Anak-Anak Ramadan

Dia sudah berkemas hari ini. Bersiap pergi. Melambaikan tangan. Dan pasti akan kembali, namun tak pasti bisa kita temui jika DIA tak memberi waktu kita lagi. Hari ini salam perpisahan, berharap sua lagi.

Dia memberi banyak arti sebulan ini. Datangnya dinanti, sulit dilepas untuk pergi. Sudah jalannya dia akan undur diri.

Dialah Ramadan Kareem, bulan bersuci diri. Uang saweran di kantor sabar sore diedarkan untuk membeli sekadar gorengan untuk buka bersama kawan kelihatan guyub bagai saudara.

Gendang telinga peka menanti saat bedug dipukul dan azan Maghrib dilantunkan. Rasa kantuk yang menggila menemani bersama keluarga untuk sahur meski dengan menu telur ceplok seadanya. Saat pagi buta itu makan bersama.

Kita adalah anak-anak Ramadan. Masih banyak main-main menjalaninya. Masih suka merengek-rengek minta segala keringanan untuk pahala yang melimpah ditebarkanNya. Masih bermanja seolah berat melakukannya. Masih mengharap cepat berakhir agar hadiah Lebaran segera ditangan, tak mau sulit menjalani prosesnya.

Anak-anak Ramadan ini mengharap bertemu kembali. Agar nampak berbenah dan lebih baik lagi menjalaninya nanti. Tak sebatas berpuasa. Tidak makan dan tidak minum semata. Karena

Ramadan memberi arti lebih dari sekadar sahur dan berbuka. Tapi menyadarkan diri bahwa kita tak lebih sebagai manusia tak berdaya. Tidak lebih dari itu adanya. Kesombongan tentang banyak hal memang hendaknya sudah diterbangkkan ke neraka.

S. DIAN ANDRYANTO
Penulis #sayabelajarhidup

Bagikan :

Advertisement