintu rumah warga untuk meyakinkan mereka betapa beruntungnya bertani organik. “Ya, saya door to door. Saya yakinkan mereka,” imbuh perempuan yang pernah meraih nominasi “The Young Farmerson Top” 2016 lalu ini 

Sebagai duta petani, Apni menyadari latar belakang ilmunya tidak mendukung profesi yang digelutinya sekarang. Apni tamatan Sarjana Ekonomi dan Magister Teologia. Bahkan, sejak kecil belum pernah bergelut di dunia pertanian. Ia juga bukan anak petani. Jadi buta betul tentang cara bertani. 

Namun ia berkomitmen untuk menolong petani itu. Maka Apni rela kursus bertani organik di Sentul, Bogor. Dari situlah ia memiliki pengetahuan dan leterampilan bertani organik. “Sewaktu kuliah S-2 dulu, menguat keinginan untuk pulang kampung. Saya ingin mengabdi bagi masyarakat. Saya doakan, kemudian saya putuskan kembali ke kampung dengan platform bertani,” kata Apni.

Alasannya memilih mengembangkan pertanian, kata Apni, karena ia kerap menyaksikan banyak petani tidak sejahtera. Sehingga ia merasa, para petani ini perlu ditolong untuk berkembang dan maju. “Mereka punya tenaga, saya punya ilmu. Kenapa tidak kolaborasi saja?” kata dia. 

Perempuan berambut gelombang ini pernah membayangkan para petani Indonesia menjulang sebagai agar petani sukses, kaya raya dan menjadi produsen makanan sehat bahkan produk-produk pertanian organik bisa ekspansi ke luar negeri. “Dambaan saya, petani kita berdaulat,” ujarnya.

Hingga saat ini Apni masih giat menyuluh petani ke daerah sepasti Samosir, Pancur Batu, Kabanjahe, Medan, Kutacane, Siantar, Balige, Lombok dan Bogor. Baginya ada kepuasan tersendiri melakukan pekerjaan ini. 

Atas kegigihannya, Apni kini telah memiliki kebun organik. Kebun ini disebut Siantar Sehat (SISE). Ada enam orang petani yang bergabung dengannya. Melalui kebun organik SISE ini, ia telah berhasil mendongkrak perekonomian keenam petani tersebut. 

Menurut Apni, bertani organik menguntungkan sekali. Sebab, pangan organik lebih mahal harganya, lebih dicari masyarakat dan hasil panen dari pertanian organik meningkat tiga hingga lima kali lipat. “Memang awalnya sulit dan butuh proses. Ketika baru mulai merintis kuantitas panen berkurang, namun jika sudah bulan ketiga dan seterusnya akan meningkat hasilnya. Hal ini dikarenakan tanahnya semakin subur. Hanya saja butuh ketelatenan,” katanya, berkisah.

Di kebun SISE, menurut Apni, keenam petani kaderannya itu terlatih menanam kangkung, sawi manis pahit, bayam merah hijau, pakcoy, terung, timun, gambas, pare dan kailan. Semua ini dijual ke pelanggan tetap. Lainnya dijual secara online melalui media sosial. “Kini petani dapat meraup untung besar. Awalnya pendapatan mereka berkisar 500 ribu setelah bertani organik mencapai dua jutaan,” tuturnya.

Selain dijual, hasil panen sayur juga bisa dijadikan bahan makanan alami, seperti stik dan mie. Makanan ini juga dijajakan di masyarkat dengan brand produk SISE.

Sebagai tantangan, menurut Apni adalah mengkader lebih banyak petani. Sejak 2013, ia terus berjuang memahamkan dan mengajak masyarakat untuk bertani organik. Namun apa yang ia raih saat ini mengalami fluktuasi. Tidak langsung diterima masyarakat. Apni terus getol mengajak para petani. Ia meyakinkan petani dengan membuka pelatihan bertani organik secara cuma-cuma. 

***

Ketika banyak orang-orang berbondong-bondong ke Ibu kota, Apni justru meninggalkan Jakarta demi kampung tercintanya. Apni meyakini masa depan juga ada di desa. Karena itu ia tak peduli sesulit apa tantangan di depannya. Ia berani melangkah maju karena didorong oleh mimpinya: berdampak bagi petani.

Mimpi itu ia wujudkan dengan proses panjang. Ia sadar untuk melakukan semuanya ini tidak segampang membalikkan tangan. Tetapi butuh waktu proses dan keteladanan. Ia berpikir tidak selamanya sarjana harus tinggal di kota, tetapi desa membutuhkan tangan-tangan dingin sarjana untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. 

Apni mengajak kaum milenial untuk tidak tabu pulang kampung. Selain itu juga ia mengajak masyarakat supaya hidup sehat dengan bertani organik dan mengkonsumsi sayuran organik. “Untuk hidup lebih sehat, ayo bertani secara organik. Untuk hidup lebih sehat, ayo konsumsi sayur organik,” kata dia. 

LINDUNG SILABAN – Medan

Buku #sayabelajarhidup ke-9 Nusantara Berkisah 01 (2018)

Bagikan :

Advertisement