NYALANYALI.COM, Kisah – Menyadari tingginya angka buta aksara, siswa putus sekolah dan minimnya pendidikan bagi anak usia dini di Kecamatan Pantai Labu, Patimah, seorang perempuan perintis, tergerak hati ingin berbuat sesuatu yang baik bagi kampung halamannya itu.
Ia kemudian mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cendana pada 22 Agustus 2006. PKBM ini terus bertahan hingga hari ini. Dua belas tahun berkarya, bukanlah waktu yang singkat. PKBM Cendana telah “mengecap garam” dan banyak mewarnai pendidikan di Pantai Labu.
Kala itu, Patima sebagai kader desa sekaligus petugas statistik kecamatan Pantai Labu. Profesi itu memungkinkannya menyurvei dan mendata penduduk dari rumah ke rumah. Ia mengumpulkan data dari 19 Desa di Pantai Labu. Dari 19 desa yang ia survei, ia berkesimpulan bahwa ada berbagai persoalan pendidikan di kecamatan ini yang butuh penanganan serius.
“Saya menemukan 825 angka buta aksara. Melihat besarnya angka tersebut, saya tercenung. Hati saya gelisah. Kemudian saya berpikir, sebagai putra daerah saya terpanggil berbuat sesuatu mengubahnya,” katanya, kala itu.
Namun ia belum tau bagaimana caranya. Hingga ia dipertemukan oleh pamong BP Paud Dikmas, yang saat itu akan melaksanakan pemberantasan buta aksara di Pantai Labu. Dari pertemuan itulah, dirinya mendapat kesempatan untuk dilatih sebagai master tutor keaksaraan di Surabaya. Pelatihan itu berlangsung selama seminggu.
Demi mewujudkan impiannya itu, sepulangnya dari pelatihan, Patima langsung melatih 20 tutor keaksaraan di Pantai Labu. Dengan bermitra dengan BP PAUD Dikmas Sumut, akhirnya ia bisa melatih 20 kelompok warga belajar (total peserta 200 warga).
Melalui PKBM Cendana, ia bergerilya menggelar pendidikan keaksaraan, mulai dari keaksaraan dasar, lanjutan hingga keaksaraan mandiri. “Program ini ditujukan untuk menjawab persoalan tingginya angka buta aksara di Pantai Labu,” ujar perempuan kelahiran 1971 itu.
Dalam pengembangan pembelajaran, pembinaan berkesinambungan dikerjakan sesuai dengan minat dan bakat warga belajar. Kini, para petani dan nelayan di Pantai Labu makin cakap dalam hidup. “Sebab, mereka terlatih sesuai kebutuhan dan pengalaman keseharian mereka. Sehingga dengan keterampilan itu, mereka mampu menopang ekonomi keluarganya sekaligus meningkatkan taraf hidup keluarganya,” kata dia.
Desa Kuba Sentang menjadi pilot projeknya. Di daerah pesisir, misalnya, yang awalnya hasil tangkapan mereka tak bernilai jual, sekarang ada sumber tambahan penghasilan. Warga nelayan dilatih menciptakan produk baru yang dapat meningkatkan nilai jual dari hasil laut karena nelayan sudah mampu mengolah hasil tangkapannya menjadi beberapa produk olahan berupa bakso, kerupuk dan terasi.
“Di sini kami temukan, orang-orang pesisir menganggap pendidikan itu tidak penting. Tugas saya bersama seluruh elemen untuk meyakinkan mereka. Saya percaya, dengan mengentaskan buta aksara, di saat bersamaan kita juga sedang mengentaskan kemiskinan,” katanya.
Hasilnya, upaya bersama ini tidak sia-sia. Usahanya mencerdaskan masyarakat sepasti gayung bersambut. Kini angka buta aksara sudah tuntas di Pantai Labu. Maka tugas kita berikutnya adalah bagaimana meneruskan visi besar ini, memajukan sumber daya manusia di Pantai Labu.
Dalam perjuangannya mengentaskan buta aksara, Patimah tak bisa melupakan jasa Camat Pantai Labu (almarhum) Tahir Siagian. Camat ini punya andil besar. Dia satu-satunya amat yang peduli dengan program keaksaraan masyarakat. Ia mendukung penuh PKBM. “Ia turun ke desa desa dan mendampingi PKBM saat sosialisasi dan pelatihan. Masyarakat pun makin semangat, karena melihat camatnya turun tangan,” kata Patimah.
Patimah mengakui, di awal-awal sulit sekali baginya meyakinkan mayarakat untuk ikut program belajar. Kedatangan Patimah dan tim bahkan dipandang sebelah mata. Tetapi tim ini tak patah arang. Patimah dan tim malah makin gencar menyosialisasikan PKBM, melalui acara-acara perwiritan, arisan, perkumpulan-perkumpulan, acara organisasi kemasyarakatan dan kegiatan desa. “Setelah beberapa warga yang belajar di PKBM berhasil kami latih, kehidupan mereka menjadi inspirasi bagi warga lain,” ujar Patimah.
DEDY GUNAWAN HUTAJULU
Buku #sayabelajarhidup ke-9 Nusantara Berkisah 01 (2018)