Ruang Baca Faisal Basr

NYALANYALI.COM – “Hidup saya sudah saya hibahkan untuk bangsa dan negara. Jika saya harus mati, jika saya harus remuk untuk memperjuangkan kebenaran ini, saya ikhlas. Teman-teman Indef untuk sekarang jangan dulu ikut saya.”

Awak merinding mendengarnya. Putri mendiang Abang, Nabila, membaca pembuka tulisan Agus Herta Sumarto, peneliti Institute for Development of Economics and Finance, yang mengutip Bang Ical, Jumat lalu di kantor Indef, Jalan Batu Merah Nomor 45, Pejaten Timur, Jakarta Selatan.

30 tahun silam, Bang Ical mendirikan lembaga riset tersebut bersama tiga ekonom Institut Pertanian Bogor: Didin Damanhuri, Fadhil Hasan, serta Didik Rachbini. Penyandang dananya Soetrisno Bachir, pengusaha yang pada 1995 itu memiliki sebuah majalah ekonomi, Prospek.

Indef merilis hasil studi pertamanya tentang impor gandum dari Amerika Serikat oleh PT Bogasari milik Liem Sioe Liong, konglomerat terkaya zaman Orde Baru. Indef mengungkap subsidi terselubung negara Rp 760 miliar yang merugikan rakyat sebagai pembayar pajak. Sejak itu, Indef dikenal sebagai think thank kritis.

24 tulisan peneliti Indef mengisi buku “Merekam Gagasan Faisal Basri” yang diluncurkan pada 7 Februari 2025 lalu. Ini buku kedua yang diterbitkan para sahabat almarhum Abang. Buku pertamanya diterbitkan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Indonesia. Kedua buku ini sama kekurangannya: editing.

Kedua buku itu pun sama-sama tidak ber-ISBN (International Standard Book Number). Sayang sekali, padahal kertas dan cover buku Indef ini lux. Walau cover-nya mengingatkan awak kepada sebuah buku (tentang) filsafat Jurgen Habermas. Berbeda dengan “Obituari untuk Faisal Basri” terbitan LPEM yang menyertakan dua tulisan wartawan Tempo dan Kompas selain FEB UI, buku ini ditulis awak Indef semua.

Yang terasa juga kritik terhadap Abang nyaris nihil. Dalam sebuah diskusi via Zoom yang diadakan teman-teman Bang Ical, awak sempat melontarkan kemungkinan mendiang seorang naive politician sebagai politisi, karena dibohingi elite politik berkali-kali. Awak pun mengajak untuk mengkaji pemikiran ekonomi-politik mendiang yang barangkali mirip “The Third Way”-Anthony Giddens, sosiolog yang pernah menjadi penasehat Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Usai menonton konser Handaru – Dinar Rizkianti cs di Salihara semalam, penulis Ayu Utami sempat menginfo awak, akan ada diskusi buku Abang di Salihara pada Agustus 2025. Awak berharap, ada semacam tinjauan kritis terhadap pemikiran dan aktivisme Bang Ical. Seperti buku in memoriam Arief Budiman yang diterbitkan Grup Gramedia. Seorang intelektual organik kayak Abang harusnya dapat dikritisi pula oleh cendekiawan atau aktivis. Bagai buku-bukunya yang kini di Indef: Ruang Baca Faisal Basri.

Depok, 9 Februari 2025
RAMDAN MALIK

Bagikan :

Advertisement