NYALANYALI.COM, Musik – Coba simak album Master Musician of Joujouka milik Brian Jones, salah seorang pendiri Rolling Stones. Album yang diedarkan pada 1971 oleh studio rekaman Rolling Stone, ini merupakan ekspresi musikus yang meninggal secara misterius pada 1970 di kolam renang pribadinya, setelah “bertualang” dan tinggal di Desa Joujouka, sebelah utara Maroko. Album yang sarat dengan nunsa etnik setempat itu, sebenarnya sudah dibuat Brian Jones pada 1968.
Rekaman itu menjadi salah satu dari banyak album sejenis, sebelum dan sesudahnya. Artinya, karya musik yang ikut membuka lebar telinga dunia musik barat, untuk mendengar musik di luar standar mereka. Musik timur (oriental ) atau semua musik dari seluruh dunia, yang struktur, sistem, maupun basis teknisnya berbeda-beda. Rekaman dari bagian utara Afrika tersebut merupakan salah satu rekaman dalam warna musik tradisional Arab, yang sangat populer dan laris manis.
Nuansa etnik (dalam pengertian luas, termasuk genre dari seluruh dunia) pada lagu-lagu populer sudah nampak sejak lama. The Beatles adalah band besar, yang sangat banyak meramu berbagai gaya, teknik, serta menemukan inovasi-inovasi baik dalam musik maupun lirik. Lagu dari awal tahun 1960-an: I Won’t Belong, karya John Lennon yang dinyanyikanya sendiri, berdasarkan pada quasy african homophony, begitu diungkapkan Wilffrid Meyer dalam bukunya The Twilight Of Gods: The Beatles in Retrospect.
Kemudian, pada tembang No Reply, ada dasar putaran pentatonik Afrika, yang diteriakkan secara antiphonal. Lagu Norwegian Wood lain lagi, dalam waltz tune, berbasis modalitas myxolydian , sedangkan petikan gitar (12 senar) George Harrison bernuansa teknik permainan sitar India.di lagu Love You Too. Pengaruh musik India menjadi sangat kental, harmoni gaya Barat disingkirkan. Ini diulang pada Within You Without You, walau jelas musik orientalnya dikemas dalam gaya Beatles. Karya George Harrison ,Blue Jaya Way, berbasis musik India juga, terutama pada vokalnya yang menggunakan microtonal India.
Selain itu, Come Together-nya , John Lennon, merupakan campuran antara kompleksitas perkusi dengan basis non harmonic. Vokalnya dipengaruhi gaya bintang soul, Ottis Redding. Sedangkan, Oh Darling-nya Paul Mc Cartney terasa pengaruh wild soul song dalam irama dan tune folk Inggris. I Want You, seperti Come Together, berdasarkan pentatonik yang perkusif.
Here Comes The Sun King, karya George Harrison, mendasarkan kontradiksi irama yang mirip rumba. Lagu Blackbird ciptaan Paul Mc Cartney bergaya country, tapi dikontraskan dengan akompanimen blues, hampir seperti gaya melodic riff, Gospel. Dua karya George Harrison, When My Guitar Gentle Weeps & Sexy Sadie, berbasis pada melodi pentatonik dalam irama yang bebas.
Simon & Garfunkel, pada 1970-an , menggarap ulang. El Condor Pasa, yang merupakan melodi folk abad ke-18 dari Peru. Karya Jorge Michelberg, itu baris melodinya dinotasikan pada1916, oleh komposer Peru, Daniel Alomias Robles. Sementara Scarborrough Fair, aslinya dari lagu rakyat Inggris tentang Withington Fair. Paul Simon, mempelajari lagu itu dari Martin Carthy, penyanyi lagu rakyat Inggris.
Pada Februari 1975, Led Zeppelin mengedarkan album Physical Graffity, salah satu lagunya Kashmir, yang berdurasi 10 menit menjadi hit. Lagu itu kemudian dianggap menelurkan sub-genre Arab-pop fusion.
Dalam Album No Quarter (1994 ), Jimmy Page & Robert Plant, bersama musisi-musisi Mesir serta Timur Tengah lainnya, menggarap lagu-lagu sejenis Kashmir. Lain lagi gaya, musisi Joni Mitchell, dalam albumnya Hissing of Summer Lawns, ia dibantu para musikus asal Burundi, Afrika, yang tergabung dalam The Warrior Drums. Nuansa etnik-nya jelas terasa dalam lagu The Junggle Line, perkusi tradisional Afrika berpadu dengan suara synthesizer.
PUNTO DEWO & URRY KARTOPATI
(Majalah MANLY)