NYALANYALI.COM, Kisah – Akulah burung hud-hud itu. Telah terbang sekian lama hingga sayapku letih, mataku lelah, tenagaku terkuras. Ditugaskan kepadaku mencari sumber mata air di gurun gersang. Tapi kutemukan hal yang lain.
Akulah burung hud-hud itu. Pulang kembali terbang melintasi terik. Diterpa angin panas yang bisa mengupas kulitku. Aku harus pulang, untuk sebuah kabar, yang tak diketahui raja dan nabiku. Padahal tak ada yang tak ia tahu, bahasa apapun ia paham dan kekuasaannya meliputi segala hewan, jin dan manusia. Sulaiman, namanya. Kali ini, aku mengetahui yang tidak ia tahu.
Kusampaikan apa yang aku lihat itu. Tentang kebenaran dan pengetahuan lain yang bukan kebenaran yang ia tahu sendiri. Tentang sebuah negeri, yang makmur, diperintah seorang perempuan yang duduk di atas singgasana yang mewah berhias batu permata indah rupa. Penduduknya menyembah matahari saat terbit dan tenggelam. Saba’, negeri itu.
”Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu (Sulaiman AS) belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.” (QS. An Naml : 22).
Kemudian ditugaskan kembali aku ke negeri itu, membawa sebuah surat yang kujatuhkan tepat di hadapan ratu itu. Surat pertama yang dimulai dengan memuliakan nama Allah. Bismillahirrohmannirrohiim.