Metha Studio: Penerbit Indie Komik Indonesia

NYALANYALI.COM – Sejak tahun 2005 hingga sekarang, Metha Studio yang bermarkas di Yogyakarta, rutin menerbitkan komik Indonesia dengan gaya gambar kebanyakan realis. Pilihan gaya ini, menurut Akhmad Makhfat, pendiri Metha Studio, karena komik Indonesia sejak tumbuh tahun 50-an sampai 80-an kental dengan gaya realis. Akhmad ingin gaya realis yang bisa menjadi “personal style”komikusnya, tumbuh bersamaan dengan gaya mangayang disukai generasi hari ini.

Akhmad pun tahun 2005 menggandeng komikus Sungging menerbitkan Godam Reborn. Sungging adalah putra Wid NS, komikus yang melahirkan superhero Godam. Sejak itu, Metha Studio tak pernah berhenti berproduksi meski oplah komiknya “hanya” ratusan eksemplar. “Saya senang bisa mengisi, memberi warna, dan ikut menggairahkan komik Indonesia,” ujar Akhmad.

Akhmad Makhfat
Akhmad Makhfat

Sebelum mendirikan Metha Studio, Akhmad yang adalah akademisi Universitas Gadjah Mada ini dikenal sebagai salah satu kolektor komik Indonesia. Ia menyisihkan dana sampai jutaan rupiah demi berburu koleksi. Namun, ia tak ingin hanya berhenti sebagai kolektor. Dana berburu komik itu, sebagian digunakan untuk biaya produksi komik barjuuu.

Meski sering nombok, Akhmad tidak kapok. Sejumlah terbitan komik yang kemudian jadi perbincangan di komunitas komik, ia terbitkan. Salah satu yang menarik perhatian adalah idenya ketika menerbitkan sejumlah antologi komik. “Komik ini berisi komik pendek gabungan karya komikus senior dan komikus muda. Saya ingin anak-anak muda berani berkarya dan punya portofolio,” katanya.

Judul antologi yang terbit antara lain Bunda, Keris, Awan, Waktu. Ia melibatkan sejumlah komikus senior seperti Hasmi, Banuarli Ambardi, Kelana, dan Trie Hendrayana. Ia juga mengajak komikus muda seperi Ajon dan Maharsi.

Metha Studio juga menerbitkan beragam genre komik, antara lain komik anak, silat, superhero, dan fiksi sejarah. Salah satu judul komik yang memberi kepuasan batin Akhmad Makhfat adalah komik Lentera dari Selarong karya Jink. Komik ini mengambil setting masa Perang Diponegoro.

Metha Studio juga melahikan superhero baru bernama Garuda Indonesia Gasa). Ke depan, Akhmad ingin mengembangkan semacam “squadron superhero” Indonesia dengan semangat multi kultural, multi etnis, dan multi agama. Lewat cerita yang disebutnya sederhana, Akhmad ingin menyampaikan betapa penting terus berupaya menjaga nilai toleransi.

Selain membuat komik baru, Metha Studio juga mencetak ulang komik lama. Yang sudah terbit antara lain Jagoan Rawa Buaya karya komikus senior Mansyur Daman dan Dibakar Api Dendam karya Teguh Santosa. Hingga sekarang, Metha sudah menerbitkan lebih dari 40 buku. Dan, mengawali tahhun 2021 ini, Metha Studio langsung tancap gas menerbitkan kembali komik Pisau Kilat karya Canser. Bekerja sama dengan Cakrapolis Universe dan Henry Ismono serta Setiawan, sahabatnya sesama pencinta komik. Akhmad merancang cetak ulang komik-komik lawas.

“Banyak komik yang selama ini hanya jadi cerita karena saking langkanya. Misalnya saja komik karya Taguan Hardjo yang populer tahun 60-an. Nah, saya dan teman-teman ingin menghadirkan komik yang semula hanya cerita itu menjadi nyata di hadapan para pencinta komik,” kata Akhmad, memaparkan.

Omong-omong sampai kapan akan menerbitkan komik? Akhmad menjawab, “Selama masih mampu, saya ingin Metha Studio tak akan berhenti. Saya ingin beramal lewat komik. Dengan oplag yang ratusan eksemplar, saya tak pernah untung. Hasil keuntungan saya berikan kepada komkus.”

Begitulah upaya Akhmad untuk memuliakan komik Indonesia dan komikusnya. Moga Metha Studio, penerbit indie itu terus berkarya.

HENRY ISMONO – Jakarta
Penulis lepas yang sudah menulis 7 buku.

Bagikan :

Advertisement