NYALANYALI.COM, Wisata – Jika ada pertanyaan, apa yang terkenal dari Palembang? Sebagian dari Anda mungkin akan menyebut kata pempek. Ya, Palembang memang terkenal makanan pempek yang menjadi makanan khas daerah setempat. Namun, siapa yang menyangka makanan berkuah asam-pedas itu menjadi makanan yang dicari masyarakat.
Tidak hanya pempek yang menjadikan Palembang tersohor. Keberadaannya di Nusantara telah membuktikan kota ini adalah kota tertua yang ada di Nusantara. Sejarah mencatat, berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, pada 17 Juni 683 Masehi, tertulis bahwa kota tersebut merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya. Kemudian, tanggal tersebut ditetapkan sebagai kelahiran Kota Palembang.
Palembang juga dipercayai oleh masyarakat Melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang berubah nama menjadi Sultan Iskandar Syah setelah memeluk agama Islam.
Melirik topografinya, kota ini dikelilingi air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Itu sebabnya, nenek moyang mereka menamakan Kota Palembang, yang diambil dari kata Pa-lembang, dalam bahasa melayu Pa atau Pe merupakan kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng menurut bahasa Melayu-Palembang adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Dengan luas wilayah 400,61 kilometer persegi atau 40.061 hektare dan berdiri diatas ketinggian rata-rata 8 meter di atas permukaan laut, letak Kota Palembang cukup strategis karena dilalui jalur Lintas Pulau Sumatera. Jembatan Ampera pun menjadi sarana penghubung daerah-daerah yang ada di Pulau Sumatera dengan Kota Palembang.
Jembatan yang dibangun di atas Sungai Musi ini dulunya bisa terangkat, sehingga kapal yang tinggi maksimum 44,50 meter bisa melewati jembatan tersebut. Namun, seiring meningkatnya mobilitas penduduk, serta jumlah kendaraan yang bertambah banyak, maka pada 1977 Jembatan Ampera tidak dapat lagi dinaikkan pada bagian tengahnya.
Berbicara Sungai Musi yang membelah bumi Sriwijaya itu, membuat kota terbesar kedua di Pulau Sumatera ini mendapat julukan Batanghari Sembilan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Sungai Musi yang panjangnya kurang lebih 460 kilometer itu memiliki cabang-cabang dengan delapan anak sungai besar, seperti Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas, dan Batanghari Leko.
Perairan Sungai Musi rupanya tidak hanya digunakan sebagai mata pencaharian dan penghidupan masyarakat saja, melainkan juga dijadikan sarana hiburan dan wisata. Seperti pada setiap hari jadi kota Palembang dan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI, masyarakat mengadakan lomba Perahu Bidar dan Perahu Motor Hias.
Masyarakat yang menyaksikan acara ini tidak hanya berasal dari Kota Palembang, tetapi juga masyarakat luar Kota Palembang bahkan wisatawan mancanegara. Untuk menikmati keindahan Sungai Musi dapat menggunakan ketek, speed boat atau untuk rombongan dengan jumlah besar dapat menggunakan kapal wisata.
Maka, tak berlebihan jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Palembang sebagai ‘Kota Wisata Air’ pada 27 September 2005. Presiden SBY mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok (Thailand) dan Pnomh Phenh (Kamboja).
** *
Sejalan berkembangnya peradaban masyarakat di Palembang, pemikiran untuk hidup bersosialisasi pun semakin jelas terlihat. Terbukti dengan hadirnya komunitas dari etnis-etnis tertentu, sebut saja etnis Cina dan Arab. Kedua etnis tersebut hidup rukun berdampingan dengan masyarakat asli Palembang.
Bahkan, keberadaan dua etnis tersebut telah membentuk suatu ciri khas tersendiri. Jika Anda singgah ke kota Palembang, mampir lah ke Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang merupakan wilayah Komunitas Arab. Anda bisa merasakan besarnya toleransi dan hangatnya kebersamaan di Bumi Sriwijaya ini. Alunan air Sungai Musi yang tenang membawa damai, Jingok-jingoklah (lihat-lihatlah-Red) Palembang Kota Tua ini.