Gamelan di Tiga Tlatah Nusantara

  1. Gamelan di Yogyakarta

Supaya lebih istimewa, datanglah ke Yogyakarta. Di Kota Pelajar itu Anda akan menemukan gamelan tidak hanya dimainkan layaknya alat musik biasa, melainkan juga dirawat secara khusus pada bulan-bulan tertentu, layaknya menjadi sebuah ritual kepercayaan masyarakat setempat yang harus dijaga.

Namun pertunjukan gamelan di Kraton Yogyakarta hanya bisa disaksikan di waktu-waktu tertetu. Pagelaran gamelan tunggal dapat disaksikan pada hari kamis dan hari sabtu gamelan hadir sebagai pengiring wayang kulit. Lalu, hari minggu waktunya gamelan menjadi pengiring tari tradisional Jawa. Penonton pun turut terhibur dengan aksi para sinden bernyanyi.

Istimewanya, di keraton ini Anda bisa menemukan seperangkat gamelan tua, koleksi itu tersimpan di bangsa kraton, yang terletak bagian belakang. Sepasang gamelan yang diberi nama Kiai Guntur Madu ini merupakan  peninggalan jaman Majapahit yang hanya muncul saat ada perayaan upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatain)  yaitu acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad S.A.W. yang diadakan di alun-alun utara Yogyakarta.

  1. Gamelan di Jawa Barat

Jawa Barat juga termasuk daerah yang cukup banyak memiliki alat musik tradisional. Untuk gamelan saja, terdapat beragam jenisnya, seperti gamelan salendro, pelog, serta degung. Jenis gamelan tersebut pun memiliki fungsi berbeda. Contohnya, gamelan salendro dimainkan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kiningan, jaipongan, dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan gamelan pelog, namun sayang jenis gamean ini kurang berkembang sehingga tidak akrab banyak dimainkan.

Gamelan degung merupakan alat musik khas bagi masyarakat Sunda. Degung berkembang pada akhir abad ke-18. Arti kata degung diambil dari dua kata ngadeg, mengandung makna berdiri dan agung, artinya megah atau pangagung, yakni bangsawan. Gamelan ini hanya dimiliki oleh kaum bangsawan.

Perkembangan musik degung juga tidak terlepas dari letak kerajaan yang berada di sekitar hulu sungai. Contoh, kerajaan Galuh. Posisinya di hulu sungai menyebabkan para pemain degung banyak mengambil inspirasi musik dan lagu yang menggambarkan keadaan sungai. Tapi, tidak hanya gamelan degung yang terkenal, ada pula gamelan ajeng. Alat ini dapat ditemukan di Bogor, Jawa Barat. Dan, gamelan renteng, tersebar di Batu Karut, Cikalong Kabupaten Bandung.

Satu lagi jenis yang perlu diketahui. Jenis gamelan tua lainnya adalah gamelan degung pangasih, merupakan peninggalan seorang Bupati Sumedang, Pangeran Kusumadinata pada periode 1791-1828. Benda bersejarah itu tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.

  1. Gamelan di Bali

Beranjak ke Bali. Gamelan di Pulau Dewata ini memiliki musik kuat, cepat, juga sering mengalami perubahan tempo dan dinamik. Agak sedikit berbeda dari gamelan Jawa Tengah dengan alunan lembutnya dan gamelan Jawa Barat yang musiknya terdengar lebih ceria.

Selain perbedaan jenis musik, dari sisi alatnya berbeda pula. Gamelan Bali lebih banyak menggunakan instrumen berbilah, dari sekian banyak jenis alat musik tradsional tersebut, ada satu contoh gamelan kerap dimainkan dan terbilang paling berkembang di Bali, yakni gong kebyar. Gong kebyar termasuk jenis gamelan modern.

Ditemukan pertama kali pada awal abad ke-20, gamelan ini menghasilkan alunan musik keras dan dinamis, itu sebabnya dinamakan kebyar yang mengandung makna cepat, tiba-tiba, namun keras. Alat yang awal mulanya muncul di Bali Utara itu, dimainkan untuk mengiringi tarian atau memainkan tabuhan instrumental.

Lalu, gamelan jegog. Diciptakan oleh seniman I Wayan Geliguh sekitar tahun 1912, di daerah Jembrana. Jegog memiliki empat nada dan berbentuk tabung bambu, serta mempunyai fungsi untuk mengiringi pencak silat. Namun, kini jegog juga dimainkan bersama tarian dan drama gong.

Bagikan :

Advertisement