NYALANYALI.COM – Tentu pernah dengar nama Moehammad Hoesni Thamrin? Ia adalah pahlawan nasional yang banyak jasanya bagi bangsa dan tanah Air. Putra betawi ini lahir di Sawah Besar pada 16 Februari 1894 di lingkungan yang taat pada agama Islam.
Jasanya begitu besar semasa pergerakan. Tempat tinggalnya di Jalan Kenari II No.15, Senen, Jakarta Pusat, yang dibelinya dari seorang Belanda bernama Meneer de Has dihibahkan ke organisasi PPPKI (Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) untuk kepentingan kaum pergerakan. Semasa itu gedung ini dikenal sebagai Gedung Pemufakatan Indonesia.
Pada masa perjuangan, gedung yang dibangun pada abad ke-19 ini sering dipakai sebagai tempat rapat-rapat dan musyawarah menuju kemerdekaan Indonesia, gedung ini pula menjadi saksi WR Supratman mengonsepkan lagu kebangsaan “Indonesia”. Setelah kemerdekaan, pada 1960-1964 Gedung MH. Thamrin digunakan sebagai tempat pendidikan Kepamongprajaan. Di tahun 1966-1977 pada malam hari sebagai tempat kuliah Universitas Jakarta (sekarang UNJ), kemudian siang harinya untuk belajar siswa-siswi SMA .
BACA:
Museum Prasasti Tempat Peristirahatan Terakhir Soe Hok Gie
Semasa Gubernur R. Suprapto gedung ini dipugar sebagaimana aslinya dan difungsikan untuk berbagai kegiatan warga betawi. Pemerintah DKI Jakarta lalu menjadikannya sebagai bagian dari Museum Joang 45 dengan peranan mendokumentasikan perjuangan Moehammad Hoesni Thamrin.
Di tempat ini banyak tersimpan koleksi foto kiprah perjuangan MH Thamrin, seperti radio, piring hias, meja, kursi, dan kepustakaan yang meliputi buku-buku naskah tentang MH Thamrin dan pidato-pidatonya di Volksraad. Selain itu sederet foto suasana kota Jakarta tempo dulu pun terpampang disini.