Samsudin dan Ulee – Foto Dok. Samsudin
NYALANYALI.COM, Kisah – Saya terus berusaha mendorong Ulee, disabilitas asal Indramayu untuk memberi kontribusi pada masyarakat sesuai dengan keadaan dan potensi yang dimilikinya.
Ulee mengalami lumpuh layu sejak SMP kelas 1, kondisi tubuhnya yang makin melemah membuat Ulee terpaksa putus sekolah, sebab jika dia memaksa ingin terus sekolah akan sangat merepotkan keluarganya yang tergolong miskin.
Sekitar dua tahun lalu, Ulee dihadiahi kursi roda layak pakai dari Oi, kelompok penggemar Iwan Fals agar lebih bisa bergerak dan mengikuti acara musik komunitas Slank yang dia sukai serta acara acara sosial yang digagas organisasi atau komunitas pemuda.
Sebulan yang lalu, saat ada penggemar Iwan Fals, teman Ulee mengadakan penggalangan dana untuk santunan melalui music. Ia pun merasa tergerak untuk melakukan hal yang sama. Bukan dengan genjreng-genjreng gitar dan alunan vokal yang dilakukan temannya tapi dengan menjual kaos.
Kemudian, Ulee melihat profil saya. Ia menganggap saya layak untuk dijadikan sebagai objek yang ingin dipasang di kaos tersebut. Mungkin karena saya sering mendorong Ulee untuk mengembangkan kemampuan bercerita.
Ulee dan Samsudin
Saya sering berkata pada Ulee, tangan dan kakimu sangat susah untuk digerakkan, bahkan untuk menekan keypad di layar hanya bisa dengan satu jari, itu pun dengan posisi smartphone diletakkan di lantai, jangkauan tanganmu hanya beberapa sentimeter dari tubuhmu tapi kamu masih dikaruniai otak dan kemampuan berpikir serta lancar berbicara.
“Maukah kamu belajar mendongeng?” tanyaku, “Agar makin banyak orang yang bisa mengingatkan anak-anak untuk ikut melestarikan satwa langka indonesia,” kataku.
Gambar yang dipilih Ulee merupakan hasil jepretan wartawan Kompas. Mendengar Ulee memilih gambar tersebut, saya segera minta izin kepada Kompas dan meminta Ulee memasang tulisan kecil forografer kompas di bagian bawah gambar tersebut.
Kemudian ada yang mengkritik Ulee dengan bentuk “dongeng keliling nusantara” di bagian belakang kaos. Seperti desain kelompok buruh tanam padi di Indramayu, kata seorang teman Ulee.
Kaos desain Ulee
Tapi, saya pikir malah bagus, ada sentuhan Indramayu di kaos tersebut. Lagi pula saya memang norak, kadang bengal, iseng dan kampungan, biarlah gaya itupun tercetak di kaos yang didesain Ulee.
Selanjutnya, Saya bekerja keras agar kaosnya laku, sampai saat ini penjualan masih dibawah target. Ulee bilang mungkin cukup jika anak yang disantuni sekitar sepuluh orang.
Saya bilang ke Ulee, sebaiknya kita fokus di promosi kaos , kita harus minta banyak pihak untuk mempublikasikan kaos tersebut di media sosial. Tidak bisa membeli karena tidak pegang uang ya tidak apa-apa, kita minta mereka ikut menyebarkan foto-foto kaos tersebut di akun mereka di media sosial.
Saya berharap dan yakin jika makin banyak yang mengunggah foto kaos tersebut, makin besar kemungkinan orang untuk melihat dan tertarik membeli.
Saya sendiri berpartisipasi membeli beberapa helai kaos yang saya hadiahkan pada cucu keponakan yang mau belajar mendongeng dengan wayang kardus saya. Apresiasi pada mereka yang mau belajar mendongeng dan mengembangkan imajinasi mereka.
Kini, Ulee ingin bertemu dengan pihak yang bekerja di Pemerintahan Indramayu. Akankah pihak-pihak tersebut mau menerima Ulee? Kita lihat saja nanti.
SAMSUDIN – Indramayu
Pendongeng Keliling, Peraih Penghargaan Kehati Award 2020