NYALANYALI.COM, Penyintas Hebat – Aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang terpapar virus corona. Entah kapan dan dari mana virus itu menclok di badanku. Tentunya beragam pengalaman yang telah terjadi. Semoga cerita pengalamanku ini bermanfaat.
Awal Desember 2020.
Beberapa hari itu badanku mulai terasa tidak nyaman, cepat lelah, kadang demam, sakit perut dan lain-lain. Aktifitas terus aku lakukan, bahkan bertambah, karena ingin kehidupan yang lebih baik untuk keluargaku, untuk Dwi istriku dan dua anak kami Naufal (3 tahun) dan Althaf (10 bulan).
Akibat aktivitas yang aku paksakan, membuat aku benar-benar kelelahan dan mulai sesak napas. Pulang kantor, aku ke klinik 24 jam, untuk melakukan rapid test, hasilnya reaktif. Esok harinya aku lanjutkan swab test, hasilnya positif. Aku mulai kesulitan bernapas, bahkan aku harus berjuang sedemikian rupa untuk satu tarikan napas. Aku berdoa, ya Allah SWT, mohon diberi waktu untuk membesarkan anak-anakku.
Segera aku ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RSUD Kota Bogor. Beruntung ada Irlang, sepupuku yang dengan cepat mengurus segala sesuatunya. Rumah langsung diisolasi dan seluruh anggota keluarga harus di swab test.
Di RSUD Kota Bogor, aku langsung masuk ruang ICU. Alhamdulillah, aku mulai bisa bernapas dengan bantuan oksigen. Para perawat dan dokter sangat mendukung dalam memberi semangat untuk kesembuhanku.
Di ruang ICU yang dingin, mata agak sulit diajak tidur, jadi sepanjang malam aku makan terus, kata orang-orang yang kudengar, kalau terpapar Covid-19 harus makan yang banyak. Jadi aku makan saja buah-buahan, kue kering, permen jahe yang dikirim adikku Iwan dan kakak iparku Wa’ Agus. Selain obat dari dokter, aku juga mengkonsumsi vitamin dan herbal yang dikirim saudara-saudaraku.
Setelah 7 hari di ruang ICU, aku dipindahkan ke ruang intermediate, masih diisoliasi. Di sini para perawat dan dokter juga sangat supportif. Aku mulai bisa mengobrol dengan sesama pasien Covid-19 lainnya.
Dua hari kemudian akudi dinyatakan negatif. Besoknya aku dapat berita via WA dari istriku bahwa swab tes anak terkecil kami, Althaf hasilnya positif. Aku sedih nggak bisa apa-apa, hanya bisa berdoa agar Allah SWT memberi adek Al kesembuhan dan memberi Dwi kekuatan serta kemampuan mengatasi keadaan ini. Karena Naufal tidak bisa lepas dari ibu dan adiknya. Jadi agak sulit menjaga protokol kesehatan. Selain menjaga anak-anak, Dwi harus menjalankan tugas rumah tangga yang lain, tanpa bisa minta pertolongan orang lain, karena rumah kami sedang dikarantina.
Hari ke-14, aku dipindah ke ruang perawatan biasa, tanpa isolasi, sampai aku diijinkan pulang. Alhamdulillah, sekarang kami sudah berkumpul kembali seperti sediakala.
So, Covid-19 masih ada, entah untuk berapa lama. Kita benar-benar tidak tahu kapan dan di mana virus corona berada. Yang penting kita usahakan sedemikian rupa untuk menghindarinya. Kalau masih terpapar ya nasib, asalkan kita tidak mencari gara-gara sengaja kumpul-kumpul dan sebagainya.
Jika sudah terpapar, akibatnya bisa fatal, kalau parah, bisa seperti yang aku alami. Jangan dianggap sepele prokes dan jaga stamina serta selalu berdoa.
Semua ini terjadi karena kehendak Allah SWT. Aku telah diberi kesempatan hidup kedua. Aku belajar mati, supaya lebih cinta dan patuh kepada sang pencipta yang maha kuasa Allah SWT.
Terima kasih dan salut untuk tim dokter, perawat, therapist, tim gizi, cleaner dan semua tim RSUD Kota Bogor. Team work yang keren.
Terima kasih tak terhingga kepada para tetangga, teman-teman sejawat, sahabat dan saudara-saudaraku yang telah membantu spirituil dan materiil kepadaku dan keluarga pada masa itu.
Terima kasih juga untuk istriku Dwi yang telah menjaga anak-anak dan rumah dengan sangat baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan saudara-saudara semua dengan pahala berlipat dan diberikan kesehatan yang prima serta semoga semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin YRA.
Bogor, 27 Januari 2021
HENDY DEWEKA