Tentang Sa’banu Isnain

NYALANYALI.COM – Sa’banu Isnain begitu nama lengkapnya, orang sekitarnya memanggilnya, Banu. Anak ketiga di keluarganya.

Sejak kecil mengalami masalah dalam berbicara dan pada usia 10 tahun, baru diketahui bahwa ia mengalami gangguan  pendengaran, kata bapaknya, Umar Salim. Hal itu setelah melalui serangkaian pemeriksaan dari beberapa dokter di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta. sehingga dokter memutuskan agar Banu memakai alat bantu dengar agar menambah perbendaharaan kata dalam otaknya yang selama kurang lebih 10 tahun terakhir tidak terekam dengan baik sehingga mengganggu cara dia berkomunikasi verbal.

Sadar bahwa Banu mengalami masalah pendengaran, orang tuanya tak malu-malu memindahkan sekolah anaknya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sana, Banu berada bersama anak-anak berkebutuhan khusus.

Hari-hari dilalui Banu dengan semangat dan suka cita di sekolah barunya. orang tua tak berkecil hati karena si ragil (sebutan untuk bungsu dalam bahasa Jawa) harus sekolah di SLB. setiap pagi ibunya pergi mengantarkannya ke sekolah yang baru. Hingga akhirnya dia beranjak remaja  mampu berangkat dan pulang ke sekolah sendiri. Begitu mandirinya Banu saat ini sehingga wajar berbagai kejuaraan menggambar tingkat SLB pernah diraihnya. Dulu, ketika masih belajar di sekolah umum, orang tuanya  tak tahu jika anaknya mahir menggambar.

Namun, bukan itu yang membuat saya kagum luar biasa dengan Banu. Saya kagum dan tak menyangka bahwa Banu, si anak tuna rungu  itu justru mampu mencapai prestasi lebih dari jangkauan orang normal seperti saya. Hanya dengan sepeda motor, dia mampu sampai di titik nol kilometernya Indonesia, di Kota Sabang, Aceh. 

Hampir dua pekan dia mampu menempuh jarak ratusan kilometer dari rumahnya, di daerah Larangan, Tangerang.  Ia singgah di beberapa kota di Sumatera seperti Lampung, Palembang, Bengkulu dan beberapa kota lain hingga berakhir di Nanggroe Aceh Darussalam. Di  usia 21 tahun ini, ia masih belajar di Sekolah Luar Biasa di bilangan Jakarta Selatan, Banu telah mampu menjangkau ujung barat NKRI.  Sebuah nama pulau yang selalu kita ucapkan saat kita menyanyikan lagu Dari Sabang Sampai Merauke karya R. Soeharjo. Sungguh capaian yang luar biasa bagi seorang siswa sekolah Luar Biasa seperti Banu. Kemauannya yang besar untuk sampai di sana mengalahkan keterbatasannya, hal itu sungguh menyentuh hati kecil saya dan siapapun yang terlalu bangga dengan pelesiran ke luar negeri namun tak sekalipun pernah singgah di Pulau Sabang. Pulau ujung barat negeri ini.

HERU ISWAHYUDI Banten

Buku #sayabelajarhidup ke-9: Nusantara Berkisah 01 (2018)

Bagikan :

Advertisement