NYALANYALI.COM, Wisata – Solo sebagai kota budaya semua sudah mengamininya, pun dengan sebutan Kota Solo sebagai pusat batik. Barangkali, selama ini yang dikenal wisatawan sebagai sentra batik di Solo adalah daerah Kauman. Boleh saja Kauman lebih moncer namanya dikalangan wisatawan sebagai kampung batik, namun apakah sampeyan semua tidak ingin mengetahui asal muasal batik yang ada di solo ini?
Apabila ditilik dari sejarahnya, batik yang berkembang di Kota Solo ternyata berasal dari Kampung Laweyan. Kampung ini terletak disalah satu sudut Kota Solo. Apabila menyempatkan diri untuk menyusuri gang-gang sempit di seputar Kampung Laweyan, maka tampak jelas peninggalan kejayaan juragan-juragan batik zaman dahulu.
Rumah-rumah yang dikelilingi dengan tembok tebal tinggi, pintu-pintu gerbang yang eksotis, serta workshop-workshop batik yang sekarang semakin marak, menjadi sajian menarik bagi wisatawan. Kejayaan para juragan batik Laweyan tempo dulu juga terlihat dari begitu luasnya pekarangan yang dimiliki, konon ceritanya setiap rumah juragan batik Laweyan pasti memiliki istal/kandang kuda didalam pekarangan rumahnya.
Hal tersebut menjelaskan juga kenapa rata-rata bangunan asli rumah juragan batik di Laweyan memiliki dua pintu, satu berupa gerbang yang cukup besar dan satu lagi pintu biasa. Gerbang ini hanya dibuka ketika sang juragan akan bepergian menggunakan kereta kudanya.
Kota Laweyan telah ada jauh sebelum Kota Solo itu sendiri muncul, SDI ( Sarekat Dagang Islam) dulu berdiri di kampung itu, dengan batik yang menjadi komoditas utamanya. Ada semacam “pemberontakan” kecil antara para juragan batik waktu itu dengan pihak keraton.
Para juragan batik di Laweyan menempatkan diri sebagi oposan pemerintah (keraton) pada saat itu. Ini menjawab, mengapa setiap rumah gedong para juragan batik di Laweyan pasti terdapat jalan rahasia yang menghubungkan dengan rumah juragan batik yang lain di kampung yang sama, semata-mata hal tersebut sebagai jalan untuk bertemu secara diam-diam dan merundingkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan sosial politik.
Sejak 2004, Laweyan resmi ditetapkan sebagi Kampung Batik oleh Pemerintah. Dari hanya belasan keluarga yang masih melestarikan usaha batik di kampung ini, kini menjadi sekitar 80-an keluarga yang turut menghidupkan kembali kejayaan kampung Laweyan sebagai pusat batik di Kota Solo. Sebagai penghargaan atas usaha pelestarian batik tersebut maka Laweyan memperoleh Upakarti pada tahun 2008 dalam kategori pelopor, dan itu menjadikan sebuah tambahan motivasi untuk semakin melestarikan warisan budaya Batik. Diharapkan dengan adanya penghargaan itu akan menjadi penyemangat bagi warga Laweyan untuk kembali menghidupkan kejayaan batik dimasa lampau.
Pelestarian sebuah budaya yang adiluhung bukan sebuah perkara yang mudah, kesulitan pasti tetap ada menyertai perjalanan itu. Pemasaran karya-karya batik dari para pengrajin di Kampung Laweyan sempat menjadi kendala utama.
Namun kini dengan pesatnya arus informasi yang didukung oleh keberadaan Internet, dapat membantu memasarkan produk-produk batik asal Laweyan. Peran para pelaku wisata di Solo juga membantu mengkat nama Kampung Batik Laweyan, dengan membuat paket-paket tur wisata menyusuri Kampung Batik Laweyan ini.
SIGIT N – SOLO