NYALANYALI.COM, Kesehatan – Pagi ini, Rama kembali merasakan kelesuan ketika bangun tidur. Rasa segar yang biasanya menyelimuti akhir mimpinya di pagi hari, kini pergi entah kemana. Tubuhnya terasa lemas, tidak bertenaga. Apakah ia pelu suplemen? Panggilan sang istri untuk segera berbenah diri, bukan lagi penyemangat dalam memulai hari. “Ah, seandainya setiap hari adalah week-end,” katanya, dalam hati.
Ini bukan hal yang biasa dalam hidup Rama. Sejak dia mendapat promosi untuk menduduki posisi sebagai vice president di kantornya, ia tidak lagi merasakan nyamannya bangun di pagi hari. Daya tahan tubuhnya pun dirasa semakin menurun. Memang, kesibukan dan tekanan membuatnya harus kerja ekstra dan mengesampingkan hobi berenangnya. Beberapa teman menganjurkan dia untuk membeli suplemen yang kini banyak dijual di pasaran. Ada keraguan di hati Rama, suplemen apa yang kira-kira cocok untuk dirinya.
Keraguan Rama memang benar adanya. Suplemen dari asal kata supplementation (tambahan), memang diperlukan jika tubuh kekurangan gizi atau zat-zat lainnya. Tentu jenisnya beraneka macam. Kandungannya pun berupa-rupa, mulai dari vitamin, mineral, karbohidrat, serta zat-zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun permasalahannya adalah seberapa penting suplemen itu untuk tubuh kita dan bagaimana memilih suplemen yang tepat.
Dokter Dr Samuel Oetoro MS.SpGK, menyatakan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengonsumsi suplemen. “Konsumsi suplemen itu seharusnya disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan tubuh kita,” ujarnya.
Banyak pria yang ingin hidup sehat hanya dengan mengandalakan tablet maupun cairan penambah gizi ini. Tetapi seperti yang dijelaskan Dr Samuel, untuk hidup sehat itu bisa tercapai jika menerapkan prinsip 4S, yaitu makan sehat, aktivitas sehat, berpikir sehat, dan istirahat sehat. “Namun, jika ke 4S itu sulit untuk dipenuhi terutama dalam pemenuhan gizi yang seimbang, maka suplemen wajib dikonsumsi,” ujar pria yang berpraktek di Semanggi Specialist Clinic ini. “Tapi, jangan diartikan suplemen ini sebagai pengganti makanan sehari-hari,” jkata dia, menegaskan.
Sebenarnya, fungsi utama dari suplemen adalah untuk memenuhi asupan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang tidak bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Misalkan untuk seorang tidak menyukai jenis-jenis sayuran, maka dia bisa mengonsumsi suplemen yang kaya akan serat. Kadang, ada anggapan awam yang salah bahwa suplemen bisa mengobati penyakit.
Namun, seperti yang dijelaskan dokter Dr Samuel, suplemen hanya mampu memperbaiki sel-sel yang rusak karena suplemen merupakan golongan dari nutraceutical, bukan untuk mengobati suatu penyakit, yang merupakan fungsi dari obat-obatan (golongan pharmaceutical). “Dengan mengonsumsi suplemen diharapakan perbaikan sel-sel bisa berlangsung, sehingga penyakit bisa secara perlahan teratasi. Itu tujuan sebenarnya,” katanya.
Oleh karenanya, tidak ada dampak yang berati jika tubuh kekurangan suplemen. “Suplemen itu hanya tambahan. Kalau ingin terlihat bugar terus, lebih baik konsumsi makanan yang bergizi,” kata Dr Samuel, sembari menambahkan, “idealnya, suplemen hanya dikonsumsi jika tubuh kekurangan gizi, namun suplemen juga aman untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama.”
Tapi jika konsumsi dalam dosis berlebihan, maka kemungkinan yang terjadi, orang tersebut akan menderita hipervitaminosis. Karena untuk beberapa jenis vitamin seperti A, D, E, K tidak dapat segera dikeluarkan dalam tubuh jika kelebihan. Tubuh akan menyimpannya di dalam hati. Tapi untuk vitamin E, tubuh akan menyimpannya didalam lemak. Gejala-gejala yang dirasakan antara lain mual, rambut rontok, pembesaran hati dan limpa (pada vitamin A), fosfat dan gangguan metabolisme kalsium (Vitamin D), pecahnya sel darah merah (vitamin K). Tetapi, belum pernah dilaporkan kasus hipervitaminosis vitamin E.
Banyak yang menjadikan suplemen sebagai sarana utama dalam menunjang kehidupan. Mulai dari produktifitas kerja sampai dengan urusan ranjang dipertaruhkan sepenuhnya pada keampuhan si multivitamin ini. Belum lagi terpaan iklan dari beraneka produk kesehatan yang menjanjikan kehidupan lebih baik semakin memusingkan konsumen untuk memilih.
Namun tidak demikian halnya dengan Khairul Raf’an, karyawan akunting di salah satu perusahaan kontraktor ini mengaku tidak termakan oleh iklan suplemen kesehatan. “Gua tanya langsung dengan dokter, dia bilang untuk orang dengan aktivitas seperti gua ini lebih baik konsumsi vitamin C dosis tinggi,” ujar perokok berat ini menjelaskan. “Memang benar sih, badan gua lebih segaran dan banyak yang bilang awet muda. Mereka pikir gua 28 tahun, padahal sudah 31 tahun,” kata dia, sambil tertawa
Lalu, suplemen seperti apa yang layak untuk dikonsumsi? Menurut Dr Samuel, yang harus diperhitungkan adalah komposisi dari suplemen tersebut, apakah sesuai dengan kebutuhan gizi maupun vitamin untuk tubuh kita. “Jika kita rajin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, menjauhi stres, istirahat yang cukup, menghindari aktivitas ‘tidak sehat’ seperti rokok dan alkohol. Maka, sebenarnya kita sudah tidak memerlukan lagi suplemen”. ujarnya. “Tapi yang tidak kalah penting adalah suplemen tersebut harus terdaftar di POM (Pengawasan Obat dan Makanan), Kemenkes RI,” kata Dr. Samuel. Apakah Anda sungguh-sungguh perlu suplemen?