NYALANYALI.COM – Rumput tetangga selalu terasa lebih hijau, ungkapan itu apakah sesuai jika ditempatkan kepada mereka, anak-anak negeri yang merantau hingga melintas samudera dan melompati benua?
“Tidak sepenuhnya benar,” kata Benny Salib, teknisi Honda yang sudah 20 tahun tinggal di Kanada. “Kita harus kerja jauh lebih keras untuk bisa survive,” ujarnya. Itu diamini Vera Heriadi, “Di sini semua sibuk kerja nggak banyak waktu buat hang out,” kata karyawan Hearing Aid Company di New Jersey, Amerika Serikat.
Kisah perjuangan mereka untuk bertahan, berkelindan dengan suka serta duka hidup di rantau nun jauh. Bersaling silang dengan rindu Tanah Air yang melambai selalu. Semua menjadi cerita tersendiri. Kini, kepada NyalaNyali.com, mereka membagikannya.

Sandwich maker di Leo’s GW Deli, Washington, DC
Arlington County, Virginia, Amerika Serikat
“Saya tinggal di Amerika Serikat sejak September 2009, tepatnya di Arlington County, Virginia(sekitar 15 menit dari Washington, DC. Dan, 10 tahun terakhir saya bekerja sebagai sandwich maker di dapur Leo’s GW Deli, Washington, DC.
Kalau bicara Sukanya tinggal di sini, antara lain banyak kesempatan yang ditawarkan dalam segala bidang, perempuan dan anak-anak mendapat perlindungan dari negara secara istimewa, untuk anak-anak sekolah, bila bersekolah di sekolah negeri (public school), maka akan gratis sampai high school. Anak-anak kuliah bisa mendapat grant, atau bantuan dari pemerintah, yang tidak harus dibayarkan kembali. Atau bila masih kurang, yang bersangkutan atau anak yang kuliah itu bisa mendapat pinjaman yang akan dibayar secara mencicil, nanti, bila anak-anak sudah lulus kuliah.
Udara dan lingkungan yang bersih, nyaris tanpa polusi udara. Burung, tupai, dan kelinci adalah hewan liar yang sangat mudah ditemui di sekitar tempat tinggal kami, meski kita tinggal di tengah kota besar. Bekerja menjadi apa pun, tetap dihargai oleh siapa pun. Orang-orang tidak mencampuri urusan kehidupan orang lain, setiap orang berhak menyelenggarakan kehidupan beragamanya, apa pun agamanya, tapi harus dilakukan di tempatnya masing-masing misalkan di gereja, Islamic center, temple, dan lainnya.
Tetangga terdekat kita adalah 911. Bila terjadi hal-hal yang sifatnya darurat, maka kita tidak akan ketuk pintu tetangga, tapi langsung telepon 911, tidak sampai 10 menit petugas lengkap akan datang menolong kita.
Nah, kalau dukanya, tentu saja selalu rindu Tanah Air, makanan, suasana kehidupan sehari-hari, keluarga besar.”

Teknisi Honda
Toronto, Kanada
“Saya tinggal di Kanada sudah 20 tahun, menetap permanen dan sudah beranak cucu. Saya bekerja sebagai teknisi di Honda, Toronto.
Saya tinggal di sini, masyarakatnya lebih teratur, lebih menurut dengan peraturan, dan relatif lebih aman dari sisi kriminalitas. Dukanya pada saat cuaca dingin, bisa sangat ekstrim di sini, suhu dingin sampai -40 Celcius. Bayangkan he-he-he.
Tentu yang saya kangen dari Indonesia keluarga dan sanak saudara, dan teman-teman lama, serta makanan dan suasana atau tempatnya.
Cerita menarik? Wah, susah memilihnya. Saya pilih satu topik saja, mengenai pepatah “rumput tetangga lebih hijau”. Pandangan atau komentar orang Indonesia, kalau tinggal di luar negeri apalagi di negara maju, pasti lebih enak dan gampang, itu sangat salah, berbeda sama sekali karena di sini harus kerja keras untuk bisa survive, harus berani mulai dari nol, nggak pakai pembantu, sopir, babysitter dan lainnya. Banyak yang gagal dan kembali ke Indonesia karena nggak kuat. Semua pekerjaan sehari-hari, sebisa mungkin harus dikerjakan sendiri, karena kalau menyewa orang lain, biayanya sangat tinggi.”

