BAPAK ANTIKORUPSI, BUNG HATTA…

NYALANYALI.COM – Tanah Merah, Papua satu hari. 1970, tahunnya.

Bung Hatta berkunjung ke tempat ia pernah dibuang Belanda puluhan tahun silam. Ia mengenang begitu banyak luka hati di sana. 

Sudah 25 tahun Indonesia merdeka, Wakil Presiden Republik Indonesia 1945-1956 itu baru berkesempatan lagi mengunjungi Irian Jaya, disebut Papua sekarang.

Dalam perjalanannya itu Bung Hatta disodorkan segepok amplop berisi uang. Uang saku perjalanannya ke Tanah Merah.

“Tidak. Saya tidak mau terima, itu uang rakyat. kembalikan!” katanya. Berkeras menolaknya.

Bung Hatta merasa perjalanannya ke Irian Jaya itu sudah difasilitasi pemerintah semua, maka ia tak perlu dan merasa berhak menerima hal lainnya lagi. “Uang rakyat harus dikembalikan ke rakyat,” begitu prinsip teguh yang dipegangnya.

Cerita ini disampaikan Iding Wangsa Widjaja, sekretaris wakil presiden dan kemudian mendampingi Bung Hatta setelahnya dalam buku terbitan Gunung Agung 2002 “Mengenang Bung Hatta”.

Tak hanya soal uang segepok dalam amplop itu, Iding pun mengaku pernah ditegur Bung Hatta karena menggunakan 3 helai kertas dari Kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk menulis urusan pribadinya. Bung Hatts mengganti 3 helai kertas itu dengan uang pribadinya.

Kepada putri keduanya, Gemala Rabi’ah Hatta, Bung Hatta pun pernah mengingatkannya. Gemala, saat itu menjadi pekerja paruh waktu di Konsulat RI di Sydney pada 1975, ia mengirim surat menggunakan amplop berkop Konsulat Jenderal.

Tak lama, Gemala mendapat balasan surat. “Ada yang satu Ayah mau peringatkan kepada Gemala, kalau menulis surat kepada Ayah dan lain-lainnya, janganlah dipakai kertas Konsulat Jenderal RI. Surat-surat Gemala kan surat privat, bukan surat dinas. Jadinya tidak baik dipakai kertas Konsulat.”

Betapa konsistennya Bung Hatta terhadap perilaku antikorupsi ini. Mulai dari hal-hal kecil, ia sangat keras jika menyangkut penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya.  Segala perangkat negara di sekitarnya, ia sadar benar bukan milik pribadinya, diamanahkan rakyat kepadanya, maka tak ada alasan ia memanfaatkan jabatannya suka-suka.

Masihkah ada pejabat negeri ini punya kemampuan mengikuti teladan Bung Hatta? Untuk selembar kertas pun ia tak mau mencuri.

9 Desember 2020

S. DIAN ANDRYANTO
Penulis #sayabelajarhidup

Bagikan :

Advertisement