NYALANYALI.COM, Legenda – Ketika usia 15 tahun, Soichiro Honda memilih untuk pindah ke kota dan bekerja pada Hart Shokai Company. Kesenangannya untuk bekerja ditambah pengalaman semasa membantu ayahnya membuat ia dapat segera bekerja dengan baik di perusahaan tersebut. Saka Kibara, sang bos, memberikan perhatian khusus pada anak buahnya yang cekatan dan sangat teliti dalam soal mesin itu.
Selama enam tahun bekerja di perusahaan itu, bakat Honda terasah dengan baik. Ia pun terus menambah pengetahuannya dari pekerjaan yang ditekuninya itu. Kerja kerasnya membuahkan hasil ketika Saka Kibara membuka sebuah cabang baru persusahaan itu di Hamamatsu dan meminta dirinya untuk mengelolanya. Tanpa perlu berpikir panjang ia menerima tawaran tersebut.
BACA:
Soichiro Honda Sang Penakluk (02): Bermula dari Sepeda Pancal Bermesin 50cc
Di Hamamatsu, Soichiro bekerja dengan semangat berlipat. Prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu menerima pekerjaan dari setiap kliennya, meskipun pekerjaan tersebut telah ditolak oleh tempat reparasi yang lain. Soichiro pun selalu bersusaha untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang diterimanya tepat waktu. Tak jarang untuk hal itu ia harus bekerja sampai larut malam.
Soichiro adalah seorang pekerja keras dan memiliki kemauan belajar yang kuat. Sambil memperbaiki mobil-mobil yang datang ke bengkelnya, ia terus belajar dan mengamati kekurangan yang ada pada mobil tersebut. Dan, ia menemukan ada sebuah hal yang menarik. Pada umumnya mobil di zaman itu memiliki jari-jari yang terbuat dari kayu. Hal ini dalam pengamatannya akan sulit untuk meredam goncangan.
Soichiro lalu berpikir untuk merancang jari-jari mobil dari logam. Hasilnya sungguh luar biasa. Jari-jari logam rancangannya laku keras dan diekspor ke luar negeri. Pada usia 30 tahun ia telah menandatangani patennya yang pertama, atas penemuan jari-jari mobil. Soichiro memutuskan untuk mendirikan bengkel sendiri. Ia merasa telah berada di jalur yang tepat untuk merintis usahanya.
CHRISTO KOROHAMA
dari berbagai sumber
Bersambung: Soichiro Honda Sang Penakluk (03): Jatuh Bangun Bocah Hamamatsu