NYALANYALI.COM, Kisah – Painhaka. Pantai di Tanjung Bunga ini terbilang indah. Pantai Painhaka diapit dua tanjung, Batu Payung di sebelah kanan dan Mada Gaan di sebelah kiri. Dalam sejarah lisan orang Tanjung Bunga diyakini Painhaka adalah pelabuhan kuno tempat persinggahan pedagang sejak dulu kala.
Tak hanya itu, orang Tanjung Bunga meyakini, dalam upaya pemenuhan Sumpah Palapa, Maha Patih Gadjah Mada pun pernah sampai ke tempat ini. Oleh karena itu, tanjung di sebelah kiri Pantai Painhaka dinamai Mada Gaan (Gerbang/Pelabuhan Mada). Sebuah tanda, dari gerbang itulah sang Maha Patih menginjakan kaki di tanah Flores.
Selain Mada Gaan, di Pantai Painhaka dan daerah sekitarnya banyak ditemukan benda-benda kuno. Namun, yang paling mendekati bukti kehadiran Gadjah Mada adalah batu bertulis seperti prasasti menggunakan aksara Jawa kuno di Situs Nopin Jaga yang tak jauh dari Pantai Painhaka. Di Nopin Jaga ada empat buah batu bertulis.

Sejak 1985, situs itu dijaga dan dirawat oleh seorang juru pelihara. Berbicara tentang Nopin Jaga, Sang Juru Pelihara seolah selalu memiliki energi lebih. Lelaki itu tak lagi muda. Usianya menginjak 70 tahun. Namun, semangat tak perlu ditanya. Ia masih kuat berjalan kaki pulang pergi delapan kilometer dari kampungnya Dusun Riangpuho Desa Waibao menuju Nopin Jaga.
Anotnius Tuan Nitit, lelaki itu, tak pernah mengeluh. Aktivitas menjaga situs batu bertulis itu sudah dimulainya sejak 1983, ketika situs itu pertama kali ditemukan. Ketekunan merawat situs tersebut kemudian membuat Direktorat Kepubakalaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mengangkatnya menjadi Juru Pelihara Situs Nopin Jaga pada 1985.
Untuk tugas merawat dan memelihara situs tersebut ia mendapat honor 200 ribu rupiah per bulan. Nilai yang mungkin tak sebanding dengan pekerjaannya. Tetap Bagi Anton Tuan Nitit hal tersebut bukan masalah. “Saya bangga karena bisa merawat situs ini. Situs Nopin Jaga adalah penanda Mahapatih Gadjah Mada pernah sampai di sini dalam perjalanan dan perjuangannya mewujudkan Sumpah Palapa,” ujar Anton dengan bangga.
Suami Elisabeth Slaka Making itu bercerita, pada tahun 1997, Sukimin, salah seorang peneliti dari Direktorat Kepubakalaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pernah sampai ke Nopin Jaga. Setelah melihat batu-batu bertulis tersebut, Sukimin berhasil membaca dua prasasti dalam aksara Jawa kuno itu. Masing-masing terbaca ‘Gadjah Mada’ dan ‘Saya Di Sini’.
Anton Nitit, sangat gembira ketika Sukimin berhasil membaca prasasti tersebut. Sebagai orang Tanjung Bunga, ia berbangga karena Maha Patih yang terkenal itu pernah singgah ke kampung asalnya dan meninggalkan beberapa bukti dalam usahanya mempersatukan nusantara. “Sejak saat itu saya bertekad untuk terus menjaga situs ini sepanjang hidup saya,” ujarnya. Di usia yang telah merambat jauh menuju senjakala, Anton Nitit, masi tetap memelihara asa, nusantara telah ada sebelum Indonesia ada, ia tak boleh tercabik. Ia percaya, prasasti Nopin Jaga adalah saksi bisu perjuangan Sang Maha Patih yang mungkin akan sangat bersedih ketika melihat negeri ini terbelah.
Larantuka, Flores Timur, NTT
Buku #sayabelajarhidup ke-11 Nusantara Berkisah 02: Orang-orang Sakti (2019)