Pengusaha kuliner Fajar Catering, Pengajar Bahasa dan budaya Indonesia untuk perusahaan Korea
Incheon, Bupyeong, Korea Selatan
“Saya tinggal di Korea Selatan dari 2002, dan menikah dengan pria bermarga Lee pada 2005. Suka tinggal di sini, banyak seperti mendapat pengetahuan dan pengalaman baru, berkenalan dengan banyak teman baru dari berbagai negara, termasuk teman-teman baru dari berbagai pulau di Indonesia yang sedang tinggal di Korea Selatan, banyak pengalaman baru, juga lebih merasakan hasil karya dan hasil kerja kita dihargai di negeri orang. Dukanya, bila kangen dengan orang tua dan keluarga di Indonesia.
Selain usaha masakan dan kue Indonesia, saya juga kadang diminta menjadi mentor mengajar memasak masakan Indonesia untuk organisasi sosial wanita Korea di Kota Bupyeong dan sekitarnya, juga mengajar bahasa Indonesia dan budaya Indonesia di perusahaan Korea yang akan mengirim staf karyawan tugas ke Indonesia.”

Domestic Helper/ Asisten Rumah Tangga.
Goldhill Avenue Singapore
“Saya berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur, tinggal di Singapore sejak 2004, sebagai asisten rumah tangga. Pernah pulang dan kembali tahun 2007, hingga sekarang. Saya tinggal di Goldhill Avenue Singapore.
Saat ini saya merasa tidak ada dukanya,, saya bekerja dengan hati dan selalu riang gembira, hanya kadang rindu keluarga, itu saja yang kadang tak bisa di tahan, meskipun hampir setiap hari kami video call-an”.

Mahasiswa Swedish Institute Scholarships for Global Professionals
Lund, Swedia
“Pertengahan 2020 saya, istri dan anak-anak tinggal di Lund, Swedia. Saya belajar di Swedia menggunakan beasiswa Swedish Institute Scholarships for Global Professionals dari pemerintah Swedia. Hidup di Swedia merupakan suatu pengalaman menyenangkan karena Swedia mampu memfasilitasi sistem perdagangan bebas tetapi mempertahankan salah satu jaminan sosial terbaik di dunia baik dari sisi pendidikan maupun kesehatan.
Di sisi lain, Swedia juga salah satu negara yang entitas koperasinya masih hidup dan bahkan mampu bersaing dengan perusahaan swasta, tidak heran dahulu Bung Hatta mengadopsi sistem koperasi dari sini. Pada soal pemberantasan korupsi, Swedia juga merupakan peringkat teratas berdasarkan Corruption Preception Index sehingga pelayanan publiknya bebas dari korupsi.
Untuk kehidupan sehari-hari, kita akan sangat mudah menjumpai fasilitas publik tersedia secara gratis mulai dari playground sampai dengan fasilitas lain untuk mendorong anak-anak bermain diluar rumah, selain itu mendukung nilai lagom atau keseimbangan dalam hidup bagi setiap individu sehingga orang tidak bekerja berlebihan ataupun hanya bermain sepanjang hidupnya. Bahkan, saat winter disediakan tempat bermain ice skating secara gratis. Lebih lanjut, disetiap kota ada Fritidsbanken.
Di tempat ini kita bisa pinjam apapun, mulai dari peralatan ski, ice skating, inline skate, naik gunung sampai dengan karate dengan gratis.. Tinggal KTP atau taruh nomor penduduk? Tidak, cukup berikan nama dan nomor telepon. Orang yang menangani tempat ini bapak sepuh, ramah dan hangat serta selalu tersenyum. Ngga takut rusak atau dicolong? Ya inilah salah satu contoh budaya kepercayaan dan tanggungjawab diri yang dihidupkan dalam budaya masyarakat Swedia. Budaya ini juga yang dibawa ketika berbelanja karena tersedia alat untuk menghitung dan membayar secara mandiri. “

