Pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat tak sekadar menjadi arena jual beli. Ini meenjadi destinasi wisata belanja yang menarik.
Kita mulai wisata belanja di pasar yang paling tua berdiri, Pasar Senen. Sebelum melangkahkan kaki ke sana, ada baiknya mengetahui sejarahnya, meskipun sekilas. Pada 1730, Justinus Cornellis Vincke mendirikan pasar disekitar Weltevreden, -tempat yang menyenangkan- (kini menjadi Rumah Sakit Angkatan Darat). Saat itu pasar ini hanya dibuka pada Senin. Karena itu, masyarakat menyebutnya sebagai Pasar Senen. Sebuah catatan menyebutkan pasar ini sebagai Vincke Passer. Tahun 1900-an Pasar Senen sudah di kelilingi pusat militer dan pemerintahan.
Inilah masa kejayaan Pasar Senen, dan sempat di juluki Queen of the East (Ratu dari Timur) yang jauh lebih tersohor dari Singapura. Tidak hanya vila indah menghiasi kawasan tersebut, tetapi juga banyak pertokoan Tionghoa dan tangsi tentara. Kawasan itu menjadi tempat wandelen alias “makan angin” (jalan-jalan).
Pada 1945, setelah Indonesia merdeka, kawasan Senen semakin padat karena arus migrasi besar-besaran. Sekelumit perjalanan Pasar Senen dari masa ke masa, memberikan gambaran bahwa kegiatan wisata belanja sudah dilakoni masyarakat Indonesia jauh sebelum merdeka. Nama Pasar Senen menjadi cikal bakal nama wilayah tersebut yakni Kecamatan Senen.
- Pasar Senen
Produk Pasar Senen yang kita kenal Proyek Senen sekarang adalah pusat perlengkapan seragam tentara atau atribut yang berkaitan dengan militer (TNI dan POLRI). Ada benarnya, jika melihat sekelilingnya yang dekat dengan markas besar militer. Proyek Senen kemudian terkenal dengan pasar segala macam atribut, bahkan kini lebih dikenal sebagai pusatnya atribut partai. Hampir disetiap blok dan los yang ada di Proyek Senen menjual atau menerima pesanan berbagai atribut.
Di pasar ini juga masih terdapat pasar tradisonal yang menjual berbagai keperluan. Yang paling unik adalah “Bursa Kue Subuh”. Arealnya luas memanjang, persis di samping terminal dan depan jembatan layang. Aneka jenis kue basah dan kering tersaji disini, dari yang tradisional, pastri., hingga kue tart. Rata-rata dipatok dengan harga murah. Inilah yang membuat para pembeli rela datang subuh-subuh ke Pasar Senen.
Pasar kue subuh ini merupakan potensi wisata belanja yang luar biasa. Tidak salah, tentunya dengan tujuan agar gaungnya lebih dikenal di pasar internasional. Langkah ini diawali dengan memperkenalkan kue subuh di hotel dan pesawat angkutan udara.
Ada lagi yang unik berwisata belanja di Pasar Senen, yaitu pasar loak atau barang bekas berkualitas. Kebanyakan orang yang sudah sering berbelanja ke sini menyebutnya dengan “Pasar Poncol Senen”. Lokasinya dekat dengan Stasiun Kereta Senen, persis di sisi rel yang menuju Jalan Jend. Suprapto. Sebagian besar barang yang dijajakan adalah pakaian, tapi ada pula elektronik yang masih berfungsi maupun sudah menjadi rongsokan.
Pasar ini sudah ada sejak tahun 1969, Pasar Poncol dikenal sebagai pasar kaki lima yang melegenda.Harga barang di pasar itu tentunya jauh lebih murah dibandingkan barang yang dijual di supermarket atau mal. Inilah yang menjadi pilihan masyarakat Jakarta, khususnya Jakarta Pusat untuk berbelanja. Bagi Anda yang mempunyai kelebihan uang dan menginginkan fasilitas belanja yang mewah, Atrium Senen menjadi pilihan. Lengkap sudah wisata belanja Anda di kawasan Pasar Senen, saatnya pindah ke pasar kedua, pasar yang juga menjadi legenda, Pasar Tanah Abang.
- Pasar Tanah Abang
Berdiri sejak tahun 1735 oleh seorang Belanda yang juga pendiri Pasar Senen. Berdirinya ini tidak lepas dari sejarah lahirnya kampung-kampung tua di Jakarta. Berbeda dengan Pasar Senen, sebutan Tanah Abang telah melekat terlebih dahulu sebagai nama wilayah tersebut. Keramaian di Pasar Tanah Abang tempo dulu, adalah berkat jalur Kali Krukut. Sungai yang ramai dikunjungi perahu para pedagang yang menjual maupun membeli barang di Pasar Tanah Abang, kebanyakan mereka datang dari daratan Arab. Sejarah mencatat pada abad ke-19 Tanah Abang ramai dihuni warga Timur Tengah. Jika kita sering mendengar istilah Arab Krukut, mungkin hal tersebut yang menjadi cikal bikalnya.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan derasnya arus urbanisasi, Pasar Tanah Abang semakin ramai. Pasar ini menjadi salah satu incaran untuk mengadu nasib di Jakarta selain Pasar Senen. Bahkan setelah peremajaan pasar diresmikan Gubernur Ali Sadikin, pada 1975, pasar ini semakin marak oleh pedagang etnis cina.
