Selalu Muncul Karya Ajaib Dari Dapur

NYALANYALI.COM –  “I get way to much happiness from good food,” kata Elizabeth Olsen. Aktris Amerika itu sungguh-sungguh mengatakannya, “Aku mendapatkan terlalu banyak kebahagiaan dari makanan enak”.

Makanan memang bukan sekadar asupan nutrisi, kalori, protein dan segala hal, tapi terkait kebahagiaan pula bagi yang menyantapnya.

Nah, ternyata para penguasa dapur pun selalu memiliki passion mengolah masakannya sesuai selera dan cita rasa. Sesederhana sekalipun resepnya, tapi tak pernah asal membuatnya. Tersaji di meja adalah sebuah karya yang lezat. Dan, di masa pandemi ini yang semula hobi tersebut bisa pula menjadi bisnis yang menjanjikan jika ditekuni. Banyak yang sudah berhasil menjalankannya.

Pervanovana dan Golubsi

Pervanovana
Wiraswasta – Jakarta Selatan

“Suka memasak sejak menikah. Saya memiliki dua  orang tua yang beda negara dan budaya. Ayah dari Jawa Timur dan ibu dari Rusia. Di setiap acara party keluarga orang tua yang pastinya datang tamu dari budaya yang berbeda. Pasti disiapkan satu meja khusus masakan menu Rusia, khusus untuk para tamu Rusia yang tidak bisa makan masakan Indonesia, juga untuk tamu Rusia yang lama tinggal di sini dan kangen dengan masakan Rusia, serta tamu Indonesia  yang ingin mencicipi dan merasakan masakan-masakan Rusia.

Dan, itu selalu disiapkan dan dimasak oleh ibu saya.  Secara tradisi setiap acara, saya hanya membantu ibu saya memasak. Tapi waktu saya sudah menikah, tanggung jawab itu saya yang pegang sendiri dan dibantu anak saya yang perempuan. Dan, tradisi ini berlanjut dan berulang kembali di dalam keluarga saya.

Begitulah awal saya mulai masak masakan Rusia, karena tradisi turun temurun. Dulu hanya masakan Rusia dan Jawa. Sekarang hampir semua masakan saya bisa. Dari salad, sup, cake, roti dan makanan utama lainnya. Tentu saja yang utama masih masakan Rusia dan Jawa.

Belajar memasak awalnya dari ibu, bapak, nenek, tante-tante  dan kesininya ada yang dari YouTube untuk jenis masakan lainnya. Semula masak untuk menyenangkan suami dan anak-anak, terus menjadi hobi, dan akhirnya merambah jadi bisnis juga.

Pengalaman menarik saya terkait hobi memasak ini, adalah menambah pertemanan dengan pelanggan-pelanggan saya dari beberapa kedutaan dan pelanggan-pelanggan saya yang pernah kerja di KBRI di Rusia. Menariknya, mereka menceritakan pengalaman mereka hidup di sana, makanan Rusia favorit mereka selama tinggal di sana dan mengulangi kenangannya makan masakan Rusia dengan memesan masakan Rusia dari saya. Dan, masakan Rusia itu sehat untuk kondisi umur mereka saat ini.”

Nita Wiratmoko dan balado ikan asin petai

Nita Wiratmoko
Ibu rumah tangga – Jakarta Timur

“Pernah satu waktu iseng coba-coba bikin Nasi Goreng Hongkong ,  resepnya sekilas saya baca di lembaran belakang bungkus margarin. Ternyata rasanya kok enak , lalu saya dicoba dengan tambahan bahan-bahan  lain, akhirnya coba-coba dijual. Alhamdullilah gak terduga ternyata banyak peminatnya , gak lebih dari dua jam sudah habis.

Ini pengalaman yang paling berkesan.  Karena saya jual Nasi Goreng Hongkong waktu ini cuma  pakai mobil yang diparkir di daerah yang ramai, yang biasa dilalui mobil dan  motor. Pembelinya mereka yang berangkat kerja atau sekolah. Jadi pagi-pagi biasanya saya sudah  siapkan beberapa kotak nasi goreng yang di simpan di coller box. Awalnya hanya iseng-iseng, malah bisa menghasilkan uang.

Mulai suka memasak setelah menikah , sebenarnya bukan suka memasak , tapi lebih karena kewajiban ada suami dan anak-anak. Pertama memasak itu bahkan banyak bumbu-bumbu yang salah ,karena memang belum terlalu paham dengan berbagai jenis bumbu. Tapi setelah belajar ke ibu dan rajin lihat buku-buku resep, masakannya jadi lebih ada rasanya, hehehe. Lama kelamaan bisa sendiri dan jenis masakan yang bisa dibuat pun semakin banyak.

Meski awalnya lebih karena kewajiban dan kebutuhan kemudian akhirnya jadi hobi , dan alhamdulillah sekarang sedikit2-sedikit bisa juga untuk bisnis. Kalau untuk jenis masakan, saya paling suka masakan tradisional, pokoknya masakan rumahan biasa, yang diminati keluarga di rumah. Karena memang itu yang paling dikuasai. “

Catrine dan Mangut

Catrine
Wirausaha Resto – Cikarang, Jababeka

“Tadinya masak memasak ini sekadar hobi, tapi sekarang jadi bisnis. Belajar memasak pun tadinya otodidak, karena pengalaman membantu ibu memasak saja. Dan, sejak menikah makin suka memasak, saat anak-anak kami SD, karena selalu membuatkan bekal untuk sekolah mereka. Dari membuat bekal  untuk anak inilah akhirnya menjadi bisnis catering untuk anak-anak sekolah, dan sekarang jadi punya resto dengan menu masakan buatan saya sendiri.

