NYALANYALI.COM, Legenda – Di kampung halamannya, Malik atau kemudian dikenal sebagai HAMKA tumbuh menjadi orang yang serius. Sikapnya bagai langit dan bumi dari sebelum merantau. Ia mulai banyak membaca dan mempelajari karya-karya pemikir Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas Al Aqqad, Mustafa al-Manfalutti, dan Hussein Haikal. Ia juga tak melewatkan karya-karya Albert Camus, Toynbee, Karl Marx, Pierre Lotti, dan Jean Sartre.
Tahun 1924 Malik merantau ke Jawa. Di sini ia bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan Islam seperti H.O.S Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, R. M Soerjopranoto, dan H. Fakhrudin. Ia mulai terlibat dengan pergerakan Islam melalui Gerakan Muhammadiyah. Malik tak henti mengasah kemampuannya selama berada di Tanah Jawa. Ia tumbuh sebagai orator ulung.
BACA:
HAMKA, Ulama Sastrawan (01): Jagoan Pasar Padang Panjang
Malik kemudian kembali lagi ke Padang Panjang. Ia bekerja sebagai guru dan mulai berdakwah melalui Muhammadiyah. Pada 1925 saat usianya 17 tahun, dengan menggunakan nama Abdul Malik Karim Amrullah alias Amka ia membuat Majalah Chatibul Ummah, yang menjadi bacaan di desanya. Ia mengajak pelajar di desanya untuk menulis. Namun, usaha mulia itu mendapat cibiran dari teman-temannya.
Amka kemudian memutuskan keluar dari Minang. Medan jadi tujuan pengembaraannya. Tahun 1927, dari Medan Amka berangkat ke Mekkah menunaikan ibadah haji di usia 19 tahun. Hal itu membuat hati sang ayah berbunga. Setiap kali selesai salat, dengan bangga ayahnya selalu memperkenalkan Haji Amka kepada orang-orang yang dijumpai. Sejak saat itu, namanya menjadi HAMKA, Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
Ia terus berdakwah. HAMKA dikenal sebagi seorang ulama yang tegas dan berintegritas. Pada 26 Juli 1975, Menteri Agama Mukti Ali melantiknya sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Di samping aktif di Indonesia, HAMKA juga aktif dalam relasi antarbangsa. Pada tahun 1950, dia mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Syria, Irak dan Lebanon membicarakan perkembangan agama Islam. Pada tahun 1952, dia melawat ke Amerika Serikat selama empat bulan atas undangan State Department.
Pada 1954, Hamka mengunjungi Burma sebagai wakil Indonesia pada perayaan 2.000 tahun Buddha. Empat tahun berselang, ia mengikuti seminar Islam di Lahore.
CHRISTO KOROHAMA
dari berbagai sumber
Bersambung: HAMKA, Ulama Sastrawan (03):Dijebloskan Soekarno ke Penjara