NYALANYALI.COM – Andai saja, Pierre, pulang ke Semarang lebih cepat untuk menghadiri ulang tahun ibunya tepat 30 September. itu.
Andai saja, Pierre, sudah beranjak dari rumah Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat hari itu, saat pergantian shift dengan Hamdan Mansjur.
Andai saja, Pierre, tidak mengatakan dengan lantang “Saya Nasution” kepada gerombolan Tjakrabirawa pimpinan Lettu Doel Arif yang kemudian menangkapnya, menyiksanya dan mengikatnya di pohon besar depan rumah sebelum dilempar ke truk dan diceburkan ke Lubang Buaya.
Kenangan berhamburan kepadamu, Pierre…
Bagaimana uang gaji selama konfrontasi dengan Malaysia kau berikan pada ibumu dalam bungkusan koran, untuk biaya pernikahan adik perempuan yang kau sayangi. Uang banyak dalam dolar, kesetiaanmu pada keluarga membuat air mata tua ibumu luruh.
Ah, andai saja, Pierre… Semua cerita kelam itu tak terjadi. Masa emas mudamu tak sebatas simbol patung membatu bersama enam patung jenderal lainnya di Monumen Pancasila Sakti. Lubang Buaya.
Patung wajahmu membisu, di tengah mereka sibuk meniadakan kisah malam jahanam itu.
Andai saja, Pierre, masih banyak lagi foto bersama Ade Irma Suryani Nasution tak hanya foto terakhir enam hari sebelum kejadian itu.
Berdua pergi, menjadi tumbal negeri di usia muda. Sangat muda.
Andai saja, Pierre… Cinta itu sesuai jalannya…
Gadis itu Rukmini namanya. Satu-satunya perempuan yang terus mengisi hatimu, diantara sekian banyak perempuan muda yang berkitar-kitar mencoba memikatmu. Robert Wagner Panorama, begitu mereka memgagumi tampanmu.
Rukmini, gadis Medan itu menjadi istimewa bagimu. Tak tergoyahkan cintamu. Kau tuliskan surat pada keluargamu mohon restu melamar gadis itu.
Juli 1965, di hadapan orangtuanya, kau lamar cintamu. Pernikahan November 1965 pun dijanjikan.
30 September 1965, petang, kau sempatkan melihat paviliun yang dikontrakkan sekitar Menteng, rumah kecil untuk memulai rumah tangga dengan Rukmini tersayang.
Sebelum 1 Oktober 1965 dini hari. Semua tersudahi.
Dua bulan sebelum pernikahan itu, semua kandas tanpa sisa. Durjana itu mengambil seluruh mimpi-mimpi indahmu. Menebas semua harapanmu. Meninggalkan duka di bayangan pelaminan, buat Rukmini mu tercinta, pasti sepanjang usianya. Cinta tak sesuai harap, Pierre.
Andai saja, Pierre Tendean…
26 September 2017
S. DIAN ANDRYANTO
Penulis 11 buku serial #sayabelajarhidup