Jenis masakan yang saya minati dan kuasai adalah tradisional, western, chinesse, dan masakan rumahan lainnya.”

Dewi Indrarini dan Rosemary Roasted Chicken

Dewi Indrarini
Pelaku Kuliner – Jakarta

“Saya suka masak sejak kecil, mungkin karena sejak kecil melihat ibu yang usaha kuliner, jadi saat itu sudah ikut membantu usaha ibu. Jadi pengetahuan tentang memasak mengalir begitu saja, karena seringnya masak bersama ibu. Sejak kecil saya juga terbiasa melihat kegiatan masak-memasak dalam jumlah besar.

Karena senang dengan segala hal tentang masakan dan makanan, saya sering belajar dari youtube,  untuk mengetahui juga masakan dan kuliner kekinian. Meskipun ibu memasak semua jenis masakan juga kue basah, kue kering, cake dll. Saya sekarang lebih suka masak masakan  western dan sedikit Chinese

Awalnya masak ini hanya sebagai hobi, tapi akhirnya juga untuk berbisnis. Senang sekali kalau masakan saya disukai. Itu yang paling utama. Saat pandemi seperti ini dan masakan saya masih diminati , banyak yang memesan, dan pada bilang enak banget. Rasanya jadi semakin semangat. “

Rini Widyaninggar dan Semur jawa

Rini Widyaninggar
Wiraswasta (pengusaha catering dan warung makan) – Yogyakarta

“Sejak kecil  suka membantu ibu masak . Meskipun cuma sekadar bantu-bantu mengulek bumbu, mengenal ragam bumbu dapur, ikut icip-icip untuk mengenal rasa. Begitu punya anak,  jadi rajin masak-memasak agar anak makannya bervariasi, apalagi saat itu anak saya agak susah makannya. 

Selain belajar masak dari Ibu, saya senang baca-baca buku masakan, kadang juga liat di Youtube, pernah juga kursus masak, tapi khusus membuat kue-kue. Paling sering masak ya masakan tradisional seperti sop, lodeh, rawon, soto, oseng-oseng,  gado-gado, sayur bobor, sarang bandang dan lainnya. Tapi sesekali saya juga suka bikin Spaghetti, Macaroni Schootel, Bitterbollen, atau Steak.

Saat ini masak tidak hanya untuk hobi  tapi juga untuk  bisnis. Ceritanya, ada  tetangga yang menawarkan untuk kerjasama buka catering untuk anak-anak SD (Sekolah Dasar) kebetulan kami sama-sama punya anak  SD  waktu itu. Jadilah kita bertiga membuat katering untuk  makan siang Anak-Anak di SDN Pujokusuman, Yogyakarta. Kegitan ini berlangsung sampai sebelum pandemi. Saat ini terhenti karena anak-anak sekolah dari rumah. Saya juga buka warung makan. Usaha yang saya jalankan selalu  berkaitan dengan urusan masak-memasak.”

Noeke Anggarwulan dan Mushroom Sirloin

Noeke Anggarwulan
Freelancer – Jakarta Barat

“Gara-gara pelajaran Tata Boga saat SMP, kegemaran masak jadi kebawa sampai rumah. Hampir setiap akhir pekan main di dapur, ketika itu lebih suka buat kue kering. Berjalannya waktu mulai masak yang lain, mulai masakan rumahan, tradisional, dan western.

Guru masak saya bukan hanya  guru tata boga SMP, tapi juga mama, Pertama kali minta diajari mama ketika SMP, saat itu mama sedang keluar kota menjenguk orang tua, di rumah hanya ada saya dan kakak-kakak. Karena sedang tidak ada kegiatan, iseng membuka kulkas dan menemukan ada udang dan ayam mentah. Saya langsung menelepon mama untuk menanyakan bagaimana mengolahnya. Udang goreng yang keasinan dan ayam goreng yang lupa diberi garam menjadi masakan pertama saya yang diajarkan mama. Kalau sekarang ini saya lebih sering belajar sendiri dan mencoba-coba resep dari online.

Saat masih berkantor, hampir setiap Senin saya selalu membawa hasil masakan dari resep coba-coba, atau menemukan di online untuk dibagi-bagikan dikantor. Beberapa teman yang menyukai beberapa masakan saya terkadang minta dibuatkan lagi. Beberapa kali ada permintaan, saya iseng menanyakan kalau saya jual bagaimana? Mereka ternyata mau. Dari situ saya berpikir berarti masakan saya layak jual.

Menu makan siang pesanan teman-teman adalah nasi tutug oncom, tahu tempe, ayam goreng, dan sambal matah. Ada juga yang hanya memesan sambal matah. Tapi saya batasi hanya 5 pax karena kalau lebih dari itu akan sulit membawanya, karena saya ke kantor menggunakan bus. Beberapa bulan kemudian saya mulai beri merk Noe’s Kitchen.

Berkat hobi ini pula, setelah tidak berkantor saya sempat menerima catering harian, dan juga ketika peringatan 7 hari meninggalnya papa, saya bersama mama menyiapkan sendir nasi box.”

TIM NYALANYALI.COM, URRY KARTOPATI, LALA WULANDARI

Bagikan :

Advertisement