President Minnesota Indonesian Society (MIS) periode 2020-2022
Stylist @Banana Republic @Mall of America
Minneapolis -Minnesota, Amerika Serikat
“Dukanya dulu ya, masalah utama soal lidah dan perut. Mula-mula susah untuk mendapatkan bumbu-bumbu masakan kita, kalau ada tenant yang pulang ke Indonesia pasti titipannya bumbu-bumbu masak seperti daun salam kering, terasi dan lainnya, tapi sekarang sudah bisa beli melalui teman-teman kita yang mulai berjualan dari cumi asin sampai baju-baju batik dan kebaya dari Indonesia. Rata-rata mereka yang berjualan tinggal di Amerika bagian selatan atau eastcoast seperti Florida, California yang bisa menanam daun jeruk, kencur, batang singkong dan sebagainya.
Dan, sekitar 5 tahun lalu ada satu toko Adian Grocery yang juga menjual bumbu-bumbu masakan dari kluwek hingga Blueband, di Dt. Paul, Minnesota.
Selain itu, dukanya adalah masalah musim, karena Minnesota, salah satu state yang sangat dingin saat winter. Tahun pertama kami pindah di sini pada 2013, adalah musim dingin yang terdingin saya rasakan, hingga ada polar fortex, bisa minus 20F. Ditambah dengan blizard dan snow strom yang cukup berbahaya bagi para pengendara mobil, karena sangat licin.
Nah, sekarang Sukanya, tiga bulan pertama tinggal di sini saya tidak punya kawan Indonesia. Suatu hari, teman saya yang tinggal di Houston, Texas menghubungi saya karena dia tahu kalau saya sekarang tinggal di Minnesota, dia tanya apakah saya sudah bertemu dengan kawan-kawan Indonesia di sini, dan saya jawab, belum.
Dia bilang tunggu lima menit, kemudian dia menghubungi Kembali dan memberi satu nomor telepon orang Indonesia di sini, setelah itu the rest just a history. Ternyata cukup banyak komunitas Indonesia di sini. Ada suami istri yang berprofesi sebagai penari Jawa dan memiliki grup gamelan, bernama Sumunar. Dan ada perkumpulan atau organisasi non profit warga Indonesia yang bernama MIS (Minnesota Indonesian Society), saya bergabung sejak 2013. Saat ini saya menjabat sebagai President MIS periode 2020-2022. Kita bahu membahu memperkenalkan kebudayaan Indonesia di sini membantu perpanjangan tangan untuk KJRI di Chicago.
Selain itu kami juga membantu organisasi mahasiswa Indonesia di Amerika, di University of Minnesota (PERMIAS) juga untuk memperkenalkan kebudayaan kita. Ah ya, Minnesota sangat indah di musim semi dan panas, 10.000 lakes, banyak kegiatan air di sini.”

Permanent Resident, Karyawan Hearing Aid Company
New Jersey, Amerika Serikat
“Saya menetap di sini sejak 2016. Maret 2020 lalu, saat angka tertinggi Covid-19 di wilayah New York, maka saya di New Jersey sebagai state terdekat juga kena imbasnya. Beberapa barang di supermarket mendadak hilang seperti air mineral, toilet tisu dan makanan impor. Ekonomi mulai kacau karena banyak PHK. Hari itu saya datang bekerja dan mendapat kabar beberapa teman di PHK. Sedih dan takut. Takut kena virus, juga takut hilang pekerjaan.
Sesuai aturan social distance maka perusahaan membagi karyawan menjadi 2 shift dan saya kebagian kerja malam. Masuk jam 01.00 dini hari sampai 09.30 pagi kemudian ruangan di steril kan untuk shift pagi. Ruang makan dadakan pun dibuat supaya tidak menumpuk di satu tempat.
Beberapa teman meninggal membuat saya sadar pentingnya disiplin pakai masker dan cuci tangan. Selain dibagi 2 shift kami juga berganti kerja setiap 2 minggu, dan hidup dari bantuan unemployment $600/minggu serta bantuan dari pemerintah berupa stimulus yang cukup besar. Sudah dibantu tapi masih saja banyak yang tidak mau pakai masker. Covid 19 membuat semua rencana cuti berantakan tapi juga membuat hal-hal baru yang sebelumnya tidak dipikirkan seperti pertemuan melalui Google Meet. Rasa kangen bertemu keluarga di Indonesia jadi terbayar.
Kangen hang out dengan teman-teman kapan saja, ada teman-teman kuliah, teman kecil. Di sini semua sibuk kerja nggak banyak waktu buat hang out. Sebenarnya banyak orang Indonesia di sini tapi waktunya yang susah. Suka dukanya ya, sama aja dimana pun, cuma di sini masa bekerja lebih lama sementara di Indonesia 55 tahun masih bisa berkarya tapi sudah harus pensiun.”

Pegawai sawasta
Kanagawa Perfecture Yokohama City, Yokohama, Jepang
“Saya berasal dari Jambi. Suka duka tinggal di Jepang yang saya tinggali sejak Juli 2004, saya bekerja di bidang pengelolaan pemagang dari Indonesia yang bekerja di Jepang. sukanya, negara ini punya empat iklim, rapih dan tertib, semua teratur terutama fasilitas umum dijaga dan semua orang mematuhinya. Tingkat kriminal yang sedikit, untuk yang berkeluarga, anak dapat tunjangan dari pemerintah. Pengobatan gratis sampai tamat SD. Sekolah pun untuk SD sampai SMP negeri gratis.
Dukanya, ada yang nggak bisa ditemui di negara kita. Hidup di sini sangat individu, rindu sama suasana penjual gerobak bakso atau sate yang lewat depan rumah. Juga tempat ibadah yang masih sedikit dan kegiatan ibadah juga masih banyak perusahan tidak memberi izin kalau itu pas di hari kerja.”
TIM REDAKSI NYALANYALI