NYALANYALI.COM, Jakarta – Hari ini, 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional atau International Day of People with Disability (IDPwD). Peringatan terhadap orang-orang istimewa, para difabel ini dicanangkan sejak 1992 oleh Majelis Umum PBB 47/3. Hari Disabilitas ini diperingati untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas di semua bidang dan pembangunan.
Hari Disanbilitas Sedunia ini mengingatkan kembali mengenai konvensi hak-hak penyandang disabilitas, yang diadopsi pada 2006, telah semakin memajukan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas dalam implementasi Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan kerangka kerja pembangunan internasional lainnya.
Redaksi NyalaNyali.com, mengumpukan pendapat dan harapan beberapa narasumber yang mengenai Hari Disabilitas Internasional ini, seperti berikut:
Sabar Gorky, Pendaki Gunung Difabel – Solo

“Saya sampaikan terima kasih kepada pemerintah yang sudah banyak berpikir ke depan untuk teman-teman difabel, buktinya sekarang sudah ada bidang kusus menangani ini dari kementerian (Kemensos), masyarakat pun mulai mengerti difabel itu ada. Harapan saya, semoga akses fasilitas umum, seperti transportasi umum untuk kami makin mendapat perhatian. Dibandingkan negara-negara maju, dalam hal ini kita masih jauh tertinggal. Dan, mudah-mudahan masyarakat di sekitar mau memberi kesempatan yang sama, jangan pilih kasih terhadap difabel.”
Riva Adramsyah – Jakarta

“Mereka nyata ada, walau kadang tidak terlihat. Mereka mempunyai hak yang sama dengan mereka yang normal. Harapan saya di hari Disabilitas Internasional 2020 ini, pemerintah lebih perhatian lagi dengan kaum disabilitas, selain dari diterbitkannya kartu disabilitas. Misalnya bangunan dan akses publik ramah untuk mereka dan keluarga.Selain itu, alat bantu berkala secara gratis seperti kursi roda. Serta subsidi alat-alat terapi yang kami rasakan sangat mahal. Perhatian dini untuk anak-anak disabilitas dan orang tuanya pada usia pertumbuhan. Baik dari segi moril ataupun materil. Agar kemampuan mereka untuk lebih baik dan mandiri segera teratasi.”
Rachmatya – Jakarta

“Aku berharap masyarakat luas bisa menerima, lebih peduli dan memahami kehadiran anak-anak disabilitas khususnya penyandang autis di tengah kehidupan mereka, sesuai dengan kehidupan yang saya alami.”
Muinatul Khoiriyah, Rumah Inklusif Kebumen

“Anak-anakku, tahukah kamu, saat kau lahir ke dunia ini, aku, ibumu, seminggu pertama tak pernah tahu bila dirimu ada perbedaan fisik dengan anak lainya. Dari perbedaan fisik itu pulalah, kamu sering pulang bermain dengan menangis, kesakitan di tubuhmu karena mendapati kekerasan dari teman-temanmu. Bahkan dari perbedaan itu juga, kamu tak mau sekolah formal, dan memilih sekolah bebas menurut suara jiwamu.
Sebagai orang tua, awal saat kau lahir dan tahu ada perbedaan fisik dengan umumnya, pastilah kami awalnya juga sedih, meratap, menangis, menyalahkan diri sendiri, dan segala perasaan tak menentu lainnya.
Tapi hal ini pulalah yang ternyata menjadikan kami tahu, bagaimana antara pikiran, hati, yang berkecamuk pada orang tua lainnya yang melahirkan anak-anak difabel. Dan, keberkahan bagi kami pula memiliki anak yang dianggap difabel “ahimsa” ini tak hanya pikiran, hati, tapi juga sikap,Tindakan-tindakan, agar sikap yang tidak menghargai perbedaan atas anugerah Allah, sikap yang tidak memanusiakan manusia, punah dari kehidupan kita.
Rumah Inklusif yang didirikan sejak 2011 ini, semoga menjadi hadiah untukmu wahai anakku, wahai keluarga baruku. Rumah Inklusif yang awalnya untuk tempat bertemunya beberapa orang tua yang memiliki anak-anak difabel, untuk bisa saling bercerita, bahkan saling menangis bersama. Namun, dengan itu pulalah, lahir kekuatan baru, semangat baru di antara kami untuk merenda kehidupan yang lebih baik dan berarti lagi dengan anak-anak difabel kami. Anakku, keluargaku, kalianlah kunci inspirasi dan kekuatan atas lahirnya ini semua. Semoga menjadi hadiah indah yang juga akan menginspirasi kalian semua. Bahwa hidup itu pasti ada perbedaan yang dihadirkan Allah, tapi dengan perbedaan itu bukan untuk saling mencakar, bukan pula untuk saling menyakiti, tapi dengan perbedaan inilah kita bisa saling belajar untuk menghargai, untuk saling tahu tugas dan tanggungjawab kita baik sebagai umatNya maupun sebagai warga negara.”
Elisabeth Carolina Samori, Yayasan Cinta Bella – Timika, Papua

“Pada 3 Desember 2020, kami tidak melakukan kegiatan khusus di Yayasan Cinta Bella yang didirikan pada Maret 2013. Tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Melihat kondisi anak-anak kami yang sangat rentan dengan situasi seperti ini, maka kami membatasi kegiatan kumpul-kumpul.
Tahun lalu di Hari Disabilitas Internasional , kami merayakannya dengan menyalakan 1.000 Lilin dan mengundang anak-anak sekolah SMP dan SMA, mereka membawakan tarian yang sangat menghibur.
Hati kami sangat sedih karena melihat kondisi di sini khususnya Disabilitas CP (cerebral palsy atau kelumpuhan otak) belum ada penghargaan atau cinta kasih yang tulus untuk Anak-anak CP di sini, khususnya di Timika dan Papua pada umumnya. Anak atau orang dengan penyandang CP atau disabilitas belum memiliki ruang atau taman, jalan, khususnya fasilitas umum yang ramah untuk difabel.
Harapan kami Khusus nya Untuk Pemerintah Daerah Papua, harus ada tempat umum yang ramah disabilitas, misalkan bagi pengguna kursi roda.
Harapan kami agar diberikan ruang atau kesempatan sekolah, kerja, untuk para difabel. Asah kemampuan mereka. Mereka layak untuk hidup, mereka layak untuk diperjuangkan.
Khusus untuk pemerintah pusat, tolong bantu kami di daerah agar bisa mempunyai Rumah Fisioterapi Cinta Bella agar anak-anak Disabilitas CP, autis, microcefalus bisa diterapi sesuai kebutuhan anak-anak spesial ini.”
Namira Monda – Jakarta

“Selamat Hari Disabilitas Internasional. Menjadi orang tua dengan anak disabilitas membuat saya membuka mata bahwa ada dunia inklusi yang harus disadari, bahwa kita harus lebih peka akan persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang disabilitas. Khusus buat kawan kawan difabel, tetap semangat, jangan mengeluh dengan keadaan , bersyukur dan tetap berjuang. Jadikan kekuranganmu menjadi suatu kelebihan. Salam kesetaraan”.