NYALANYALI.COM – Irene Kharisma Sukandar tak bisa dipisahkan dari bidak-bidak catur dalam hidupnya. Gadis kelahiran Jakarta, 7 April 1992, ini masih belia ketika 2002, berusia sembilan tahun sudah mendapat gelar MPW atau Master Percasi Wanita (Percasi: Persatuan Catur Seluruh Indonesia-Red). Perhatian publik kala itu begitu besar kepadanya, dunia catur berharap banyak dari kiprahnya.
Putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Singgih Yehezkiel dan Cici Ratna Mulya memang berhasil memenuhi harapan pencinta catur Tanah Air. Di usia 10 tahun, Irene mendapat gelar MNW (Master Nasional Wanita) yang pada saat itu termuda di Indonesia. Setahun kemudian, ia menyabet gelar MFW (Master FIDE Wanita) yang pada saat itu termuda pula di Indonesia (FIDE singkatan dari Federation Internationale Des’Echecs atau Federasi Internasional Catur – Red).
Peraih penghargaan “Parama Krida Pratama” pada 2004, “Atlet Harapan Indonesia Terbaik” (2006) serta “Atlet Wanita Berprestasi Internasional”d ari PERWOSI (Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) pada 2006 ini terus memetik prestasi.
Pada 2006 itu, usianya masih 14 tahun tapi telah mendapat gelar MIW (Master Internasional Wanita) di Olimpiade Turino, Italia dan dua tahun kemudian mendapat gelar GMW (Grand Master Wanita) atau WGM (Woman Grand Master) pertama di Indonesia di Olimpiade Dresden, Jerman.
Di usia 20 , pada 2012, Irene mendapat norma gelar Grand Master putra. “Satu-satunya wanita yang mendapat norma GM putra di Indonesia,” katanya. Tak sampai di situ, “pelahap” buku dan penyuka film ini pada 2014, mendapat gelar di kategori putra sebagai Master International (MI). Satu-satunya wanita yang mendapat gelar MI putra di Indonesia, saat itu umurnya masih 22 tahun.
Berikut kisah perjalanan kariernya, seperti diceritakan kepada Urry Kartopati dari Redaksi NyalaNyali.com:
Jadi, sejak kapan tertarik catur?
Saya tertarik catur sejak sekitar umur lima tahun, karena melihat kakak saya sudah diperkenalkan ke catur lebih dulu oleh papa saya.
Pertandingan pertama apa yang diikuti, masih ingat?
Anehnya, pertandingan pertama yang saya ikuti adalah langsung di Kejurnas Catur tahun 1999. Memang agak terlalu tinggi mengikuti turnamen sekaliber itu untuk pengalaman pertama. Terlebih saya bermain di kelompok umur 18 putri karena waktu itu hanya ada dua kelompok: Putri dibawah 18 tahun dan Senior Wanita.
Bagaimana kesan ketika itu?
Perasaannya waktu itu pastinya cukup senang karena bisa mengikuti turnamen. Dan, walaupun hasil saya Cuma poin 0 dari 9 babak, tapi itu cukup berkesan karena bisa dijadikan cerita bahwa menjadi juara memang harus dari bawah dulu, tidak bisa instan.
Di kejuaraan mana, pertama berhasil sebagai juara?
Saya tidak ingat jelas kejuaraan apa, tapi kejuaraan besar pertama yang saya juarai adalah Sirkuit Catur Nasional kelompok putri di bawah 14 tahun. Waktu itu, saya masih berumur sembilan tahun. Di sinilah Bapak Eka Putra Wirya mulai melirik saya untuk dijadikan anak bimbingnya, karena hanya dalam waktu dua tahun saya dikursuskan oleh orang tua saya di Sekolah Catur Utut Adianto, namun sudah mempunyai kemajuan pesat.
Seperti apa biasanya, persiapan Anda sebelum bertanding?
Sebelum bertanding, saya akan menyiapkan permainan saya secara teknis dengan komputer saya, itu juga berarti melihat dan memprediksi cara main calon lawan. Untuk warming up, saya biasa mengerjakan soal-soal taktik agar otak saya sudah terbiasa berpikir seperti itu.
Tidak lupa saya juga berdoa dan mengosongkan pikiran beberapa menit ketika saya sudah duduk di tempat saya, sebelum pertandingan dimulai.
Saat menghadapi tekanan dalam pertandingan, apa yang Anda lakukan?
Saya termasuk orang yang cukup religius, jadi dalam hal ini saya terbiasa berdoa dan mencoba berkomunikasi dengan Tuhan.
Setiap pecatur memiliki filosofi terhadap permainan ini, bagaimana dengan Anda?
Filosofi saya berubah-ubah seiring perjalanan waktu dan kemapanan pemikiran saya. Bagi saya sekarang, catur telah memberikan jalan untuk saya di kehidupan ini untuk membukakan pintu-pintu kesempatan guna menuntun saya menuju kesuksesan.
Apakah pernah terbersit pensiun dari catur?
Saya belum mengetahui kapan saya akan pensiun, saya terlalu mencintai permainan ini.
Jika nanti pensiun dari catur ingin menjalankan profesi apa?
Hal-hal yang berhunbungan dengan politik sesuai dengan minat dan jurusan ilmu akademik saya.
Bersambung: WGM Irene Kharisma Sukandar (02)