NYALANYALI.COM, Kisah – Seperti biasa pagi saya mencari udara segar dan ngeteh di angkringan dekat rumah.
Menikmati ‘me time’ sambil membaca berita dan memantau CCTV live gunung Merapi dari ponsel.
Lalu datang seorang pria umur 30an membawa tas ransel besar duduk di dekat saya. Penampakannya kasual rapi, kulit putih bersih dan cukup tampan. Dari logat khasnya jelas ia tidak berasal dari Yogya.
Jurus 1: Sok akrab.
Senyum terkembang nyerocos mengajak kenalan. Tak sampai hitungan menit sudah belasan pertanyaan dia ajukan. Mulai dari nama, tempat tinggal, status, pekerjaan sampai ke hal-hal yang sangat privasi.
Saya sudah merasa tak nyaman tapi masih berusaha ramah dan menjawab sekenanya.
Jurus 2 : Curhat.
Ia mulai berpanjang lebar menceritakan kesulitan hidupnya, dari soal ia merantau saat ini ke Yogya sampai ditinggal istri karna tak mampu menafkahi akibat pandemi. Sambil membela diri bahwa sang perempuan memilih pergi dengan pria lain yang lebih punya uang.
Saya mulai mual..
Jurus 3 : Psikologis.
Karna saya agak acuh ia mulai agresif dan lebih banyak lagi menteror dengan pertanyaan. Saya mencoba sibuk dengan layar ponsel walau tak lagi bisa fokus.
“Saya pusing, Mas.. usaha apa ya mas buat dapat uang ??”
“Saya juga pusing, Mas bukan Mas saja yang pusing!” ujar saya spontan.
Tapi dia masih belum menyerah.
“Maaf ya Mas saya cerewet, Kalau sama-sama pusing ya harusnya saling mendoakan atuh ..dan bla bla bla”, sekarung kata-kata bijak ia keluarkan.
“Sudah mas! ngobrol sama mbaknya aja sana”. Saya membalas dengan nada agak tinggi.
Ia terdiam sesaat mungkin menyadari kalau saya bukanlah mangsa yang mudah. Sampai calon mangsanya yang kedua datang ..
Jurus 4 : Endurance.
Mengulangi jurus 1 dari awal, kali ini seorang karyawan hotel yang baru datang ke angkringan.
Si karyawan yang baru meletakkan pantatnya di kursi dan belum sempat memesan teh langsung terhajar jurus cocot tanpa bayangan itu.
Akhirnya saya harus menyaksikan lagi siaran ulang tapi kali ini tanpa perlawanan seimbang.
Waduh KO dia padahal teng ronde pertama belum selesai gumamku dalam hati.
Jurus 5 : Knock Down.
Setelah meminta rokok si karyawan sang pria cocot mungkin tak lagi berminat melanjutkan jurusnya karena terlalu mudah.
Dengan enteng dan tak lagi senyum ia berkata.. maaf mas saya mau jalan, tolong bayarin kopi saya ya. Mba..kopi saya dibayar mas ini ya. Lalu ngeloyor pergi meninggalkan si karyawan yang terdiam.
Selesai. Begitu saja.
ARNOLD SIMANJUNTAK