Komik Musik, Langkah Emas Generasi Komikus Medan

NYALANYALI.COM – Perjumpaan komik dengan musik, terutama lagu, sependek koleksi komik saya yang terbatas, mulai terlihat di era emas generasi komikus Medan.

Masa paling semerbak tampak pada rentang 1961-1963. Komikus Medan berkarya dengan konsep “nopel bergambar” seperti disampaikan Taguan Hardjo atau Zam Nuldyn yang menyebut komik sebagai cergam sastra. Tampak ada hasrat mereka bisa bersanding dengan sastrawan.

Beragam cara dilakukan untuk membuat karya dengan kualitas bagus. Mulai dari menggali tradisi lokal, kisah rakyat, sampai terinspirasi pada lagu.

M. Ali’s menerjemahkan lagu Tudung Periuk , lagu populer Melayu dalam kisah drama berlatar tanah Melayu.  Ia pun membuat komik terinspirasi dari lagu Tudung Melayu yang dipopulerkan Rabiah penyanyi asal Medan di sekitar tahun 1950-an.

Tak ketinggalan, Arry Darma mengolah lagu daerah Maluku dalam komik Putri Sarinande. Arry Darma meminjam lagu asal Maluku ini dan membawanya dalam kisah berlatar budaya Minang.


Ketiga komik tersebut, kala itu menjadi andalan kekuatan komik Medan. Mayoritas komik Medan memang mengangkat kisah-kisah lokal, terutama budaya Melayu.

Satu lagi, Arry Darma membuat komik berangkat dari lagu perjuangan Melati di Tapal Batas karya komposer Ismail Marzuki. Sesuai teks lagu, Arry menceritakan perjuangan prajurit perempuan saat revolusi fisik. Lagu Melati di Tapal Batas juga jadi komik perjuangan yang dibuat Ganes Th di Majalah Hai.

Barangkali masih banyak lagi komik Medan yang terinspirasi lagu. Silakan teman-teman mengabarkan.

19 Mei 2019

HENRY ISMONO – Jakarta
Penulis lepas yang sudah menulis 7 buku.

BACA:

Metha Studio: Penerbit Indoe Komik Indonesia
Komik Pisau Kilat: Awal kerja Segitiga

Bagikan :

Advertisement