NYALANYALI.COM – Hanoman, kuceritakan kepadamu tentang sebuah negeri.
Pejabat-pejabat mengkhianati sumpahnya sendiri. Berkata kemudian melupakan. Berjanji kemudian mengingkari. Bukan kelas sang Kumbokarno yang menepati janjinya sampai mati.
Uang rakyat jadi santapan kepentingan yang dilahap sampai tak tahu malu. Mereka yang bekerja memberangusnya, berusaha dipadamkan dengan segala cara, dengan polah paling culas yang tak pernah kau kira. Rahwana pun tak selicik itu.
Hanoman,
Negeri yang kuceritakan ini makin berantakan karena para petinggi memelihara anjing-anjing geladak. Siap menyalak tanpa berpikir panjang. Apa kata sang tuan ia telan mentah-mentah, daripada nanti tulang tak diberikan. Siapapun akan digonggongnya asal bukan kawan si majikan.
Rakyat selalu beradu dan senang diadu, akal sehat dilumpuhkan. Gampang digiring dari satu isu ke isu lainnya, hingga tuli dan buta mata hatinya. Mana yang penting didengar dan disuarakan tak jelas lagi. Itu dibuat sedemikian rupa, sehingga rakyat terus beradu sampai lupa cita-citanya bernegara.
Hanoman, meski runyam negeri yang kuceritakan ini, jangan datang ke sana, karena kau akan membakarnya seperti kau lakukan pada Alengka. Hingga tak ada sisa.
Di negeri ini, masih ada orang-orang serupa Wibisana. Tahu mana yang benar dan yang jelas-jelas salah tak perlu dibela mati-matian. Menegakkan kebenaran meski susah payah, mereka dihina dan diabaikan, tapi tak pernah bisa dipatahkan. Wibisana-wibisana di negeri ini adalah harapan, untuk tiwikrama pada waktunya. Melenyapkan angkara murka seakar-akarnya.
Hanoman kuceritakan kepadamu tentang sebuah negeri pada suatu kali nanti, kebenaran dijunjung tinggi, keadilan tak berpihak, dan tipu-tipu semacam Surpakenaka tak ada lagi tempatnya.
Saat itu, datanglah. Negeri ini tak kalah dari Ayodhya, rakyat sejahtera karena hukum ditegakkan selurus-lurusnya.
Biarkan sekarang kami yang masih berjiwa, berjuang berdaya upaya. Untuk harapan yang masih ada.
Hanoman, kumohon jangan datang sekarang ini, negeri ini tak harus dibakar seperti Alengka. Masih banyak orang-orang baik, sungguh-sungguh baik.
5 Juni 2021
S. DIAN ANDRYANTO
Penulis #sayabelajarhidup