NYALANYALI.COM, Kisah – Ekspedisi di pedalaman Kalimantan pada 1990, butuh biaya besar, karena harus menggunakan pesawat terbang bahkan sewa pesawat.
Beruntung, kami mendapat bantuan dari Bob Hasan dengan dua pesawat Kiani Lestari, penerbangan pertama untuk tim advance dan komunikasi menggunakan pesawat perintis Merpati, yang jadwalnya setiap Rabu menuju Long Apung.
Pesawat sudah siap bergerak menuju ujung landasan, tiba-tiba berhenti dan mesin mati, penumpang diminta turun semua, kemudian seorang mekanik membawa obeng dan bangku plastik membuka mesin pesawat di dekat baling baling. Astaga ini montir bajaj atau pesawat, sih?
Langsung kita becandain si Uye Warliman, salah seorang tim ekspedisi ini. “Ye kayaknya belum tentu nyampe nih pesawat lu, mau ninggal pesan terakhir apa?” Uye hanya senyum kecut.,
Akhirnya pesawat bisa terbang juga dan sampai tujuan dengan selamat.
Penerbangan kedua charter pesawat MAF untuk membawa bahan bakar yang akan digunakan longboat, dibuat khusus sebagai tim pendukung, bangku penumpang harus dicopot untuk meletakkan drum BBM.
Penerbangan ketiga dan keempat menggunakan pesawat milik perusahaan kayu PT Kiani Lestari, selang satu jam.
Saya menggunakan pesawat terakhir, perjalanan lebih dari satu jam, terlihat dari udara hutan semua gundul ditebang, nggak ada yang hijau, semua cokelat tanah.
Untuk pendaratan, kami mencari-cari dulu yang mana desa Long Apung, karena semua terlihat sama, banyak kampung yang ada landasannya, ternyata masuk wilayah Malaysia yang hutannya masih terlihat hijau.
Akhirnya kami berhasil mendarat dengan cukup menegangkan, sebelum mendarat kami harus melingkari bukit dan di balik bukit itulah ujung landasan pendaratannya.
Dari Long Apung inilah rencana pengarungan akan dimulai tapi debit air sungai kecil, kita pindah ke Long Nawang, satu jam berjalan kaki….
2 Februari 2021
SYAMSIRWAN ICHIEN
BACA:
Kenangan Paling Terakhir Bersama Norman Edwin dan Didiek Samsu