NYALANYALI.COM, Legenda – Pada 27 September 1939, Warsawa jatuh ke tangan Jerman. Setelah menguasai Polandia, Jerman menutup universitas di Polandia. Mahasiswa dan dosen dijebloskan ke kamp konsentrasi Sachsenhausen, Jerman. Lolek yang kebetulan lolos bekerja sebagai pesuruh di sebuah restoran, untuk membiyai hidupnya dan sang ayah yang mulai sakit-sakitan.
Lolek melakukan semuanya dengan gembira. Saat pulang kerja ia selalu masuk ke kamar ayahnya. Sampai sore 18 Februari 1941 itu. Ia begitu bersedih ketika masuk kemar dan menemukan ayahnya telah meninggal. Kematian ayahnya, adalah pukulan traumatik terbesar dalam hidupnya, dan diyakini oleh sebagian temannya sebagai faktor penting yang mendasari keputusannya untuk menjadi imam.
BACA
Paus Yohanes Paulus II (01): Dia Bernama Karol Josef Wojtyla
Ia masuk seminari dan terlibat dalam kegiatan bawah tanah melawan pendudukan Nazi. Ia menerbitkan surat kabar anti Nazi. Setelah pasukan Jerman ditarik, ia kembali kuliah di Jagellonian mengambil Fakultas Teologi. Ia ditahbiskan sebagai imam pada 1 Nopember 1946 dan melanjutkan studi doktoral di Universitas Angelicum Roma. Karol Wojtyla lulus doktor pada 16 Desember 1946. Saat kembali ke Polandia ia ditempatkan di sebagai pastor pembantu di Paroki Niegowic. Tak lama di paroki itu ia ditarik menjadi Pastor Paroki St. Florian.
Di tempat yang baru ini ia juga menjadi dosen di Universitas Katolik Lublin. Ia sangat populer. Ia lalu diangkat menjadi Uskup Bantu untuk Keuskupan Krakow di bawah pimpinan Uskup Agung Eugeniusz Baziak, pada 4 Juli 1958. Pada 30 Desember 1963 ia diangkat sebagai Uskup Agung Krakow dan ditahbiskan 3 Maret 1964. Paus Paulus VI kemudian mengangkatnya sebagai kardinal pada 26 Mei 1967, dan menerima topi kardinal tanggal 28 Juni 1967 di Kapel Sistina, Roma.
BACA
Paus Yohanes Paulus II (02): Musafir dari Wadowice
Saat Paus Paulus VI wafat pada Agustus 1978, Kardinal Wojtyla hadir dalam konklaf untuk memilih paus baru. Karidinal Albino Luciani terpilih sebagai paus dan menggunakan nama Yohanes Paulus I. Secara tak terduga para kardinal harus dikumpulkan lagi karena Yohanes Paulus I meninggal setelah duduk di Tahta Suci selama 33 hari. Dan, datanglah 16 Oktober 1978 yang bersejarah itu. Banyak yang tak percaya dengan keputusan para kardinal. Bagaimana mungkin memilih seorang paus dari negara komunis?
Tetapi, dengan penuh cinta dan dedikasi ia memimpin gereja katolik. Ia turut mengubah wajah dunia. Dia adalah tokoh sentral dibalik runtuhnya komunis. Michael Gorbachev pun memujinya “Apa yang terjadi di Eropa Timur beberapa tahun belakangan ini tidak akan mungkin pernah terjadi tanpa kehadiran Paus,” ujar Gorbachev pada 3 Maret 1992. Ia dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahan gereja di masa lalu. Meski telah renta ia tetap setia dengan panggilannya. “ Bahkan Kristus sendiri pun tidak turun dari salibNya,” katanya tenang ketika banyak orang memintanya mundur karena kesehatannya yang terus memburuk.
Ia tetap berkarya sampai Sabtu malam 2 April 2005, sambil menatap ke jendela apartemennya, ia berujar lemah “Amin.” Ia menyudahi karyanya, diikuti doa ribuan orang yang datang ke lapangan Santo Petrus dan tangis duka dunia yang meratapi kepergiannya.
CHRISTO KOROHAMA
dari berbagai sumber
Bersambung: Paus Yohanes Paulus II (04): Memaafkan Penembaknya