NYALANYALI.COM, Kesehatan – Causins tidak ingin menggerakkan badannya. Sedikit saja ia bergerak, sakit yang luar biasa segera menyergapnya. Lolong kesakitan menyeruak dari mulut redaktur Saturday Review, majalah yang terbit di Amerika Serikat (AS). Penyakit aneh dan pasti menyiksa, begitu dokter yang merawatnya berujar. Segala pengobatan sudah dilakukan, hasilnya tetap nol besar. Kesehatan Causins tidak berangsur baik juga. Menurut dokter, peluangnya sembuh sangat kecil, 1:500.
Entah gagasan dari mana, tiba-tiba Causins meminta dokter yang merawatnya, William Hitzig, untuk menghentikan memberikannya obat kecuali vitamin C. Dan, saban hari ia hanya ingin menonton film-film komedi sehingga ia bisa tertawa terbahak-bahak. Setiap sakit menyerang, ia hanya berpikir positif.
Terapi sederhana itu malah berbuah hasil. Seminggu berselang, ia mulai bisa menggerakkan jempolnya tanpa rasa sakit yang menggigit. Dan, setelah tertawa 10 menit, dia bisa tidur pulas dua jam, yang selama ini semua itu hal yang mustahil dilakukannya.
Keajaiban itu bertambah saat penyakit anehnya itu menguap bersama angin. Causins pun menulis buku An Anatomy of Illness yang terbit pada 1964. Kemudian, tertawa menjadi bahan kajian ilmiah. Reuters Health bahkan menyebutkan tidak sedikit rumah sakit di AS yang menempatkan pelawak untuk membantu menyembuhkan pasien. Di AS dan Kanada, sedikitnya terdapat 300-an klub tertawa.
Pepatah kuno Tiongkok menyebutkan, Ie dien san siauw, Sie bhe liao. Satu hari dapat tertawa tiga kali, tak akan mati muda. Tentu saja maksudnya adalah tertawa pun merupakan obat alami agar kesehatan makin membaik. Ini bukan hanya mitos, sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Indiana State, AS, menyebutkan suara tawa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sampai 40 persen.
Tak hanya itu, Universitas Indiana State mengambil sampel 33 orang dewasa yang sehat. Setengah dari mereka menonton film komedi dan sisanya menonton film wisata. Saat film berakhir, para peneliti mengambil sampel sel kekebalan mereka yang diketahui sebagai sel pembunuh alami dan mencampurkannya dengan sel kanker. Tujuannya, melihat bagaimana efektivitas penyakit menyerang tubuh.
Hasilnya, kelompok orang yang terpingkal-pingkal karena menonton film komedi ternyata memiliki sistem kekebalan tubuh lebih sehat daripada mereka yang menonton film wisata.