NYALANYALI.COM – Masyarakat mengenalnya dengan nama Trikus, pemain bulutangkis ganda campuran bersama Minarti Timur. Di era 1990-an, Trikus dan Meme menggentarkan lawan-lawannya. Berbagai kejuaraan berhasil mereka menangi, antara lain Juara Thailand Terbuka (1994), pada 1995: Juara World Cup, Juara World Badminton Grand Prix, Juara SEA Games, Juara Indonesia Terbukla, Juara Singapura Terbuka, Juara Jerman Terbuka (1996), Finalis All England dan Juara Indonesia terbuka pada 1997 dan 1999. Puncaknya, keduanya meraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000. Mereka dinobatkan nmenjadi pasangan ganda campuran terbaik yang dimiliki Indonesia sampai saat ini.
Pria kelahiran 18 Januari 1974 itu, pada awal 2000-an kemudian tak terdengar lagi kiprahnya di dunia bulutangkis. Publik bertanya-tanya, ke manakah Tri Kusharjanto?
Redaksi NyalaNyali.com bertemu dengan lelaki ramah ini saat berlatih tanding di Telkom Landmark Tower awal tahun lalu. Pukulan dan smash-nya masih berbahaya. Tingkahnya di lapangan kadang mengundang gelak tawa. Ia menikmati benar bermain bulutangkis, bukan sekadar mengejar nilai dan kemenangan.
Dan, awal bulan ini Trikus bersedia memberikan beberapa jawaban kepada NyalaNyali.com, termasuk alasan pengunduran dirinya, dunia bulutangkis dulu dan sekarang, serta kebanggaannya kepada putranya Rehan Naufal Kusharjanto yang mengikuti jejaknya menjadi atlet bulutangkis. Berikut kutipannya:
Kapan mundur dari Pelatnas, dan karena alasan apa?
Saya mundur dari Pelatnas tahun 2004. Alasan, karena waktu itu saya nggak ada pasangan dan memang kita tahu diri, PBSI itu kalau masih dipakai diperhatikan terus, tapi kalau sudah nggak terpakai ya begitu, tidak ada penghargaan dari PBSI. Ha-ha-ha.
Masih ingat, apa kejuaran terakhir yang diikuti?
Pertandingan bulutangkis di Olimpiade Athena 2004. Saat itu saya di ganda putra bersama Sigit Budiarto, kalah di babak kedua melawan pasangan ganda Polandia.
Setelah mengundurkan diri, apa kegiatan yang sekarang dilakukan?
Saya melatih dan mendirikan klub, Trikus Badminton Akademi. Lokasi latihannya di GOR Mutiara Gading Timur, Bekasi. Saya merasa di Bekasi ini banyak pemain yang potensial tapi belum ada wadahnya, makanya saya mendirikan klub itu.
Siapa yang boleh mendaftar?
Siapa pun boleh, ada yang regular, ada juga yang intensif.
Setelah pensiun dari Pelatnas, tidak ada keinginan lepas dari dunia badminton? Menjadi pengusaha misalkan?
Ya, memang orang berbeda-beda tapi kalau saya lebih mencintai bulutangkis. Senang melihat anak-anak latihan setiap hari.
Apakah ada tawaran melatih di provinsi atau negara lain?
Ya banyak yang menawarkan seperti itu, tapi untuk sementara saya tetap di sini saja.
Orang masih mengingat aksi Anda setiap bertanding, jenaka di lapangan. Apakah memang begitu pembawaan sehari-harinya?
Ha-ha-ha, berbeda juga. Kalau sehari-hari nggak begitu, tapi kalau di lapangan spontan saja dan itu menjadikan saya bermain lebih rileks
Apakah ada anak yang mengikuti jejak Anda?
Ada, putyra saya Rehan Naufal Kusharjanto. Sekarang di Pelatnas dan sudah dua kali menjadi runner-up kejuaraan dunia junior.
Apa harapan Anda memajukan dunia bulutangkis kita agar berjaya kembali?
Jangan fokus kepada yang senior saja, tapi lebih fokus kepada yang yunior, yang mungkin akan lebih bagus daripada seniornya.
Zaman sekarang kan permainan sudah agak berbeda dengan dulu, dan mungkin cara melatih juga berbeda, Makanya mantan-mantan pemain yang minimal berhasil meraih medali untuk diperbantukan menjadi pelatih, karena dari segi pengalaman dan prestasi juga tidak diragukan lagi. Dan untuk anak-anak sekarang, kalau melatih harus turun ke lapangan dan bisa melayani atletnya
BACA JUGA:
Ajeng Raviando: Jangan Abaikan Kesehatan Mental, Waspada Cabin Fever
Pengamat Perbatasan Fauzan: Indonesia Merasa Tak Punya Batas Maritim dengan Cina
dr Ayuthia Putri Sedyawan Sp.JP: Begini Gejala Jantung Koroner