Kini pasar Tanah Abang telah mengikuti perkembangan zaman. Fasilitasnya tidak kalah dengan pusat perbelanjaan modern, terutama di Blok A. Sebuah gedung megah bertingkat 18 untuk menggantikan lokasi pasar yang terbakar pada 2002. Dibangun di area seluas 151.202 meter persegi, terdapat 149 unit eskalator, 4 unit passenger lift (capsule), 4 unit passenger lift biasa, 8 unit lift barang (kapasitas 1.000 dan 2.000 kilogram), dan fasilitas AC central. Setiap kios memiliki satu sambungan telepon, serta sejumlah fasiltas lainnya. Lahan parkir yang tersedia mampu menampung hingga 2000 mobil. Setidaknya, fasilitas ini dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di wilayah Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang tetap memberikan nuansa tradisional ketika berbelanja. Tawar menawar masih berlaku di sini, meski sebagian penjual menerima pembayaran dengan kartu kredit maupun debet. Dan ciri khas Blok A pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir tekstil dan garmen, khususnya baju muslim tetap dipertahankan. Los-los di sini sengaja diprioritaskan bagi para pedagang tekstil.
Popularitas Pasar Tanah Abang tercatat sebagai pusat grosir tekstil terbesar di dunia. Selain harga yang ditawarkan cukup murah, produk yang dijualpun sangat beragam. Dari mulai produk lokal hingga bahan impor bisa didapat. Pedagang dan pembelinya tidak hanya warga Jakarta, melainkan datang dari berbagai daerah bahkan mancanegara, terutama Asia dan Afrika. Jangan heran jika di pasar ini banyak kita jumpai orang berkulit hitam, tinggi dan besar.
Pasar Tanah Abang terus berkembang, tidak hanya tekstil dan produk garmen yang bisa dibawa pulang. Pada musim Haji seperti sekarang, banyak Jamaah yang membeli oleh-oleh khas negeri padang pasir di sini, seperti keperluan ibadah dan baju muslim yang tersedia di lantai 5 Blok A. Sedang makanan seperti kurma, kacang Arab, kismis dan pernak-pernik seperti teko, serta parfum ada di lantai dasar Blok F.
Sayang rasanya, bila Pasar Tanah Abang ini luput dari agenda wisata belanja Anda. Ini adalah pasar legenda, pasar tua yang usianya lebih dari 300 tahun. Pasar yang mengiringi perjalanan kota Jakarta. Pasar Tanah Abang, pasar yang tak lekang di makan zaman.
- Pasar Baru.
Sebutan nama Pasar Baru, karena pasar ini adalah pasar terakhir yang di bangun di sekitar Weltevreden setelah Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Untuk membedakan dengan kedua pasar sebelumnya, Daendles menyebut pasar itu dengan Pasar Baru (yang baru dibangun).
Lahan sebagai lokasi Pasar Baru adalah milik Daendles sendiri, yang telah dibeli dari warga pribumi. Pasar ini dibangun untuk menjual kebutuhan masyarakat Eropa yang bermukim di Weltevreden. Pembangunannya dimulai pada 1821, kemudian disewakan kepada pedagang yang umumnya dari etnis Cina, India, dan Arab.
Bentuk pasar ini seperti lorong yang memanjang dengan kedua sisinya berupa kios atau toko. Aneka produk di jual di sini, terutama tekstil dan sepatu. Sejalan dengan perkembangannya Pasar Baru terkenal di kalangan para fotografer amatir maupun professional. Pasalnya di ujung lorong, di salah satu bangunan bertingkat, terdapat lokasi Bursa Kamera yang cukup lengkap. Mulai barang bergaransi, sampai yang bekas pakai ada di sini. Belum lagi ratusan kios yang menerima jasa servis kamera.
Hal menarik lainnya di Pasar baru bukan sekedar wisata belanja. Wisata budayapun dapat dinikmati jika kebetulan Anda menjumpai festival pasar baru pada bulan tertentu. Dengan adanya “Festival Pasar Baru” dalam rangka memperingati hari jadi kota Jakarta, wisata belanja akan semakin bergairah. Karena pada even tahunan ini toko-toko di Pasar Baru memberikan potongan harga sekitar 20 – 50 %. Segera tentukan agenda wisata belanja Anda di Jakarta Pusat, tempat menyenangkan yang selalu berkembang pesat.
MURDY – JAKARTA