Maksi, Guru Kampung

NYALANYALI.COM, Kisah – Rumah sederhana di salah satu sudut Kota Larantuka itu selalu ramai saban sore. Anak-anak di seputaran rumah biasa menghabiskan waktu membaca beragam buku yang disiapkan tuan rumah. Setelah membimbing anak-anak itu membaca dan menulis, Maksi sang tuan rumah biasanya kedatangan tamu lain, teman-teman gurunya yang hendak berdiskusi berbagai masalah. Kadang hingga larut malam.

Meskipun harus berdiskusi hingga larut namun setiap pagi Maksimus Masan Kian, pria itu setia menempuh perjalanan dengan sepeda motor sejauh 20 kilometer ke tempatnya mengajar saat ini, SMP Negeri Lewolema. Ia tak pernah mengeluh semua dijalaninya dengan gembira.

Bertugas di daerah yang jauh dari keramaian kota adalah hal biasa baginya. Sejak lulus sebagai Pegawai Negeri Sipil, Guru Maksi ditempatkan di daerah yang jauh dari keramaian. Ia bahkan pernah  bertugas ke SMP Negeri Satu Atap (Satap) Watan Hura, Pulau Solor. Untuk sampai di tempat tugasnya ia harus menempuh perjalanan selama satu jam dengan kapal laut dari Larantuka kemudian dengan sepeda motor melewati jalan yang jauh dari bagus selama kurang lebih satu setengah jam.

Berada jauh dari keramaian kota membuat Maksi memilih untuk mulai menulis. Ia menulis apa saja. Pengalaman dan pemikirannya dia tuangkan dalam tulisan. Ia juga mengasah kemampuannya untuk menulis dengan banyak membaca. 

Pengalaman sebagai guru dan juga masyarakat yang ia alami mulai ditulis lewat blog pribadinya. Hal-hal baik yang ditemui dia beri apresiasi melalui tulisan. Begitu pun sebaliknya saat berhadapan dengan kondisi yang kurang baik ia pun lugas memberi kritik melalui tulisan.

Menjalankan tugas sekitar tiga tahun delapan bulan di pulau Solor, Guru Maksi dimutasi lagi ke daerah Riangpuho, Kecamatan Tanjung Bunga. Kecamatan paling timur dari Pulau Flores. Riangpuho berjarak sekitar 40 kilometer dari Larantuka. Ketika itu jalan beraspal menuju Rianpuho hanya sekitar 20 kilometer, sisanya tanah berbatu.

Pindah ke daerah Riangpuho tak juga menyurutkan semangat Maksi yang kini menjadi Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Kabupaten Flores Timur itu. Guru Maksi malah bertambah semangat. Makin banyak hal yang ditulisnya. Mulai soal infrastruktur jalan yang buruk, sinyal telepon seluler yang timbul tenggelam, gagal panen, layanan kesehatan yang buruk hingga soal seputar nasib guru di pedalaman. Tulisan-tulisan tersebut selain dikirim ke koran lokal juga dikirimkan ke beberapa blog maupun media online.

Kritik melalui tulisan terbukti berdampak. Perhatian cukup besar diberikan Pemerintah Flores Timur atas persoalan-persoalan yang ditulisnya. Meski begitu, ayah tiga anak dari perkawinan dengan Agnetis de Noa itu tak merasa semua melulu perjuangannya. “Saya hanya menuliskan pengalaman, apa yang saya lihat dan juga yang dirasakan. Ketika ada perhatian dan sentuhan dari pemerintah harus disyukuri. Setidaknya kita tahu, bahwa dengan menulis kita bisa memengaruhi kebijakan,” ujarnya tersenyum.

Guru Maksi tak berhenti di situ. Ia tak ingin hanya dirinya yang menulis. Ia mengajak rekan-rekan gurunya untuk mulai menulis. Perlahan mereka bersama mengasah kemampuan. Berbagai macam hal mulai ditulis oleh Maksi dan teman-temannya. Guru Maksi kemudian mengajak teman-temannya untuk mulai menebarkan virus menulis bagi banyak orang.

Berbagai cara dia lakukan untuk memunculkan minat baca dan menulis pada anak-anak. Mulai dari hal sederhana dengan lomba membaca puisi, lomba pidato, lomba menulis puisi dan menulis esai tingkat sekolah sampai kegiatan kemah literasi. Hasilnya, pada tahun 2017 salah seorang siswanya di SMP Negeri Lewolema, Fransiska Lolita Prada Ruron mendapat bea siswa dari Kemendikbud. “Hal seperti ini menjadi motivasi tersendiri bagi siswa lainnya,” ujar Maksi.

Dari sekolahnya SMPN Lewolema, Maksi yang suka menyebut dirinya Guru Kampung, terus menebar virus menulis, virus kebaikan bagi anak-anaknya. Ia percaya bahwa semua kebaikan yang coba ditularkannya melalui menulis akan berbuah manis. Ia tentu menyisakan rasa bangga saat panen itu tiba.

CHRISTO KOROHAMA
Buku #sayabelajarhidup ke-11 Nusantara Berkisah 02: Orang-orang Sakti

Bagikan :

Advertisement