Jalan-jalan ke San Francisco (02): Melancong Ke Kota Berkabut

NYALANYALI.COM, Perjalanan – Setelah menyantap sarapan, saya bergegas menuju mobil yang akan membawa saya berpetualang hari ini. Ternyata, di pagi hari, kota San Francisco masih tertutup kabut, namun sepanjang jalan saya masih bisa melihat rumah-rumah kayu cantik itu.

Suasana kota begitu tenang, dan belum terlihat banyak aktifitas peduduknya, padahal jam sudah menujuk ke angka 8. Bila di Jakarta, pagi seperti ini pasti sudah disambut kemacetan dimana-mana.

Bicara soal rumah kayu. Konon, keberadaannya merupakan langkah preventif terhadap struktur tanah yang beberapa kali diguncang gempa bumi. Yang terparah tahun 1906, puluhan ribu rumah dan gedung hancur dengn korban jiwa mencapai 5.000 orang. Dan, pada 1980, gempa terjadi kembali dan menghancurkan jalan bahkan meregangkan jembatan. Namun, San Francisco  selalu dapat bangkit dari keporak-porandaannya. Salah satunya ya dengan menerapkan langkah preventif itu.

Golden Gate, San Francisco – Dok. en.wikipedia

Dan, akhirnya sampailah saya di sisi jembatan yang masyur di seantero dunia itu, Golden Gate. Meski artinya gerbang keemasan, kenyataanya jembatan ini sama sekali tak berwarna emas, melainkan coklat kemerahan. Jembatan sepanjang  1.280 ini drancang oleh Joseph Strauss dan dibangun selama 14 tahun, antara 1933 sampai 1947.

Berjalan melintasi Golden Gate menjadi pengalaman tersendiri, saat kaki melangkah akan terasa terayun, efek dari kendaraan yang melaju di jembatan. Sedikit mencekam tapi tetap mengasyikan. Setelah berjalan sekitar 25 menit, sampailah saya di ujung jembatan. Disitu menanti kawasan rekreasi lain yang kalah menarik, yaitu Presidio, garnisun yang didirikan Spanyol pada 1776. Pohon cemara dan kayu putih tampak berjajar rapi menjadi pemandangan yang menarik.  Saatnya melepas lelah sembari berfoto ria.

Destinasi berikutnya adalah Taman Nasional Golden Gate, selain menampilkan taman yang indah disini tersedia pula kios-kios conderamata. Masih di area ini terdapat pula Japanese Tea Garden, sebuah taman yang benar-benar ala Jepang., waktu 20 menit rasanya kurang untuk menikmati keindahannya. Tepat pukul 11, saya sudah berada di deretan antrean Pier 41 untuk menikmati Alcatraz Day Tour. Inilah yang saya tunggu-tunggu, menikmati Alcartaz, pulau yang kondang karena kisahnya sudah banyak dipublikasikan  dalam bentuk buku maupun film ini.

Penjara Alcatraz – Dok. SanFrancisco

Perjalanan menuju pulau berkarang ini memakan waktu sekitar 15 menit, sesampainya disana. setiap pengunjung dibekali audio guide yang menjelaskan berbagai hal seputar Alcatraz. Audio tour yang berdurasi 30 menit itu tersedia dalam beberapa Bahasa.

Untuk menjelajahinya dibutuhkan stamina yang bagus, karena harus mendaki bukit untuk masuk ke lingkungan penjara. Peungunjung tak hanya bisa melihat kondisi penjara yang banyak menyimpan cerita angker ini. Tetapi juga bisa menikmati indahnya jembatan Golden Gate dan Teluk San Francisco.

BACA:
Jalan-jalan ke San Francisco (01): Cuci Mata Tiada Habisnya

Setiap setengah jam berikutnya saya sudah menumpang  feri untuk kembali ke dermaga. Waktunya mengisi perut, tujuan berikutnya adalah Pier 39. Dermaga paling popular diantara yang lain, siang ini saya mencoba sup cumi-cumi dan pasta ikan tuna di Dante’s Seafood & Grill.

Nob Hill – Dok. sftravel

Suasana makan nyaman karena berada di luar ruang, ditambah dengan atmosfernya  yang luar biasa, pemandagan indah, tiupan angin, dan aroma laut. Lengkap sudah.

Pier 39 memang tempat yang nyaman untuk disinggahi seharian, banyaknya orang yang berlalu-lalang justru menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu atraksi para pemusik, teater, sirkus jalanan, menambah meriah suasana. Belum lagi kehadiran suara parau singa laut yang jumlahnya konon lebih dari 900 ekor, benar-benar menjadi sebuah hiburan yang komplet.

Setelah puas dengan hiburan gratis sesaat itu, perjalanan berlanjut ke Nob Hill. Pemandangan yang sering saya temui di film-film Hollywood ada di hadapan saya. Trem yang mendaki bukit dengan suaranya yang berderik-derik, menjadi hal yang unik, Juga hadirnya rumah-rumah bergaya klasik, taman dengan air mancur bergaya Romawi. Lengkap sudah rekreasi kali ini.

Jelas, dua hari tak cukup untuk menikmati kota cantik ini. Namun saat melintas di bawah Golden Gate, saya sudah berucap untuk datang lagi lain waktu. Konon, permintaan yang diucapkan dengan sungguh-sungguh saat melintas tepat di bawah jembatan berwarna merah itu bisa terwujud. Semoga saja.

URRY KARTOPATI

BACA:
Jalan-jalan ke Bath, Inggris
Jalan-jalan ke Kampong Phluk Kamboja
Jalan-jalan ke Maastricht, Belanda
Jalan-jalan ke Raja Ampat
Jalan-jalan ke Los Angeles
Jalan-jalan ke Batu Cave, Malaysia

Bagikan :

Advertisement