Albert Einstein Sang Jenius (03): Petualang Cinta Mengembangkan Bom Atom

NYALANYALI.COM, Legenda – Pada saat Lieserl lahir, Albert Einstein si pria jenius ini sedang dalam persoalan cukup berat. Usianya yang baru mencapai 23 tahun membuatnya belum matang secara emosional. Sifatnya yang selalu terburu-buru harus dibayar mahal. Profesor pembimbingnya tidak merekomendasikan ilmuan muda itu untuk menjadi pengajar di almamaternya. Ia sangat terpukul karena menjadi dosen di  Eidgenössische Technische Hochschule adalah cita-cita.

Dalam situasi itu, ayah salah seorang temannya, memberikan pekerjaan kepada Albert Einstein sebagai asisten teknik pemeriksa di kantor paten Swiss. Setelah memperoleh pekerjaan ini, ia memutuskan menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Sambil bekerja di kantor paten, ia masih terus melakukan penelitian ilmiah. Ketekunannya berbuah manis ketika pada tahun 1905 ia mendapatkan gelar doktor dari Universitas Zurich, dengan tesis On a New Determination of Molecular Dimensions. Ditahun yang sama juga ia menghasilkan empat artikel yang menjadi dasar fisika modern.

BACA:
Albert Einstein Sang Jenius (01): Surat-surat Cinta Si Tokoh Abadi

Gelar doktor tersebut seolah melengkapi kebahagiaan Mileva dan Einstein karena setahun sebelumnya putera pertama mereka Hans Albert Einstein lahir. Pencapaian pria yang juga suka mengemukakan pandangan politiknya ini terbilang ironis. Meski bergelar doktor dan artikel-artikelnya mendapat sambutan luas dari ilmuwan, ia tetap tidak mendapatkan tempat untuk menjadi pengajar.

Kondisi ini membuat ia memilih untuk hijrah ke Jerman. Pada 1913 ia memperoleh apa yang diinginkannya, ia diangkat menjadi mahaguru di Universitas Berlin. Di Jerman, karena kejeniusannya Einstein mendapat cukup banyak jabatan, diantaranya yang bergengsi adalah Direktur Lembaga Fisika Kaisar Wilhem.

BACA :
Albert Einstein Sang Jenius (02) : Jatiuh Hati kepada Mileva, Perempuan Serbia

Di Jerman ini pula dia terlibat beberapa petulangan asmara. Namun yang cukup menghebohkan adalah kisahnya dengan Ethel Michonowski, seorang wanita terkemuka di Berlin. Dalam surat-suratnya yang dipublikasikan Eisntein mengaku bahwa ia cukup tersiksa karena Ethel terlalu agresif. Ia butuh seseorang lebih tengan dan lembut.

Petualangan cinta anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia itu tak sempat terkuak karena orang telah terlanjur kagum pada kejeniusannya. Tak ada yang bisa membantah bahwa dialah ilmuan paling masyur di dunia. Dia juga dianggap sebagai manusia paling cerdas yang pernah lahir ke dunia. Realitas inilah yang membuat Einstein merasa nyaman di Jerman.

Namun, semua kenyamanannya di Jerman harus ia akhiri ketika Hitler berkuasa. Fakta bahwa ia adalah keturunan Yahudi membuatnya merasa tak aman. Ia lalu hijrah ke Princeton, Amerika Serikat pada 1933. Ia bekerja di Lembaga Studi Lanjutan Tinggi. Pria yang pecinta damai ini kemudian terlibat dalam Manhattan Project. Sebuah proyek pengembangan bom atom, yang kemudian digunakan Amerika Serikat untuk melumpuhkan Jepang.

Baginya Manhattan Project adalah sebuah proyek ilmu pengetahuan, namun tidak bagi Amerika Serikat. Perbedaan pandangan itu hanya untuk menunjukkan bahwa semua hal adalah relatif. Dan, inilah yang menjadi penyesalan terbesarnya sampai kematian menjemputnya pada 18 Maret 1955, meskipun Albert Einstein sebenarnya telah menyadari hal tersebut sejak 1921. Dalam sebuah suratnya ia menulis, “Aku akan segera bosan dengan relativitas. Segala sesuatu akan kabur jika selalu dihubungkan dengannya.”     

CHRISTO KOROHAMA
dari berbagai sumber

Bersambung: Albert Einstein Sang Jenius (04)

Bagikan :

Advertisement